18) Tabebuya

373K 23.3K 620
                                    

Sean berjalan santai menuju koperasi, mengeluarkan dompet dari dalam sakunya, lalu menunjuk sebuah seragam sekolah untuk siswi. Petugas koperasi celingukan, tak paham mengapa Sean ingin membeli seragam sekolah untuk perempuan.

"Cepetan bungkus atau mau dipecat?" tanya Sean datar. Dan seperti biasanya, ia mampu memberikan kesan galak.

Petugas koperasi langsung kelabakan membungkus seragam sekolah yang ditunjuk Sean, menerima pembayaran kartu kredit, lalu memberikan seragam tersebut pada Sean secepat mungkin.

Sean berdiri di dekat toilet perempuan. Ia menyandarkan punggungnya di tembok sembari menunggu Ocha keluar. Sudah jelas Ocha pasti akan berlama-lama di toilet, mengingat berbagai jenis makanan telah mengotori sekujur tubuhnya.

"Ayo, Cha! Semangat! Demi Faril." Ocha menyemangati dirinya sendiri di depan cermin setelah selesai mandi dan berganti pakaian olahraga.

Setiap kali Ocha tidak betah dengan Delton, ia pasti mengingat Faril. Adiknya itu tidak ingin kembali ke ayahnya. Itulah sebabnya Ocha sebisa mungkin harus bertahan di Delton sebab Ocha bisa mendapat banyak uang dari Delton karena sering memenangkan berbagai olimpiade. Berbeda dengan sekolah lain yang mungkin hanya akan mengirim Ocha 6 sampai 9 kali dalam setahun untuk mengikuti olimpiade. Delton sering mengirim Ocha, mungkin akan puluhan kali dalam setahun. Dari kemenangannya itu, Ocha sering kali mendapatkan uang tunai untuk membiayai Faril sekolah.

Setelah memasukkan seragam kotornya ke dalam kresek, Ocha keluar dari toilet. Ocha terperanjat kaget saat menjumpai tangan panjang yang tiba-tiba menjulur, memberikan seragam padanya. Mata Ocha sedikit melebar mendapati bahwa itu adalah Sean.

"Gue kasih waktu 100 detik. Satu dua tiga..." ucap Sean seenaknya.

"Ha?" Ocha masih belum paham.

"Tujuh delapan sembilan..."

Ocha cepat-cepat menyambar seragam dari tangan Sean, kembali masuk ke dalam toilet, melepas seragam olahraganya, lalu menggantinya dengan seragam sekolah yang dibelikan Sean. Ocha kelabakan, mengancing kemeja putih dengan tergopoh-gopoh, mendengar suara Sean yang masih terus menghitung.

"Sembilan puluh satu, sembilan puluh dua, sembilan puluh tiga..." Sean masih betah menghitung.

"Stop stop!" Ocha keluar dengan napas terengah-engah. Dia melirik kesal pada Sean.

Sean mengamati penampilan Ocha dari bawah hingga ke atas, cukup rapi untuk cewek yang memakai seragam sekolah dalam waktu kurang dari 100 detik. Padahal seragam Delton cukup menyita waktu jika dipakai, dimulai dari kemeja putih, dasi, rok pendek, serta jas almamater.

Sean meraih tangan Ocha, menggandengnya erat menuju rooftop sekolah. Ocha tidak punya pilihan selain ikut. Mata Ocha melebar takjub, melihat pemandangan indah sekolah Delton. Di atas rooftop sekolah, Ocha bisa melihat deretan pepohonan tabebuya yang bermekaran indah di sepanjang tepi lapangan sepak bola.

 Di atas rooftop sekolah, Ocha bisa melihat deretan pepohonan tabebuya yang bermekaran indah di sepanjang tepi lapangan sepak bola

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
I am in danger [TERSEDIA DI GRAMEDIA]Where stories live. Discover now