33) Intoxication

352K 22.3K 1.3K
                                    

Dua orang siswa diam-diam membawa vodka, minuman beralkohol yang berwarna bening seperti air putih. Mereka menuang vodka tersebut ke dalam gelas, kemudian meminumnya seolah-olah tampak sama persis dengan air putih. Salah seorang di antara mereka tak menghabiskan minuman tersebut karena harus keluar ballroom untuk menerima telepon. Sementara salah seorang yang lain asyik bercengkrama dengan seorang siswi cantik. Ia tak menyadari bahwa temannya barusan tak menghabiskan vodka yang mereka bawa.

Di dalam toilet, Ocha masih cegukan. Tubuhnya masih merasa gerah karena terlalu terbawa perasaan dengan perhatian Sean. Ia pun keluar dari toilet, mengambil segelas minuman yang ia pikir air putih lalu meneguknya cepat. Ia terhenti. Tenggorokannya terasa tak nyaman. Ocha tak tahu apa yang barusan ia minum. Yang jelas, itu bukan air putih.

"Rambutku kenapa diikat gini?" Ocha mulai ngelantur. Kedua tangannya meraba-raba rambutnya sendiri, menguraikan gelung rambutnya, membiarkannya tergerai.

Dari kejauhan mata Sean memicing, melihat Ocha yang berjalan sempoyongan sambil membawa gelas bening. Sean langsung menghampiri Ocha, mengambil gelas tersebut, lalu menelaah bau minuman yang barusan diminum Ocha. Ini vodka, pikir Sean.

Sean langsung menggandeng tangan Ocha. Ia harus segera menyembunyikan Ocha ke tempat yang aman sebelum ada guru yang tahu bahwa Ocha sedang mabuk. Bisa-bisa Ocha dikeluarkan dari sekolah kalau ketahuan.

"Kak Sean? Kok ngajakin aku ke sini?" Ocha mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Dia kini di rooftop.

"Lo mabuk," kata Sean. Ia menarik tangan Ocha agar duduk di sebelahnya.

"Kak Sean kok ganteng sih?" tanya Ocha yang masih ngelantur. Ia tak sadar dengan apa yang ia ucapkan. Semua perkataan yang keluar dari mulutnya adalah kenyataan dari uneg-uneg yang ada di dalam hatinya.

Sean tersenyum tipis. "Gue emang ganteng sejak lahir. Jadi nggak perlu diperjelas."

Ocha tersenyum seperti orang bodoh. "Iya. Aku tahu."

"Sepertinya, gue harus cari tahu siapa yang membawa vodka ke pesta. Lo jadi bego."

Lagi, Ocha tersenyum seperti orang bodoh. "Kak Sean tahu nggak kalau aku punya teman namanya jantung."

"Jantung?"

Ocha mengangguk. "Iya. Namanya jantung. Dia nakal banget."

"Kenapa?"

"Karena dia selalu dung dung dung cepet banget," kata Ocha yang semakin ngelantur. Rupanya ia benar-benar dalam pengaruh alkohol.

"Oh ya?"

"Aneh ya? Padahal aku suka Arvind. Tapi jantung suka sama Kak Sean."

"Kenapa teman lo itu suka sama gue?"

"Mungkin karena Kak Sean ganteng, baik, dan perhatian. Meskipun sering ngeselin."

Sean tersenyum, tak ia sangka bahwa Ocha memiliki rasa yang sama pada dirinya.

"Tuh lihat! Rambut Kak Sean kece, alis tebal, hidung mancung, kulit lebih putih dari aku. Gantengnya tuh nggak setengah-setengah. Kak Sean tuh paket komplit. Udah ganteng, body oke, pinter, tajir pula. Keren mutlak deh pokoknya," imbuh Ocha sambil menunjuk-nunjuk ke arah Sean.

Sean meraih pipi Ocha, membelainya lembut seraya mengamati bibir mungil Ocha. Perlahan, ia mengecup lembut bibir Ocha, membuat Ocha memejamkan mata, merasakan sensasi kenyal dari bibir Sean. Sekujur tubuh Ocha menegang. Bahkan tangannya meremas tepi tempat duduknya untuk menghilangkan ketegangan itu. Ritme jantungnya mendadak berdetak cepat sekali seolah mau meledak.

"Itu ciuman pertama gue. Dan gue harap, itu adalah ciuman pertama lo," kata Sean setelah melepaskan ciumannya. Ia juga merasakan hal yang sama yang Ocha rasakan.

Ocha berdiri, berjalan sempoyongan menuju tepi rooftop, melihat pepohonan tabebuya yang tak pernah jenuh bermekaran indah. Ia menghirup udara lalu mengembuskannya, tak mau jika mimpi indah ini berakhir begitu saja.

Ocha kemudian membalikkan badan, menunjuk Sean yang masih duduk. "Tuh kan! Jantungku nakal lagi. Pokoknya ini gara-gara Kak Sean."

Sean terkekeh, gemas melihat Ocha yang tak berhenti melantur.

"Aku ..." mata Ocha mulai berkunang-kunang. Ia menggeleng kuat-kuat, mencoba menghentikan rasa pusing yang membuat kepalanya terasa berat.

"Woooo!" Sean dengan sigap menangkap Ocha ketika Ocha terjatuh.

Ocha terlelap, tidur dan kehilangan kesadarannya. Sean pun menggendong Ocha, menuruni puluhan tangga, berjalan menuju tempat parkir, lalu memasukkan Ocha ke dalam mobil. Tadinya ia berniat mengantar Ocha kembali ke asrama. Tapi setelah ia pikir lagi, Ocha akan terkena hukuman berat jika ketahuan mabuk. Itulah sebabnya Sean lebih memilih membawa Ocha ke rumahnya dan menidurkannya di salah satu kamar tamu.

"Lo itu pendek. Tapi nggak gue sangka kalau lo cukup berat," kata Sean sambil melepaskan high heels Ocha.

Sean kemudian merapikan selimut, memastikan agar Ocha tak kedinginan. Lalu ia keluar kamar setelah mengucapkan selamat malam dan mematikan lampu.

😊😊😊😊
Chapter kece.

Vote dan komen biar author semangat update tiap hari wkwk

Axel mana Axel?

Tenang gaes. Sabar.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
I am in danger [TERSEDIA DI GRAMEDIA]Where stories live. Discover now