19) I Found You

411K 24.4K 1.5K
                                    

Ocha terduduk di depan Bu Lusi, salah satu orang paling ditakuti di sekolah. Ocha tak berniat berbohong. Ia akan mengatakan kalau dia dibully oleh Axel lalu dia membutuhkan banyak waktu untuk membersihkan badan di toilet.

"Saya sudah tahu semuanya, Cha," kata Bu Lusi.

Ocha mengangkat kepalanya yang semula menunduk takut. Ia masih belum mengerti arah pembicaraan Bu Lusi. Padahal ia belum berkata apa-apa.

"Sejak awal, sekolah ini memang tidak bisa berlaku adil pada siswa-siswinya. Di sini seperti ada sistem kasta. Dan Axel adalah salah satu anak yang memiliki kasta tertinggi di sekolah ini. Maaf, jika kami para guru tidak bisa melindungi kamu," ungkap Bu Lusi.

Ocha tercekat. Tak ia sangka jika Bu Lusi akan mengakui kelemahan sistem di Delton. Hanya karena Axel dan Sean adalah anak dari pemilik sekolah, para guru tidak berani menegur mereka.

"Axel adalah pewaris tunggal Ardiaz group. Dia bisa memecat guru semaunya jika dia menilai ada kinerja guru yang tidak memadai atau jika ada guru yang membuatnya kesal. Mungkin dia masih SMA, tapi sekolah ini seolah di bawah kendalinya," sambung Bu Lusi.

"Saya sudah mendengar rumor itu, Bu. Saya dengar, bahkan kepala sekolah pun tak berani," kata Ocha.

"Iya, kamu benar." Bu Lusi mengeluarkan secarik kertas bermaterai dan sebuah amplop yang entah isinya apa.

"Apa ini, Bu?"

"Silahkan kamu baca dulu."

Mata Ocha melebar setelah memahami isi surat bermaterai yang disodorkan Bu Lusi padanya. Dia sedang disuap!

"Saya harap kamu tidak melaporkan hal ini ke pihak yang berwajib. Ini sebagai kompensasi atas ketidaknyamanan kamu karena telah bersekolah di sini." Kali ini Bu Lusi menyodorkan sebuah amplop tebal pada Ocha.

Ocha mengintip sebentar isi amplop itu, isinya sangat banyak, 10 juta, sesuai perjanjian di surat bermaterai yang masih Ocha timbang antara mau menandatanginanya atau tidak.

"Saya yakin, pernah terbesit di pikiran kamu untuk pindah dari Delton ke sekolah lain karena perlakuan Axel. Tapi ... sekolah ini butuh kamu. Sekolah ini tidak bisa membiarkan kamu berpikir untuk pindah apalagi berpikir untuk melapor ke pihak berwajib," sambung Bu Lusi.

Tangan Ocha gemetar takut. Mungkin dia adalah anak yang jenius. Tapi tetap saja mentalnya masih sama seperti remaja lain yang berusia 15 tahun. Ia tak tahu harus mengambil keputusan apa. Disogok uang 10 juta, sungguh hal itu tidak pernah terbesit di pikiran Ocha sebelumnya.

"Mungkin saya sering berpikir untuk pindah. Tapi saya tidak pernah berpikir untuk melaporkan Axel ke pihak yang berwajib." Ocha menimpali setelah tercenung beberapa saat.

"Oooh jadi seperti itu. Tidak apa-apa. Terima saja uangnya dan jangan pindah dari sekolah ini. Delton butuh kamu untuk meningkatkan reputasi sekolah dalam berbagai olimpiade bergengsi," imbuh Bu Lusi. "Kontraknya akan kita perbarui setiap semesternya. Jadi, kalau kamu tanda tangani kontraknya, kamu tidak bisa pindah sebelum masa kontrak habis."

Ocha berpikir cukup keras. Di saat seperti ini, ia memikirkan Faril. Tidak mungkin dia akan tinggal di rumah Sean selamanya. Cepat atau lambat, dia harus pergi dari rumah itu dan tinggal di kos-kosan. Kebutuhan sekolah dan kebutuhan makan akan cukup banyak mengeluarkan uang. Oleh karena itu, Ocha harus berpikir matang-matang. Ia tahu bahwa Delton hanya memanfaatkannya untuk mencapai banyak prestasi agar Delton tetap di pandang masyarakat sebagai sekolah elite yang tak tertandingi. Tapi menurut Ocha, ini adalah simbiosis mutualisme, saling menguntungkan. Ocha butuh uang sedangkan Delton butuh reputasi.

"Bagaimana? Kamu tenang saja. Setelah akhir semester datang, Delton akan memberi kamu tawaran lagi agar kamu tetap bersekolah di sini. Ya ... anggap saja sebagai uang beasiswa tambahan karena kamu adalah murid berprestasi," tambah Bu Lusi dengan santainya, seolah hal seperti ini sudah biasa dia lakukan.

I am in danger [TERSEDIA DI GRAMEDIA]Where stories live. Discover now