13) The Jealousy

427K 26.1K 1.4K
                                    

Ocha berjalan dengan perasaan aneh. Beberapa pasang mata menatapnya sinis sepanjang jalan menuju kelas. Pagi ini ia merasa ada sesuatu yang janggal dengan semua orang.

"Pagi, Sya," sapa Ocha.

Lisya tidak menyahut. Sebelum berangkat ke sekolah tadi, Ocha agak heran karena Lisya tidak memberinya tumpangan ke sekolah. Biasanya, Lisya sangat bersemangat berangkat bersama Ocha.

Lisya menulis sesuatu di kertas. Dia melipat kertas yang ditulisnya lalu menyelipkannya ke kolong meja Ocha. Dahi Ocha berkernyit. Ia segera mengambil kertas tersebut, membukanya, lalu membaca isinya.

'Cha, sepertinya, gue nggak bisa ngomong sama lo selama 100 hari di sekolah. Sorry'

Ocha tidak marah karena sudah jelas ada sesuatu yang salah dengan semua orang. Bagaimana pun juga, Ocha harus mencari tahu alasan mengapa semua orang tampak sinis padanya.

Lisya kembali menulis sesuatu di kertas, melipatnya rapi, lalu menyelipkannya di kolong meja Ocha lagi. Ocha melirik ke kanan lalu ke kiri, mengecek apa ada orang yang mengintainya berinteraksi dengan Lisya. Entah mengapa percakapan bisu melalui kertas itu terasa sangat rahasia dan tidak boleh ada yang tahu.

'Cha, coba cek WA lo!!'

Ocha langsung menyalakan ponselnya. Dari kemarin malam, ia membiarkan ponselnya mati dan baru mengisi baterai di pagi hari. Ia belum sempat mengecek obrolan di grup WA atau chat-chat yang masuk ke nomornya.

'YOU ARE IN DANGER!! KEEP YOUR PATIENCE FOR 100 DAYS!!'

Mata Ocha melebar kaget. Meskipun Ocha sudah menghapus nomor Axel dari ponselnya, ia masih hafal betul setiap digit angka nomor HP Axel. Ya! Ancaman itu dari Axel, siswa paling berbahaya yang ia buat mengamuk tempo hari.

Ocha meneguk ludah, melihat ke sekeliling dan mendapati teman-temannya mulai acuh terhadapnya. Ia tak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Namun ia memiliki firasat yang sangat buruk yang akan terjadi padanya dalam waktu dekat.

Ocha menggeleng kuat-kuat, meyakinkan diri agar berani menghadapi ancaman. Ia sudah terbiasa dengan siksaan. Rasanya ia sudah terlatih dengan siksaan Bu Dinar dan Bella sejak Mamanya meninggal saat ia masih SD.

Beberapa siswa tampak sudah keluar dari kelas dan menuju ruang memasak. Ocha baru ingat kalau pagi ini ada praktek membuat kue. Kesibukannya membantu Sean membaca jurnal-jurnal internasional membuatnya melupakan hal-hal kecil seperti kelas memasak.

Sesampainya di kelas, Ocha mengambil tempat paling ujung. Beberapa siswa yang ada di sekitarnya langsung berpindah tempat, menjauh dari Ocha. Mereka takut akan terkena bullying dari Axel jika ketahuan berinteraksi dengan Ocha, target bully Axel selama 100 hari ke depan.

Ini adalah pertama kalinya Axel membully seorang siswi selama 100 hari. Biasanya, dia hanya membully selama 7 hari saja. Setelah ia bosan, ia akan membiarkan target bullyannya bersekolah di Delton dengan tenang kecuali target tersebut membuatnya kesal lagi.

Hari pertama pembullyan rupanya telah Ocha jalani. Dijauhi semua orang mungkin terlihat menyedihkan di mata orang lain. Tapi ketahuilah! Ocha sebenarnya tidak membutuhkan teman. Dia termasuk orang yang cukup individualis. Semua hal bisa ia lakukan sendiri. Ia memiliki bakat dalam berbagai bidang terutama di bidang akademik. Jadi, tak masalah bagi Ocha jika hanya dijauhi saja. Toh, Ocha tidak memerlukan bantuan teman-temannya.

Ocha berjalan ke arah pantry sambil membawa sebuah keranjang merah. Ocha melihat-lihat bahan makanan yang tersedia di pantry. Bu Yuni memperbolehkan para siswanya memasak jenis kue apa pun, yang terpenting rasanya enak. Ia tak ingin membatasi kreativitas murid-muridnya.

I am in danger [TERSEDIA DI GRAMEDIA]Where stories live. Discover now