24) Answer My Questions

374K 22.5K 784
                                    

Ocha memasuki mobil Sean. Sekarang Ocha sudah terbiasa membuka pintu mobil sport yang cara membukanya cukup berbeda dengan mobil biasa. Setelah mengajari Ocha bermain gitar sampai sore, Sean mengantar Ocha kembali ke asrama Delton.

"Kakak bisa main alat musik apa aja?" tanya Ocha memulai percakapan. Jalanan Jakarta mengalami kemacetan panjang. Tak heran jika Ocha merasa bosan dan memilih mencari topik untuk dibicarakan.

"Banyak," jawab Sean singkat.

"Iya. Apa aja?"

"Gitar, piano, biola, saxophone, drum."

"Woooow. Keren!" Mata Ocha terbelalak kagum.

Pipi Sean berdesir malu, melihat tatapan kagum yang tampak jelas dari Ocha. Padahal ia merasa biasa saja jika orang lain yang memuji.

"Pelajaran pinter, main alat musik pinter, olahraga juga jago. Apa sih yang Kakak nggak bisa?" tanya Ocha lagi.

"Entahlah." Sean mengedikkan bahu.

"Em aku tau aku tau! Ada satu hal yang tidak bisa dilakukan Kakak."

"Apa?" dahi Sean berkernyit heran.

"Kakak nggak bisa jatuh cinta sama cewek." Tawa Ocha seketika membuncah.

"Iya, lo bener. Gue nggak pernah jatuh cinta sama cewek."

Tawa Ocha terhenti seketika mengempis. Ia menatap Sean dengan tatapan jijik. Pernyataan Sean barusan membuat Sean seperti seorang cowok yang memiliki orientasi sex yang menyimpang.

"Tidak pernah jatuh cinta sama cewek? Berarti jatuh cinta sama cowok, pernah dong." Ocha menyimpulkan dalam batin.

Ocha bergidik ngeri. Sepertinya, apa yang dikatakan Lisya itu benar bahwa Sean adalah cowok homo, tidak suka cewek. Sean telah menyimpang dari ajaran agama.

Di tengah kemacetan, mata Bella memicing melihat Ocha yang duduk di dalam mobil sport super mewah. Di samping Ocha ada seorang cowok yang sangat tampan. Bahkan di sekolah Bella tidak ada cowok yang setampan itu.

"Lho? Itu bukannya Ocha? Terus dia duduk sama siapa tuh?" Bella bertanya-tanya.

"Pak! Tolong ikuti mobil merah itu!" suruh Bella pada sopir angkot sebelum mobil Sean melaju melewati lampu merah yang sudah berubah hijau.

"Nggak bisa, Neng. Penumpang yang lain bagimane?" tolak si sopir angkot.

Bella berdecak kesal. Ia harus merelakan Ocha menghilang dari pandangannya karena mobil Sean sudah melaju entah ke mana. Selain itu, Bella juga tidak tahu di mana Ocha tinggal sekarang. Tak hanya itu, dia dan kedua orang tuanya bahkan juga tidak tahu di mana Ocha bersekolah selama ini. Mereka semua tak pernah memedulikan Ocha. Mereka hanya tahu tempat Faril bersekolah. Tapi mereka juga kehilangan jejak karena Faril sudah dipindahkan Ocha ke sekolah swasta fullday.

"Sialan!" umpat Bella kesal.

***

Sesampainya di asrama Delton, Ocha keluar dengan menggendong gitar pemberian Sean. Ocha tersenyum seraya melambaikan tangan pada Sean.

"Besok Senin jam istirahat setelah makan siang. Di rooftop sekolah," kata Sean.

"Ha?" Ocha tak mengerti apa maksud Sean.

"Jangan lupa bawa gitar."

"Kakak mau ngajarin aku lagi?" alis Ocha terangkat senang sembari menunjuk dirinya sendiri.

Sean tak menjawab. Ia melesat begitu saja meninggalkan Ocha, malas menjawab pertanyaan yang menurutnya tidak terlalu penting untuk dijawab. Ocha hanya tersenyum, melambaikan tangan dengan semangat, membuat Sean juga tersenyum saat melirik ke kaca spion mobilnya yang sudah melaju kencang.

I am in danger [TERSEDIA DI GRAMEDIA]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant