"Axel adalah anak tunggal dari keluarga Ardiaz," ungkap Sean tiba-tiba. Dia kini berdiri di sebelah Ocha.

Ocha menoleh, mengalihkan pandangannya dari pepohonan tabebuya ke Sean.

"Gue nggak bisa berurusan dengan keluarga Ardiaz. Gue udah janji ke kakek gue," sambung Sean.

"Aku nggak apa-apa kok." Ocha tersenyum kaku. Tidak dapat dipungkiri bahwa ia masih kecewa pada Sean.

"Pendiri sekolah ini adalah kakek gue dan kakek Axel. Mereka meminta kami bersahabat antar keluarga. Tapi gue nggak bisa sahabatan sama Axel karena alasan tertentu. Jadi kakek kami berdua meminta kami agar kami tidak berkelahi satu sama lain."

"Lalu?"

"Lalu gue berjanji ke kakek gue. Itulah sebabnya gue selalu menghindari Axel. Begitu pula dengan Axel. Dia juga sebisa mungkin menghindari gue."

"Terima kasih, Kak." Kini Ocha dapat tersenyum, mengerti alasan mengapa Sean tidak bisa menolongnya tadi.

"Untuk?" alis Sean sedikit terangkat.

"Terima kasih untuk semuanya. Untuk tumpangan di rumah Kakak, gaji bulanan sebagai asisten, dan ... seragam ini."

Sean tersenyum tipis, namun Ocha dapat melihatnya. Tampan. Ocha bahkan tidak bisa berkedip, enggan melewatkan momen yang begitu langka. Sejak awal kenal dengan Sean, tak pernah ia melihat Sean tersenyum bahkan sedikit.

"Kenapa lo ngelihatin gue kayak gitu?" tanya Sean heran.

Mata Ocha mengerjap kaget, cepat-cepat mengalihkan pandangannya ke depan, melihat kembali deretan pepohonan tabebuya.

"Lo naksir?" tebak Sean.

"Idiiiih siapa yang naksir? Aku kan udah punya pacar yang super romantis," kilah Ocha bergidik.

"Awas ya! Jangan sampai lo naksir ke gue!"

"Nggak bakal!"

Ocha dan Sean masih berdiri bersebelahan, memandangi keindahan pepohonan tabebuya bersama. Sesekali Sean melirik ke arah Ocha, mencuri pandang.

"Indah banget ya." Ocha masih terkagum-kagum dengan pepohonan tabebuya yang bermekaran, bak pohon sakura. Hanya saja pepohonan tabebuya di Delton berwarna kuning seolah menyala.

"He'em." Sean membenarkan.

"Kelak kalau aku punya uang, aku bakal beli rumah sederhana dengan halaman yang luas. Aku bakal menanam banyak pohon tabebuya, dan menanam banyak bunga mawar. Aku juga bakal membuat sebuah ayunan kecil dan kolam ikan. Aku juga mau memelihara burung beo."

Sean akhirnya menoleh ke arah Ocha. Heran, mengapa keinginan Ocha begitu sederhana. Sean kembali tersenyum karena gadis sederhana yang ada di sebelahnya. Ocha berbeda, tak seperti gadis yang biasa mengejar-ngejar Sean. Mereka hanya menginginkan pacar tampan, keren, dan kaya seperti Sean. Mereka tidak ada yang benar-benar tulus menyukai Sean.

"Eh Kak Sean bukannya ada kelas?" Ocha baru teringat.

"Gue bolos," sahut Sean singkat.

"Ha? Bolos? Mana bisa bolos seenaknya!"

"Ini kan sekolah milik bokap gue. Seharusnya elo yang perlu khawatir. Elo juga bolos."

"Ha? Kakak benar! Aku sekarang bolos!" Ocha memukul kepalanya sendiri, sadar bahwa peraturan Delton sangat ketat. Absen tanpa alasan, bisa-bisa dia masuk ke ruang BK dan berhadapan dengan Bu Lusi.

"Heran gue sama lo!" Sean beranjak pergi, meninggalkan Ocha yang masih frustrasi, belum siap jika dipanggil ke ruang BK.

"Kak, mau ke mana? Temenin aku ke ruang BK yuk!" teriak Ocha.

Sean masih tetap berjalan menuju pintu keluar, tak menghiraukan ajakan Ocha. Dia malah melambaikan tangan, pertanda ia malas ikut campur dan berurusan dengan ruang BK beserta Bu Lusi.

😊😊😊😊😊

Iiiih Sean so sweet! Pakek acara ngajak Ocha lihat keindahan pepohonan tabebuya

Pernah nggak, kalian diajak doi melihat pemandangan indah seperti taman yang penuh dengan bunga-bunga gitu?

Pernah nggak, kalian diajak doi melihat pemandangan indah seperti taman yang penuh dengan bunga-bunga gitu?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sean Aurelliano Radeya

Sean Aurelliano Radeya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Okalina Taruni

Axel Sharafat Ardiaz

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Axel Sharafat Ardiaz

I am in danger [TERSEDIA DI GRAMEDIA]Where stories live. Discover now