1) Two Dengerous Boys

1.2M 50K 2.4K
                                    

Mulut Ocha menganga takjub saat ia sampai di depan gerbang Delton International High School. Gedung megah yang disebut sekolah itu membuat matanya terbelalak tak berkedip. Dengan sedikit gugup, Ocha menuntun sepeda ontelnya menuju tempat parkir.

"Wow!" langkah kaki Ocha terhenti saat melihat deretan mobil mewah yang berjajar rapi.

"Apa ini tempat showroom mobil?" Ocha melihat ke sekeliling, barang kali ia salah masuk tempat.

"Sepertinya aku memang akan menjadi butiran debu di sini." Ocha menggeleng lesu setelah menatap miris sepeda ontel berkarat yang telah menemaninya selama tiga tahun ini.

Ocha kembali menuntun sepeda ontelnya menuju tempat kosong paling ujung. Beberapa siswa yang ada di tempat parkir menatapnya sinis seakan risih melihat sepeda lusuh yang Ocha tuntun. Ocha mendadak seperti alien yang terjebak di dunia para peri.

"Semangat, Cha! Lo pasti bisa bersekolah di sini dengan tenang sampai lulus." Ocha menyemangati dirinya sendiri lalu menyandarkan sepeda ontelnya ke salah satu pohon yang ada di tempat parkir.

"Hai, lo juga anak baru ya?" sapa seorang gadis cantik berambut panjang.

Ocha menoleh lalu tersenyum sopan. "I ... iya," jawabnya kikuk.

"Kenalkan, nama gue Lisya." gadis cantik bernama Lisya itu mengulurkan tangannya pada Ocha.

"Gue Ocha." Ocha gelagapan menyahuti uluran tangan Lisya. Gelagat Ocha sedari tadi terlihat mencolok karena terlalu kikuk.

"Lo anak dari jalur beasiswa ya?"

Ocha mengangguk mengiyakan.

"Kalau lo anak dari jalur beasiswa, maka lo harus ekstra hati-hati di sini. Beasiswa lo bisa dicabut jika lo berurusan dengan Bu Lusi lebih dari empat kali," jelas Lisya. Ia berjalan beriringan dengan Ocha menuju ruang kelas.

"Bu Lusi itu siapa?" Ocha menggaruk rambutnya yang tak terasa gatal.

"Bu Lusi adalah guru BK di sini. Orangnya jahat kayak nenek lampir. Semua siswa di sini akan menghindari Bu Lusi sebisa mungkin. Karena Bu Lusi memiliki wewenang mengeluarkan siswa dari Delton."

Ocha mengangguk paham setelah meneguk ludah. Ia mengeluarkan buku kecil dan bulpoin dari dalam tasnya lalu mencatat nama Bu Lusi sebagai orang pertama yang harus ia hindari jika ia ingin bersekolah dengan tenang di Delton International High School.

"Eh lo kelas A kan?" tanya Lisya memastikan. Mungkin dia adalah orang terkepo yang ada di Delton International High School. Tidak ada satu informasi pun yang terlewatkan olehnya.

"Iya." Ocha mengangguk membenarkan. "Kok elo tahu sih?"

"Ya iyalah. Secara lo itu lumayan famous karena lo adalah siswi yang mendapatkan nilai sempurna saat ujian masuk di sekolah ini. Lo duduk di samping gue saat ujian. Masa' lo lupa sih?" cerocos Lisya.

"Oh ya?" tanya Ocha kaget.

Selama ini, Ocha tak terlalu memperhatikan gerak-gerik orang-orang di sekitarnya. Hidupnya sudah cukup rumit dengan segudang masalah yang harus ia hadapi di rumah. Oleh karena itu, ia tak mau ikut campur urusan orang lain atau kepo dengan kehidupan orang lain. Saking cueknya, ia bahkan tak sadar bahwa gadis yang sedari tadi berbincang-bincang dengannya adalah gadis cerewet yang mengganggu tidurnya sebelum ujian dimulai. Maklum, kebiasaan Ocha selama ini adalah tidur sebelum guru datang. Ia bisa tidur di mana saja dan kapan saja.

Setelah Ocha dan Lisya menaruh tas di dalam kelas, mereka berjalan-jalan untuk melihat-lihat ruang yang lain. Ocha hanya mengangguk-angguk mendengarkan ocehan Lisya sepanjang jalan. Ia sama sekali tak berniat mencari musuh.

"Ini adalah kantin. Di deretan sebelah sana, semua makanan gratis." Lisya menunjuk deretan menu prasmanan yang terlihat menggiurkan.

"Gratis?" kata Ocha kaget.

"Iya. Gratis. Biasanya, anak dari jalur beasiswa sering mengambil makanan di sana."

"Tunggu tunggu. Maksud lo, kita bisa makan sepuasnya tanpa bayar?" tanya Ocha memastikan. Ia masih tak percaya jika ada sekolah yang menyediakan makanan gratis di dunia yang serba bayar ini.

"Iya. Lo bisa sarapan, makan siang, bahkan makan sore sepuasnya."

"Enak banget."

"Tapi di deretan menu sebelah sana tidak gratis." Lisya menunjuk lobster dan kepiting besar yang terpajang anggun di sisi lain.

"Oooh." Ocha mengangguk paham. Ocha tak peduli. Yang terpenting, ia bisa makan gratis setiap hari. Dengan begitu, ia bisa meminimalisir pengeluarannya.

"Oh iya satu lagi yang perlu lo ketahui."

"Apa?"

"Jika lo mau aman bersekolah di sini, lo juga harus menghindari dua orang yang lebih berbahaya dari guru BK," kata Lisya penuh penekanan.

Ocha meneguk ludah. Ia mendengarkan penjelasan Lisya dengan seksama sembari bersiap mencatat. Demi menjaga beasiswa yang diterimanya, ia harus sangat berhati-hati. Ia tidak mau beasiswanya dicabut dan membuat orang tuanya terbebani dengan biaya sekolah.

"Pertama, lo harus menghindari Sean Aureliano Radeya. Dia ketua geng dari kelas XI IPA-A. Itu orangnya!" Lisya menunjuk seorang anak laki-laki yang tengah asyik membaca buku dengan kaki yang diletakkan di atas meja.

Mata Ocha memicing, melihat dengan benar seorang anak laki-laki tampan berambut acak-acakan. Anak laki-laki yang dimaksud Lisya tak terlihat berbahaya meskipun tingkah lakunya tak sopan, meletakkan kaki seenaknya di atas meja. Meskipun demikian, Ocha tetap mengangguk dan mencatat nama Sean ke dalam bukunya sebagai daftar orang kedua yang harus dihindari setelah guru BK.

"Kedua, Axel Sharafat Ardiaz. Dia ketua geng dari kelas XI IPS-A. Menurut gue, dia lebih berbahaya dari pada Kak Sean. Nah itu dia!" Lisya menunjuk seorang anak laki-laki tampan berambut agak gondrong.

"Tapi kenapa mereka berbahaya? Kalau mereka bisa masuk ke kelas A, bukankah berarti mereka itu jenius?" Ocha bertanya-tanya.

"Oh my oh my oh my God! Mereka itu ketua geng. Mereka suka merokok, balapan liar, clubbing, mabok, bullying, dan tawuran," bisik Lisya. Walaupun berbisik, intonasi Lisya masih penuh penekanan.

"Terus, kenapa mereka nggak dikeluarkan?"

"Itu karena ayah mereka adalah pemilik sekolah ini. Siapa yang berani mengeluarkan mereka? Bahkan Pak kepala sekolah nggak berani karena takut dipecat."

Ocha kembali mengangguk paham. Kali ini ia menulis nama Axel ke dalam daftar orang ketiga yang harus dihindari. Mulai sekarang, ia harus ekstra hati-hati.

Okalina Taruni, gadis miskin yang kebetulan memiliki IQ jauh di atas rata-rata. Karena kejeniusannya, ia mendapat beasiswa di Delton International High School, salah satu sekolah terelite di Jakarta. Selama bersekolah, Okalina Taruni, atau kerap dipanggil Ocha hanya ingin tenang tanpa hambatan seperti saat ia SMP. Itulah sebabnya, ia bertekad menjauhi Sean dan Axel.

😊😊😊😊
Vote dan Komen yuk biar author semangat

Follow Zaeemaazzahra

zaimnovelis

I am in danger [TERSEDIA DI GRAMEDIA]Where stories live. Discover now