Part 9

2.8K 201 5
                                    

Fadil mencari sumber suara dan menemukannya di sebuah ruangan anak penderita kanker.

"Hallo semua.... kenalin nama dokter, Dr. Hesti. Mulai hari ini Dr. Hesti yang akan periksa kalian." Hesti memperkenalkan diri pada anak-anak penderita kanker.

Ya, suara yang dimaksud Fadil adalah suara Hesti. Hesti sendiri di ruangan itu tanpa bantuan assistent dokter atau suster.

Salah satu orang tua pasien menghampiri Hesti. "Dr. Hesti dokter baru di sini ya?" Tanya orang tua yang menghampiri Hesti tadi. Hesti hanya membalas dengan senyuman.

"Dr. Hesti mau periksa kondisi anak-anak kan, silahkan dokter!" Orang tua itu mempersilahkan.
"Terima kasih ibu."

Fadil masih tetap setia melihat interaksi antara dokter dan pasien penderita kanker itu.

Hesti mendekat ke ranjang yang ditiduri oleh pasien penderita Limfoma ( Pembengkakan kelenjar getah bening. Tanda-tandanya adalah demam, berat badan menurun, berkeringat, dan pada beberapa kasus muntah-muntah dan kesulitan bernapas. Kanker ini biasanya menyerang anak di atas usia 5 tahun. Meski tergolong penyakit mematikan, penyakit limfoma masih dapat disembuhkan. Penanganannya dapat dilakukan lewat terapi kemo, terapi antibodi monoklonal, radiasi, terapi biologis, ataupun cangkok sumsum tulang).

Hesti menatap anak itu, Hesti ingin menangis tapi itu tidak mungkin dia lakukan. Hesti berusaha untuk kuat.

"Hallo adik tampan... namanya siapa?" Sapa Hesti sambil menanyakan nama dari anak penderita Limfoma itu.

"Ilham." Jawab anak yang bernama Ilham itu tanpa tersenyum.
"Dokter boleh periksa Ilham kan?" Tanya Hesti pada Ilham namun Ilham menggelengkan kepalanya. Hesti sempat mengkerutkan kening.

"Lohhh... kenapa dokter gak boleh periksa Ilham?" Tanya Hesti lagi sambil menyamakan tubuhnya dengan ranjang yang ditiduri Ilham.
"Dokter di sini jahat-jahat!" Jawab Ilham sambil memalingkan wajahnya tidak menatap Hesti.

"Emang Ilham tau darimana kalo dokter di sini jahat-jahat?" Pancing Hesti agar Hesti tau apa alasan Ilham bilang bahwa dokter di sini jahat.

"Kemarin Ilham disuntik pake jarum. Kan sakit!" Jawab Ilham sambil cemberut. Hesti yang mendengar itu hanya tersenyum.

"Ilham umur berapa sih?" Tanya Hesti pada Ilham yang masih memalingkan wajahnya dari Hesti.
"Dia berumur 6 tahun dokter." Sahut orang tua Ilham yang dibalas anggukan oleh Hesti.

"Ilham dengerin Dr. Hesti ya.... Ilham kan udah besar, Ilham bukan dede bayi lagi sekarang. Jadi Ilham harus kuat, Ilham gak boleh takut sama jarum suntik." Ucap Hesti membuat Ilham yang awalnya memalingkan wajah dari Hesti, beralih menghadap Hesti dengan wajah pucatnya.

"Terus kalo soal dokter disini yang katanya Ilham jahat itu, Ilham salah besar loh! Justru dokter di sini baik-baik, buktinya dokter di sini pengen Ilham cepet sembuh supaya Ilham bisa main lagi sama temen Ilham di rumah." Lanjut Hesti menghilangkan pikiran Ilham yang mengira dokter di sini jahat.

"Maaf bu dokter..." ucap Ilham sambil menunduk. Hesti yang melihat itu tersenyum sambil mengangkat wajah Ilham untuk menatapnya.

"Iya gak apa-apa.... sekarang Dr. Hesti boleh periksa Ilham kan?"
Ilham hanya mengangguk dan tersenyum melihat dokter yang sedang memeriksanya.

Setelah Hesti memeriksa Ilham, Hesti ingin memberikan sesuatu pada Ilham.
"Dr. Hesti punya hadiah buat Ilham." Ucap Hesti sambil mengambil sesuatu dari saku jasnya.

Hesti memberikan mainan superhero.
"Waahhh.... Batman!" Girang Ilham saat menerima hadiah dari Hesti.
"Tapi Ilham harus janji sama Dr. Hesti, kalo Ilham harus kuat seperti superhero. Ilham harus menang melawan penyakit Ilham, dan yang paling penting Ilham harus sabar dan terus tersenyum apapun yang terjadi. Ok??" Ucap Hesti yang dibalas anggukan dan senyum oleh Ilham.

DOKTER ITU MOTIVATOR ADIKKU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang