Part 55

72 9 0
                                    

Setelah Rendra sudah pergi, tiba-tiba ada seseorang yang menarik kerah jas dokter Rafa dan membawanya keluar divisi jantung.

Ternyata orang itu membawa Rafa ke belakang RS yang jarang sekali dilewati orang-orang kecuali karyawan kebersihan RS. Orang itu langsung menonjok wajah Rafa hingga tersungkur dan berdarah di ujung bibirnya.

Rafa memegangi luka di bibirnya sambil meringis karna lumayan keras pukulan dari orang itu. Saat Rafa melihat wajah orang yang memukulnya, dia menatap orang itu tak percaya. Orang itu terlihat sangat marah pada Rafa.

Rumah Singgah anak kanker Bandung.

Hesti sudah dari pagi berada di rumah singgah ini. Di sini dia mengenal anak-anak hebat yang berusaha mempertahankan hidup mereka.

Salah satu anak kanker laki-laki menghampiri Hesti dengan wajah bingung.

"Kakak siapa?" Tanya anak itu memandangi wajah Hesti.

Hesti menyamakan tubuhnya dengan anak itu.

"Hallo adek... nama kakak, kak Hesti. Nama kamu siapa?" Jawab Hesti tersenyum sambil menanyakan nama anak itu.

"Putra." Jawab anak itu yang ternyata bernama Putra.

"Salam kenal ya Putra..." ucap Hesti tersenyum gingsul.

"Kak Hesti juga sakit?? Kalo kak Hesti sakit... bukan di sini, soalnya di sini itu tempatnya anak-anak yang sakit bukan orang besar kayak kak Hesti. Kak Hesti harus ijin dulu ke Bu Ani." Ucap Putra polos.

"Harus ijin ke Bu Ani dulu? Bu Ani itu siapa?" Tanya Hesti bertanya dengan senyum di bibirnya.

"Bu Ani itu pemilik rumah ini." Jawab Putra diangguki oleh Hesti.

"Sekarang anterin kak Hesti ya ketemu bu Ani." Ucap Hesti.

"Ayo!" Ajak Putra menarik tangan Hesti untuk mengantarnya bertemu bu Ani, pemilik Rumah Singgah Anak Kanker itu.

"Bu Ani!" Panggil Putra pada seorang wanita yang terlihat sudah menua sedang berbincang dengan seorang anak perempuan kecil.

"Kamu main dulu ya!" Ucap bu Ani pada anak perempuan itu.

"Bu Ani ini ada kak Hesti. Dia juga sakit tapi ini kan tempatnya anak-anak yang sakit bukan orang dewasa kayak kak Hesti kan bu?" Tanya Putra membuat bu Ani mengalihkan pandangannya pada Hesti yang tersenyum kepadanya.

Bu Ani kembali mengalihkan pandangannya pada Putra dengan senyum.

"Iya Putra. Yaudah kalo gitu ibu ajak kak Hesti dulu ya..." jawab bu Ani diangguki oleh Putra.

"Dahh kak Hesti..." pamit Putra dengan wajah bahagia pada Hesti.

"Dahh Putra...." jawab Hesti tersenyum sambil melambaikan tangannya pada Putra.

"Mari nak ikut ibu!" Ajak bu Ani pada Hesti yang dijawab anggukan dan senyum.

"Perkenalkan, saya Hesti bu. Saya Dr. Sp. Kanker di RS Jaya Abadi cabang Bandung. Saya kesini ingin mengenal anak-anak hebat yang ada di luar sana." Ucap tujuan Hesti ke Rumah Singgah Anak Kanker.

"Ooo nak Hesti seorang dokter? Maaf ya ucapan Putra tadi yang bilang kalo nak Hesti sedang sakit." Jawab bu Ani sambil meminta maaf tentang Putra tadi.

"Tidak masalah bu. Saya mengerti kok... tapi saya mohon jangan bilang ke anak-anak hebat itu kalo saya seorang dokter." Ucap Hesti sambil meminta bahwa bu Ani tidak memberitahukan profesinya pada anak-anak kanker yang ada di sana.

"Kenapa nak?" Tanya bu Ani.

"Karna saya tidak ingin mereka menganggap saya dokter mereka. Saya hanya ingin mereka menganggap saya teman mereka." Jawab Hesti membuat bu Ani tersenyum.

DOKTER ITU MOTIVATOR ADIKKU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang