Part 6

2.7K 212 8
                                    

Pukul 00:00 WIB

Fadil tertidur di samping ranjang adiknya. Beberapa saat kemudian Putri sadar dan mengedarkan pandangannya.
"Kak Fadil..." panggil Putri lemah namun masih bisa terdengar oleh Fadil.

Fadil langsung terbangun saat mendengar suara sang adik yang memanggil namanya. Fadil berusaha tersenyum di depan adikknya, meskipun matanya tidak bisa berbohong.

"Kamu udah sadar dek. Kakak panggilin dokter dulu ya." Fadil hendak beranjak dari tempat duduknya tapi tangan Putri mencegahnya untuk bangkit.

Fadil kembali duduk.
"Gak usah kak. Putri udah gak apa-apa kok. Udah mendingan." Ucap Putri sambil tersenyum.

"Kakak seneng liat kamu tersenyum dek. Kakak gak mau senyum itu hilang dari bibir itu... Senyummu yang menguatkan kakak. Ya Allah... kenapa harus adik hamba yang kau berikan cobaan seberat ini? Kenapa bukan hamba saja??" Gumam Fadik dalam hati sambil tersenyum menatap adiknya sampai tidak sadar air matanya jatuh.

"Lohhhh kok kak Fadil nangis?? Kak Fadil capek ya nungguin Putri daritadi..." Tanya Putri merasa tak enak sambil menghapus air mata kakaknya.

"Kakak gak apa-apa kok... Kakak cuman khawatir aja sama kamu. Kepalanya udah gak sakit kan?" Tanya Fadil yang dibalas gelengan oleh Putri.

"Yaudah Putri istirahat lagi aja ya... Kakak tetep di sini kok nemenin Putri." Ucap Fadil sambil membantu membaringkan tubuh adiknya.

Keesokkan harinya

Hesti sudah mendapat kost.an untuk dia tinggal, berada di dekat rumah sakit.
Jadi bisa lebih mudah kalo harus bolak-balik ke rumah sakit.

Saat Hesti sedang menutup pintu untuk segera berangkat.
Tiba-tiba dari sebelah kost.an Hesti....
"Hallo.... orang baru ya di sini??" Tanya seorang wanita. Hesti langsung menoleh ke sumber suara dan tersenyum.

"Ehh... iya. Perkenalkan nama saya Hesti Andryana pindahan dari Bandung." Ucap Hesti sambil mengulurkan tangan.
"Hallo Hesti... saya Rani, saya bekerja di RS. Jaya Abadi sebagai suster anastesy." Jawab Rani seraya membalas uluran tangan Hesti.

"Ohh ya??? Berarti kita setujuan dong. Mau berangkat kerja kan??" Hesti tidak percaya bisa bertemu dengan orang yang sama-sama bekerja di RS. Jaya Abadi.

"Ohhh Hesti mau kesana juga?? Apa ada keluarga Hesti yang sakit di sana?" Tanya Rani yang belum tau kalo Hesti seorang dokter di rumah sakit yang sama. Hesti hanya tersenyum.

"Yaudah yuk berangkat aja Ran!" Ajak Hesti sambil menarik tangan Rani.
"Ayo!!"

RS. Jaya Abadi
Ruangan Dr. Reza

Tokkk...tokkk...tokkk...

Reza yang tadinya fokus dengan tumpukan kertas yang ada di mejanya beranjak dari duduknya dan membuka pintu.

Menampakkan seorang pria tampan menggunakan jas dokter yang bernametag Dr. Lutfi Syarafuddin Sp. Syaraf.
"Maaf Dr. Reza, apakah dokter tadi memanggil saya?" Tanya Lutfi.

"Iya. Silahkan masuk Dr. Lutfi, saya ingin menyampaikan sesuatu pada anda." Reza mempersilahkan Lutfi untuk masuk.

Lutfi masuk dan duduk di sofa. Lutfi memang sahabat Reza, mereka sangat dekat meskipun mereka saling memanggil nama dengan diikuti embel-embel dokter.

Tapi kalo di luar rumah sakit mereka sangat akrab bahkan lebih akrab dari seorang sahabat, melainkan saudara.

"Apa yang ingin dokter sampaikan pada saya?" Tanya Lutfi sambil menyenderkan punggungnya di sofa.

"Kemarin adik dari sahabat saya masuk ke rumah sakit ini. Dan dia didiagnosa terkena penyakit Ependymomas. Saya minta tolong supaya Dr. Lutfi bersedia memeriksa system syaraf pusat di otaknya. Saya takut penyakit itu akan menghalangi arus keluar system syaraf pusat dari ventrikal." Jelas Reza.

"Dengan senang hati Dr. Reza. Dimana ruangannya?" Tanya Lutfi.
"R. Rawat inap VVIP 220 Sp. Kanker. Sebentar lagi saya akan ke sana untuk mengecek kondisinya. Dr. Lutfi bisa ikut saya!" Jawab Reza.

Tokk....tokkk....tokkk...

"Silahkan masuk!" Reza sedikit teriak, Lutfi yang mendengar ketukan pintu langsung menegakkan tubuhnya yang awalnya menyender sofa.

"Permisi.... maaf Dr. Reza kalau saya mengganggu. Saya hanya ingin mengambil berkas pasien yang akan saya tangani." Ucap seorang yang ternyata Hesti dengan senyuman manisnya.
"Ohhh Dr. Hesti, sebentar lagi saya akan ke ruangan pasien yang akan Dr. Hesti tangani. Jadi Dr. Hesti bisa ikut dengan saya setelah ini." Ucap Reza sambil menatap Hesti.

"Ekkhhmm...." Lutfi berdeham membuat Lesti dan Reza memandangnya.

"Dokter baru di sini ya? Perkenalkan saya Dr. Lutfi Syarafuddin Sp. Syaraf. Dokter cantik bisa panggil saya Lutfi saja, tidak perlu dengan embel-embel dokter..." Lanjut Lutfi memperkenalkan diri pada Hesti
sambil mengulurkan tangan dengan senyum jahilnya.

Hesti yang melihat itu tersenyum, sedangkan Reza menatap geli sahabatnya itu.

"Iya saya dokter baru di sini pindahan dari Bandung. Nama saya Hesti, Dr. Lutfi bisa panggil saya Hesti saja. Tidak perlu dengan embel-embel dokter..." Hesti membalas uluran tangan Lutfi dengan menirukan gaya bicara Lutfi.

"Ternyata betul ya... kata orang, gadis Bandung guelis-guelis" ucap Lutfi sambil menatap Hesti yang tersenyum manis.

Reza yang melihat itu geleng-geleng kepala "kenapa bisa gue punya sahabat kayak dia?" Gumam Reza dalam hati.

"Haturnuhun.... dokter ehh maksudnya Lutfi" ucap Hesti.
"Sudah-sudah... mari dokter kita ke ruangan pasien." Ajak Reza pada kedua dokter yang ada di ruangannya itu.
"Baik dokter." Jawab Lutfi dan Hesti serempak.

DOKTER ITU MOTIVATOR ADIKKU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang