Part 14

86 9 0
                                    

"Pagiii Dr. Rani!!" Sapa seorang yang menghampiri Hesti dan Rani. Hesti hanya menahan tawa saat melihat kedua sahabatnya sekarang.

"Pag... kok lo sih yang nyapa? Yang lain kek bosen gue lo mulu!" Jawab Rani yang awalnya sumringah jadi cemberut karna melihat siapa yang menyapanya.

"Dasarrr... masih untung lo gue sapa!" Ucap Aulia memalingkan wajahnya dari Rani, begitupun Rani juga memalingkan wajahnya dari Aulia.

Hesti yang melihat tingkah kedua sahabatnya itu hanya tertawa kecil.

"Sudah sudah... pagi-pagi kok udah berantem sih!! Aku ke ruangan dulu ya... nanti kita mulai periksa pasien jam 8 aja!" Ucap Hesti sambil meninggalkan kedua sahabatnya yang masih saling memalingkan wajah.

Ruangan Hesti.

"Assalamualaikum." Salam Hesti masuk ke ruangannya.

"Wa'alaikumussalam." Jawab seseorang yang membuat Hesti terkejut karna ada yang menjawab salamnya.

"Astaghfirullah... kok ada yang jawab sih??" Istighfar Hesti karna ada yang menjawab salamnya tadi. Hesti belum tau bahwa sudah ada seseorang yang duduk di depan meja kerjanya.

"Biasa aja kali... gak usah kaget gitu sampai istighfar." Sahut seorang yang sepertinya Hesti pernah mendengar suara itu.

Hesti membalikkan badan yang awalnya menghadap pintu.

"Kak Fadil?? Kok di sini??" Tanya Hesti pada Fadil penasaran.

"Kan kemaren lo yang nyuruh gue kesini." Jawab Fadil.

"Ya tapi kan gak sepagi ini kak.... aku aja baru dateng." Ucap Hesti sambil meletakkan tasnya di atas meja dan jas dokternya dikursi kerja miliknya.

"Mumpung Putri masih tidur makanya gue kesini.... udah langsung lo jelasin aja hasil CT scan adik gue kemaren!!" Jawab Fadil.

"Iya sabar atuh kak.... Hesti ambilin dulu berkasnya." Ucap Hesti sambil berusaha meraih loker yang paling atas.

"Bisa gak ambilnya?" Tanya Fadil yang melihat Hesti kesusahan meraih loker yang dituju.

"Bisa... tunggu bentar!!" Jawab Hesti dengan masih sibuk meraih loker yang paling atas itu.

Kondisinya Hesti memakai higheels saat itu. Saat sudah hampir bisa meraih loker yang dituju, tiba-tiba Hesti tidak bisa menyeimbangkan badannya.

"Eehh... eehh!" Hesti hampir terjatuh, namun dengan cepat Fadil menangkap tubuh mungil Hesti dengan kedua tangannya.

Posisi Hesti saat ini berada di pelukan Fadil, sedangkan Fadil menatap Hesti dalam.

"Kalo dilihat-lihat Hesti cantik juga..." gumam Fadil dalam hati.

"Ya allah.... kenapa kak Fadil bikin aku deg-degan lagi?? Haduhh kak Fadil kasep pisan!" Ucap Hesti dalam hati.

5 detik mereka saling menatap dengan posisi yang masih sama. Sepertinya rasa nyaman mulai hinggap di hati mereka.

Hesti tersadar lebih dulu dibandingkan Fadil.

"Ma-maaf kak..." ucap Hesti menunduk.

"Makanya lo bilang dong kalo gak bisa ambilnya... kan bisa gue bantu. Gak sadar diri banget lo!!" Jawab Fadil menutupi kegugupannya karna Hesti.

"Maksud kak Fadil aku pendek gitu!! Kak Fadil denger ya... mungil-mungil gini, aku bisa bikin orang nyaman kalo deket aku." Ucap Hesti dengan mengangkat dagunya.

"Kalo soal itu, emang gue akuin gue nyaman deket lo. Jangankan

deket, gue lihat mata sama wajah lo dari jauh aja udah bikin gue nyaman." Ucap Fadil menatap Hesti dalam membuat Hesti membalas tatapan dalam itu.

Fadil mengusap kasar wajah Hesti sambil tertawa.

"Hahaha.... biasa aja kali muka lo!! Gak pernah digombalin cowok ya lo??" Ejek Fadil.

"Apa sih kak Fadil..." Ucap Hesti yang pipinya memerah karna sikap Fadil.

"Yaudah yang mana berkasnya?" Tanya Fadil yang sudah meraih loker yang dimaksud Hesti tadi.

"Yang map biru." Jawab Hesti.

"Nih!! Cepet jelasin keburu Putri bangun!" Pinta Fadil sambil menduduki kursi yang ada di depan meja kerja Hesti.

Hesti mulai menjelaskan hasil CT scan kemarin pada Fadil.

"Tumor otak itu diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu primary brain tumor dan secondary brain tumor. Penyakit tumor otak yang diderita Putri termasuk tumor otak jenis primary brain tumor yaitu tumor yang berkembang di dalam otak, sedangkan secondary brain tumor itu tumor yang berkembang di organ tubuh lain namun menyebar sampai ke otak. Primary brain tumor dapat dibagi menjadi 2 macam berdasarkan sifatnya, yaitu malignant (ganas) dan benign (jinak). Dan untungnya tumor otak yang diderita Putri ini sifatnya jinak. Tumor otak jinak ini dapat hidup bersama sel-sel normal. Tapi tumor jenis ini dapat menyebabkan gangguan neurologis/saraf, seperti kejang-kejang, perubahan sifat, hilangnya ingatan, dan juga dapat mengganggu fungsi otak yang vital. Makanya beberapa tumor otak yang jinak ini juga berbahaya bagi nyawa pasien." Jelas Hesti panjang lebar mengenai hasil CT scan Putri.

"Apa tumor itu akan menyebar ke bagian otak lain? Bisa sembuh gak?" Tanya Fadil.

"Itulah bedanya tumor otak jinak dengan tumor otak ganas kak.... tumor otak jinak cenderung berkembang lambat, dan tidak menyebar ke bagian otak lainnya. Dan juga tidak dapat kembali tumbuh jika ditangani dengan kemoterapi atau radioterapi secara tuntas." Jawab Hesti yang dibalas anggukan oleh Fadil.

"Sudah jelas kan kak.... sekarang lebih baik kak Fadil balik ke ruangan Putri, takutnya Putri udah bangun kak Fadilnya gak ada disitu." Lanjut Hesti.

"Yaudah gue balik dulu!! Makasih ya Hes..." ucap Fadil tersenyum sambil meninggalkan ruangan Hesti. Hesti membalas senyum Fadil.

"Sama-sama kak."

Hesti, Rani, dan Aulia berjalan menuju ruangan Sp. Kanker.

"Aku sama Rani ke ruangan anak langsung atau ikut lo dulu ke R. VVIP 220?" tanya Aulia.

"Kalian ikut aku dulu ya... ke R. VVIP 220 sekaligus aku kenalin sama pasien di sana." Jawab Hesti yang dibalas anggukan oleh kedua sahabatnya.

R. VVIP 220

"Permisi..." salam Hesti sambil memasuki R. VVIP 220 dengan kedua sahabatnya di belakang.

Fadil yang melihat siapa yang datang beranjak dari duduknya.

"Saya periksa Putri dulu ya kak" ijin Hesti yang dipersilahkan oleh Fadil.

Setelah selesai memeriksa Putri, Hesti memperkenalkan Aulia dan Rani pada Fadil.

"Kak kenalin ini Dr. Aulia, assistenku (sambil menunjuk Aulia) dan ini Dr. Rani, Dr. Sp. Anastesi (sambil menunjuk Rani).... Dr. Aulia!Dr. Rani! Ini kak Fadil, kakaknya Putri." Jelas Hesti.

Aulia, Rani, dan Fadil saling berjabat tangan dengan menyebutkan nama masing-masing.

"Kak Fadil... pinjem Putri nya bentar ya??" Ijin Hesti pada Fadil.

"Mau lo bawa kemana adik gue?" Tanya Fadil menatap Hesti curiga.

"Udah tenang aja kak!! Adiknya dijagain kok. Nanti selama Putri sama saya, kak Fadil kan bisa bersih-bersih atau sarapan." Jawab Hesti meyakinkan Fadil.

"Yaudah... awas lo kalo adik gue kenapa-napa." Ucap Fadil.

Fadil memindahkan Putri ke kursi roda yang dipakai ke ruang CT scan kemarin.

"Dr. Rani tolong bawakan infusnya ya!" Pinta Hesti pada Rani.

"Baik Dr. Hesti." Jawab Rani sambil mengambil infus Putri.

Ya, ketiga sahabat itu sudah berkomitmen bahwa jika di depan pasien mereka akan saling memanggil dengan embel-embel Dokter.

DOKTER ITU MOTIVATOR ADIKKU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang