TUJUH PULUH (ending)

Start from the beginning
                                    

'Saya kangen kamu'

'Saya ada jadwal pagi.'

'Saya baru pulang.'

'Rumah ini sepi gak ada kamu.'

"Hari ini saya makan sendiri lagi.'

'Saya kangen sama kamu.'

'Saya kepikiran kamu terus.'

'Saya harap kamu baik-baik di sana.'

'Jangan telat makan.'

'Saya kangen, Anna.'

'Hari ini saya cape banget.'

'Maaf, saya ngelanggar janji saya untuk gak baca buku sampai larut malam.'

'Saya nginep di apartemen Chanyeol.'

'Malam ini saya meluk guling lagi.'

'Lebih enak meluk kamu dari pada guling'

'Maaf saya gak belum ngabarin, saya bener-bener sibuk.'

'Saya sayang kamu.'

'Happy anniversary, Anna. Only you queen in my heart.'

Senyum gue terus terpatri setiap gue membaca tulisan suami gue. Ada perasaan senang luar biasa saat gue membaca setiap kata demi kata yang dia tuliskan. Gue pun memeluk buku itu lalu mengambil balpoin dan membalas setiap kata-kata yang suami gue tulis. Saking asiknya gue sampai tidak sadar suami gue sudah kembali dari dapur dan menyimpan cemilan yang dia bawa di meja.

"Asik banget." Tegur suami gue.

"Haha iya dong." Kata gue tanpa sedikitpun mengalihkan atensi gue dari buku yang ada di pangkuan gue.

"Coba sini saya mau liat." Kata dia sambil menarik buku yang lagi gue tulisin.

Suami gue tersenyum bahkan mendengus geli membaca balasan gue. Dia lalu merebut balpoin yang gue pegang dan membalas balasan gue di lahan yang masih kosong. Gue ingin mengintip tapi dia menutupi bukunya dan mengatakan bahwa gue gak boleh nyontek. Dan pada akhirnya kami berdua pun saling balas-balasan hingga lahan kosong buku itu kini terpenuhi semua dengan tulisan kami berdua. Dan gue suka itu.

***

Sekarang gue sedang menunggu giliran untuk sidang akhir. Setelah melewati fase-fase sulit dari mulai membuat proposal sampai tibalah sekarang sidang akhir gue. Sejak tadi malam gue gak bisa tidur dengan tenang karena gelisah mikirin ini itu sampai kepala gue rasanya pusing. Suami gue yang menyadari kegelisahan gue selalu memberi gue semangat dan juga da di samping gue kecuali di dalam ruang sidang nanti.

Dosen penguji gue semuanya jajaran dosen killer yang sebelas dua belas kelakuannya kaya suami gue. Untungnya suami gue memberi gue sedikit bocoran tentang bagaimana cara mereka menguji mahasiswanya. Jadi seenggaknya gue udah ada bayangan meskipun gue tetap takut dan deg-degan.

Gue kebagian sidang bareng Mingyu dan teman-teman gue di kelas lain. Aas sama Asa sidangnya lusa dan sekarang mereka seperti sedang latihan sidang. Gue beberapa kali menghela nafas untuk menenangkan diri dan Aas sama Asa yang beberapa kali menyakinkan gue kalau gue bisa.

Tiba-tiba aja hp gue bunyi menandakan ada panggilan masuk dan ternyata itu dari Dinda, salah satu murid gue. Ya, sekarang gue udah ngajar di sekolah yang dulu gue dan teman-teman gue jadikan tempat PPL. Pihak sekolah menilai kinerja gue bagus dan kebetulan mereka memang sedang membutuhkan guru karena ada salah satu guru yang cuti. Gue pun diminta untuk gabung dan tentu saja kesempatan itu gak gue sia-siain begitu saja. Lagi pula suami gue sepenuhnya mendukung dan tentunya keluarga gue juga.

Dosen RESE (ISLY) ✔ [Masa Revisi]Where stories live. Discover now