Last Chapter Part 3

164 10 4
                                    

"Curio, kamu sudah sembuh!!?"

"Hai Allita, yah sudah baikan sih, sayang sekali yah malah kita ngobrol kembali dalam keadaan seperti ini."

"Ya, tidak apa-apa Curio. Aku.. aku ... aku sangat senang sekali melihat dirimu pulih kembali." Air mata di pipikupun mengalir tak bisa kutahan.

"Aku senang juga dapat mendengar suaramu yang imut ini Allita." Nada ramah yang sudah lama tidak kudengar, perkataanya selalu membuatku nyaman. "Baiklah sekarang kamu istirahat dulu, sekarang giliran aku yang melawan monster ini."

"Hah apa maksudmu Curio." Nada suaraku langsung mengeras mendengar perkataanya.

"Mereka adalah Carg, monster yang diliputi oleh kulit baja yang sangat keras bahkan pedang laserku kesulitan menembusnya. Aku sudah bersusah payah melawan mereka."

"Ya benar Allita, rudal yang kutembakkan tidak berpengaruh pada mereka, hanya menghalangi pemandangan mereka sebentar saja."

Aku terdiam mendengar kata-kata Curio, aku sangat senang melihat Curio telah pulih kembali, tapi sekarang kami harus memikirkan bagaimana melawan monster ini.

"Tapi tidak usah khawatir Allita, aku ke sini tidak sendirian, ada satu orang yang pasti tahu cara melawan mereka."

"Huh" Aku terkejut, kemudian aku mendengar suara roket pendorong di belakangku, sebuah mecha berwarna hitam menurun dengan lamban. Dan suara pengemudi di dalamnya, adalah suara seseorang yang sudah dekat denganku dan sudah lama bersama.

"Kamu selalu saja gegabah Allita." Nada yang menggema dan tegas, tapi suaranya membuat diriku terasa aman dan nyaman.

"Komandan, komandan sudah tidak apa-apa ..." Mecha yang dikemudikan oleh Komandan adalah mecha hitam yang biasa, dengan persenjataan yang apa adanya, bukanlah mecha tempur yang selalu bersama dengan Komandan.

"Hah, tidak usah pedulikan aku, kamu yang gimana kondisinya sekarang, masih saja bikin ulah." Suara tegas komandan membuat diriku manyun, ah lagi-lagi aku dimarahin komandan, tapi dalam hatiku aku merasa senang, rindu suasana seperti ini lagi.

"Tetapi ..." Komandan berkata dengan nada yang lirih.

"Terima kasih Allita, kamu sudah berjuang sampai saat ini, kamu sudah berjuang dengan sangat baik, karena dirimulah kita dapat bertahan sampai sekarang."

Ketika aku mendengarnya wajahku memerah, aku tidak dapat menahan bibirku merekah lebar. Ini rasanya pertama kali aku dipuji seperti ini oleh komandan. Jantungku seperti ingin meledak dan membuatku ingin berteriak-teriak dan berguling-guling di sekitar. Aku bersusah payah menahan rasa senangku. "Ya, terima kasih Komandan."

"Okay Allita, kamu punya radar untuk mendeteksi semua monster di planet ini?"

"I iya, komandan, Fuko juga terpasang mesin untuk mengidentifikasi semua monster yang ada. Radit yang membuatnya." Aku tergapap mengatakanya takutnya karena mesin ciptaan Radit ini membuat komandan menjadi marah.

"Baiklah, aku akan masuk ke mechamu aku akan mengecek radar pendeteksi itu, Allita siapkan sambungan mecha."

"Baik komandan." Dari tubuh Fuko keluar sesuatu yang berbentuk silinder dan memliki ruangan kosong yang cukup untuk dilewati manusia. Silinder itu menempel ke bahu mecha Komandan yang menjadi penghubung jalan Fuco dan mecha Komandan.

"Curio, bagaimana keadaanmu sekarang?" Kata komandan lantang.

Aku melihat Curio yang sejak daritadi bertahan melawan gempuran monster yang sebanyak 30 buah. Dengan 2 pedang lasernya dia dapat menahan serangan monster batu yang bertubi-tubi. Aku sangat kaget melihatnya padahal Fuco memiliki performa yang jauh lebih baik di banding mecha Curio, tetapi gerakan Curio sangat lincah dan elegan, dia dapat menangkis dan menghindari serangan dari kumpulan monster itu tanpa ada gerakan sia-sia. Meski begitu aku merasa dia hanya dapat bertahan selama 5 menit saja,

The Lost ExistenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang