Chapter 3 Part 2

352 30 2
                                    

Aku berdiri di depan istana, cukup jauh sebenarnya setidaknya sampai penjaga istana itu tidak dapat melihatku di sini. Dipikir-pikir memang tidak ada urusanku berdiri di sini cuman entah aku mau pergi kemana, jadi aku bengong-bengong saja di sini, yah sekalian menunggu Gildo yang baru saja melewati gerbang istana itu.

Dia berjalan lurus begitu saja melewatiku tanpa mempedulikan diriku yang berdiri di sini. Entah dia lagi memikirkan apa raut wajahnya pun tak terlihat karena topeng yang dikenakanya, meskipun aku dapat membaca pikiranya jika aku mau, tapi isi kepalanya rumit dan membosankan sehingga malas aku membacanya.

"Kau benar Gildo, tempat ini memang tidak menarik, jauh lebih baik bertemu monster-monster yang kita lawan tadi daripada harus berada di sini." Aku berkata memancing perhatianya dan berhasil, dia berhenti berjalan, mendengarkan perkataanku tadi.

"Udara yang busuk, bangunan yang jelek , dan orang-orang yang menyebalkan. Ck ck ck, perutku langsung mual sebentar saja berada di sini."

Dia berjalan ke arahku, tampaknya dia marah mendengar perkataanku tadi.

"Jangan kau ikut campur di sini. Ini adalah wilayahku tidak akan seenaknya kubiarkan kau mengusik."

"Ahahaha, ahahahahahaha," Aku tertawa mengejek dirinya.

"Lucu sekali, lucu sekali, kau mau melawan mereka? Hah, akulah yang akan menghabisi mereka, akulah yang akan menghabisi STYR KEPARAT ITU!!!!"

"Udara tempat ini, dan orang-orang yang berada di dalamnya penuh dengan bau busuk mereka, bau busuk Styr keparat."

"Mereka mau mencoba menipuku dengan muslihat mereka, tapi bau busuknya keluar dari tubuh mereka yang membuatku menjadi mual."

Ya, aku sudah menyadarinya ketika berada di sini, selain di rumah sakit tadi dan tempat pertahanan Gildo. Udaranya penuh polusi yang parah, parasit-parasit Styr berada di dalamnya. Gildo dan Allita tidak terkena karena mereka menggunakan perlindungan yang lengkap terhadap parasit ini, rumah sakit dan tempat pertahanan juga sudah diberikan perlindungan terhadap kontaminasi Styr, tapi selain itu termasuk Yang Mulia dan ajudan-ajudanya mereka semua telah terkontaminasi oleh Styr.Muslihat apa lagi yang mereka rencanakan dan hal ini membuat diriku sangat marah.

"Kau pasti sudah tahu Gildo, apa yang sebenarnya mereka rencanakan."

Kemudian dia mengangkat tanganya menunjuk kepadaku.

"Jangan ikut campur, tentu kau sudah tahu apa yang akan terjadi jika kau berbuat seenaknya."

"Hahaha, apa yang memangnya bisa kau lakukan terhadapku."

Dia tidak menghiraukan perkataanku. Kemudian dia membalikkan badanya menuju elevator untuk berpindah.

"Pergi kau ke ruang komando di sana kau akan bertemu dengan Allita." Dia berkata menyuruhku sebelum menghilang dari pandanganku.

Aku tahu Alita tadi berkata, dia akan menungguku di sana sebelum aku masuk ke istana tadi. Rasanya tadi dia masuk ke elevator yang berlawanan arah dengan Gildo. Yah lagipula aku tidak ada rencana lain, tampaknya aku akan berkunjung sebentar ke sana.

Aku membuka pintu elevator kemudian masuk ke dalamnya. Aku segera menekan tombol menuju ruang komando, aku dapat mengetahuinya karena tulisan bangsa inipun sudah kuterjemahkan, meskipun begitu dari gambar di tombolnya pun dapat ditebak yang mana tombol menuju ruang komando. Di dalam elevator ini hanya aku sendirian di terangi oleh lampu elevator yang agak redup. Ya, aku sudah memperkirakanya ada seseorang yang akan muncul menemuiku di tempat seperti ini.

"Airi jelaskan semua ini?"

Aku telah berpindah ke dimensi yang lain. Ke ruangan yang sangat luas tanpa batas, ruangan yang hitam dan gelap tetapi diterangi oleh cahaya-cahaya kecil seperti bintang yang membuat tempat ini terlihat indah. Aku seperti terbang di luar angkasa.

The Lost ExistenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang