Chapter 4 Part 12

106 15 8
                                    

Gildo

9 pesawat antariksa, 50 ribu monster sudah kami taklukkan. Bertempur, bertahan, bangkit dan bekerja sama. Tubuh kami terkoyak-koyak tapi kami akan terus berjuang. Dari darat, udara dan berbagai arah kami terus menahan pergerakan monster-monster ini. Kami berjuang dengan seluruh kemampuan kami. Bukan itu, melainkan melebihi kapasitas kami. Tidak, kami berjuang dengan mengorbankan seluruh darah dan jiwa raga kami. Diri kami sudah menjadi satu kesatuan, penembak jitu, pasukan udara, infantry, pasukan mecha, team medis diri kami sudah bersatu melawan Styr dari berbagai arah demi satu tujuan melindungi planet ini. Dan aku tidak akan membiarkan satupun orang menjadi korban.

3 monster besar yang dapat meluluh lantakkan gunung. Hanya monster ini yang menjadi ancaman terbesar kami. Jika kami dapat mengalahkan ancaman ini dan menghancurkan pesawat komando mereka, ini akan menjadi penentu kemenangan. Dan begitu pula jika kami kalah di sini pastinya planet ini tidak akan dapat kami selamatkan.

20 pasukan mecha khusus bertempur bersamaku saat ini. Orang-orang terbaik yang selalu mendukungku. Pasukan yang lain menahan gempuran monster dan tersisa kami untuk melawan monster terkuat ini. Hanya yang di sini tersisa untuk melawan mereka, akan kami tunjukkan bahwa Styr tidak akan dapat menguasai bangsa ini.

"Jadi bagaimana strateginya komandan?" Curio bertanya di sampingku. Mechanya sudah bersiap bertempur dengan dua pedang laser yang digenggamnya.

18 pasukan mecha yang lainya pun sudah bersiaga. Tanpa kegelisahan, kecemasan, ketakutan mereka semua berisi dengan semangat. Mereka adalahan team yang kubanggakan.

"Strategi? Hmm, strategi apa, seperti biasa. Mari kita berpesta!!!"

Monster ini memulai serangan dulu setelah aku berkata tadi dengan melayangkan pukulanya ke arahku. Dentuman besar terdengar yang berasal dari pukulan monster yang tingginya lebih dari 800 meter. Tubuhnya yang dibalut dengan kulit yang kerasnya melebihi baja dengan gampangnya melumatkan tanah dengan tinjunya itu. Sekuat apapun tinjunya tidak ada artinya jika tidak mengenai serangan.

Aku bersama Curio menerjang monster itu setelah menghindari seranganya. Kulit monster itu kami sayat dengan 2 pasang pedang laser.

"Ayo kita permainkan dia Curio, Galia dukung kami dengan artileri. Kalian semua serang monster yang lain. Terserah cara kalian seperti apa yang penting bantai!!!"

"Baik komandan." Mereka semua secara serentak tapi ada satu yang berkata lain.

"Mari kita berpesta, Kyahahahaha." ( Sial tampaknya malah aku melepaskan monster yang lain)

Monster itu kembali melayangkan tinju besarnya ke arahku. Planet ini bergetar yang getaranya membuat pohon berjatuhan. Dan aku hanya tertawa melihat seranganya yang sia-sia. Monster berukuran raksasa ini dapat bergerak dengan lincah meski bobotnya yang tinggi. Seranganya cepat bahkan membuat ledakan angin di sekitarnya. Tetapi aku bergerak lebih cepat. Seranganya ganas yang dapet mencabut nyawa kami jika terkena. Tetapi aku lebih ganas. Dia makin mengamuk, menyerang dengan brutal lebih cepat, lebih akurat. Tetapi aku lebih brutal. Tidak akan aku biarkan kamu bersantai-santai di sini monster-monster Styr.

Tiap kali dia menyerang kami, kami menghindar dan membalas menyanyat kulitnya. Sayatan yang tidak dalam, pedang laser kami yang dapat menembus baja dengan gampangnya, mungkin hanya bagaikan gigitan semut bagi monster ini. Monster ini terus menyerang kami dan pada saat itu kami membalas. Berulang kali, berulang kali pada titik yang sama.

"Crass"

Darah biru mengucur deras dari bagian kedua lengan monster itu. Tangan monster itu tidak akan dapat digerakkan lagi, otot dan nadi penggerak sudah kami tebas dengan sangat dalam. Monster ini meraung dengan keras yang memekakkan telinga.

The Lost ExistenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang