Chapter 1 Part 1

1.6K 95 17
                                    


Langit yang gelap, tanpa ujung, tanpa batas. Dihiasi dengan bintang- bintang yang memberi penerangan. Planet yang tertata rapi di masing-masing galaksinya. Diriku melayang di angkasa melihat pemandangan yang indah ini. Berulang kali, di mimpiku. Pertama kalinya aku mengalami mimpi ini, pemandanganya kabur. Dan tiap kali aku mengalaminya lagi, pemandanganya semakin jelas, semakin mengerikan.

'Duaarr'

'Duarrr'

'Duarrr'

Bintang-bintang meledak, planet bertabrakan, galaksi berhamburan, langit yang gelap menjadi terang benderang. Setiap kali aku melihatnya aku menderita, ketakutan.

Hah? Sekarang pemandanganya berubah, tidak ada bintang, tidak ada planet-planet, galaksi dan lainnya. Hanya kegelapan tanpa cahaya apapun. Ini pertama kalinya terjadi

"Uurrrgh"

Tubuhku gemetar, menggigil, ketakutan yang tidak dapat kuungkapkan. Apa yang terjadi....? Ada apa ...? Apa ...?

"..."

Tiba-tiba muncul sekelebat bayangan, bayangan berbentuk manusia yang besar, sangat besar. Ukuran yang tidak dapat dibayangkan, ukuran yang dapat menampung puluhan galaksi. Tubuhku semakin bergetar, menggigil, ketakutan yang tidak tertahankan. Aku melihat di ujung bayangan itu dua bola merah berapi. Bagaikan mata, menatapku, menusuk dengan tajam.

"Aarrgghhhhhhhhh"

"Haaahh ..."

"Haaahh ..."

"Haaahh ..."

Aku terbangun dari mimpi buruk tadi, sekujur tubuhku basah oleh keringat, dan diriku masih bergetar. Mimpi itu terasa nyata, bayangan mimpi itu masih terngiang di benakku. Bulu kudukku semakin berdiri.

Kemudian aku mendengar seseorang membuka pintu. Seorang wanita berambut coklat masuk ke kamarku. Dia tampak kaget melihat keadaanku, lalu bergegas menghampiriku.

"Radit, kamu tidak apa-apa?"

Aku memandang ke arah wajahnya yang putih, terlihat mata birunya berair penuh kekhawatiran.

"Ya, aku tidak apa-apa."

Dia memelukku dengan lenganya yang kecil. Penuh kehangatan membuatku kembali tenang.

"Apapun yang terjadi katakanlah, aku pasti akan selalu berada di sampingmu, mendukungmu."

Hatiku sakit melihat wajahnya yang sedih. Hal yang paling tidak ingin terjadi untukku adalah melihat dia, istriku bersedih.

"Tidak apa-apa Laura, ini hanyalah mimpi, tidak ada hubungannya dengan dunia nyata, aku masih sehat, kamu tidak usah bersedih."

"Tapi ..." Dia mengucapkan dengan suara kecil dan ragu-ragu

"Sudah 1 bulan aku melihatmu tidur tidak nyenyak, kamu jangan terlalu sibuk, kamu perlu istirahat." Dia mengucapkanya sambil tersedak-sedak.

"Pekerjaanku memang berat, tapi ini demi masa depan, demi semua orang, demi dirimu."

Dia tersenyum, meskipun itu senyum yang dipaksakan. Matanya tetap berair, penuh kekhawatiran.

"Sayang, sekarang aku harus bersiap-siap berangkat untuk melanjutkan pekerjaanku."

"Iya, aku akan siapkan sarapan."

"Terima kasih."

...

1 bulan telah berlalu semenjak pemberitaan yang mengejutkan itu. Givel bangsa planet lain, dialah yang yang telah menghubungi kami. Warp, Virtual Reality, 3D Hologram, mereka telah menemukanya puluhan ribu tahun yang lalu. Teknologi bangsa bumi itu bagaikan bayi yang baru lahir dibanding mereka. Akan tetapi bangsa itu sudah punah, Super Komputer ciptaan merekalah yang menghubungi kami, dan dia menghubungi kami supaya tidak terjadi tragedi yang sama.

The Lost ExistenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang