Chapter 3 Part 1

456 33 1
                                    

"Radit"

Aku mendengar suara seseorang memanggilku, suara yang terdengar halus dan merdu.

"Radit ..., Radit ..., Radit ..."

Tubuhku bereaksi mendengar suara itu, aku mencoba menggapainya dengan tanganku. Tetapi hanya udara kosong yang kugapai.

"Radit"

"Aaaah" Aku melihat ke arah sampingku terlihat seorang gadis berambut coklat duduk di sampingku. Tampangnya terlihat cemberut menatapku.

"Ah kamu, lagi-lagi tidur di luar seperti ini, nanti kalau kamu sakit bagaimana."

Aku masih berbaring mendengar omelannya, umumnya aku akan marah jika dibangunkan sedang tidur enak seperti ini, tetapi jika disambut oleh bidadari bermata biru didepanku, hal ini malah membuatku tersenyum.

"Haha, yah tapi aku capek sekali habis mengerjakan eksperimen bersama James, boleh dong jika aku beristirahat sebentar." Aku berada di bawah pohon rindang yang berada di tengah – tengah taman. Suasananya sangat nyaman dan sejuk, tapi di sini tempat orang – orang lalu lalang dan beraktifitas, yah wajar saja jika Laura risih melihatku tidur dilihatin keramaian seperti ini.

"Tapi, tahu gak kamu sudah dua jam tidur di sini, bagaimana jika kamu nanti sakit."

"Hah? Jadi kamu sudah menungguku selama 2 jam di sini?"

Mendengar perkataanku wajahnya memerah dan dia segera memalingkan wajahnya.

"Ka kamu pasti lapar kan, aku sudah menyiapkan makanan untukmu."

Dia memberikan sebuah kotak bekal kepadaku.

"Wah makananya apa sekarang?" Aku segera membuka bekal yang dia berikan kepadaku.

Ada ayam goreng dan udang tepung dengan sayuran yang ditata cantik serta nasi. 4 sehat 5 sempurna beserta susu yang tersimpan dalam botol. Dia selalu membawakan bekal makanan dengan kandungan gizi yang seimbang. Aku segera melahapnya dengan semangat.

"Hei jangan buru-buru makanya."

"Yah tapi makananmu sangat lezat, aku dapat melahapnya dengan segera." Laura tersenyum mendengar perkataanku.

"Gimana penelitianmu Dit?" Laura bertanya kepadaku.

"Hmm, masih ada masalah sih, aku dan James sekarang sedang memikirkan energi pendorongnya."

"Ohh. Sekali-sekali kamu istirahatlah Dit jangan terlalu fokus dengan penelitianmu." Nada bicaranya terlihat khawatir.

"Ah tidak apa-apa , penelitian kami juga sudah hampir tahap akhir"

"Hei Laura, jika pesawat yang kami kembangkan berhasil maukah kau ikut denganku berkelana ke luar angkasa." Aku bertanya kepadanya.

"Hmm, kayaknya tidak." Aku terkaget mendengar perkataannya.

"Aku akan menunggu di sini"

"Aku akan menyiapkan makanan-makanan kesukaanmu, menunggu di rumah tempatmu kembali."

Aku tersenyum mendengar perkataanya, aku menjulurkan tanganku ingin mengelus wajahnya.

Tetapi aku merasakan hal yang aneh. Tiba-tiba pandanganku menjadi kabur.

Wajah Laura makin lama makin menghilang dari pemandanganku.

"Tidak ..., tidaaaaakk!!!"

"Aaakkkkhh"

"Haaah, haaaah, haaah"

Aku menyadari semua itu hanya mimpi. Tapi setelah 100 tahun aku tidak pernah bermimpi, membuat mimpi tadi terasa nyata, aku masih merasakan kehangatan Laura di tubuhku.

The Lost ExistenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang