Chapter 2 Part 2

655 43 5
                                    

Radit

"Hmm, dimana ini?"

Aku terbangun di suatu ruangan yang lumayan besar, ruangan ini berwarna putih dan kosong tidak ada satupun benda di sana.

"Kenapa aku berada di sini?"

Aku mengingat kembali apa saja yang telah terjadi.

"Ah iya ya ya, ada 4 orang itu dan monster yang seperti reptil itu. Mereka menggangguku saja ketika aku baru saja bangun, kemudian tiba-tiba aku terjatuh pingsan. Hm? Kenapa bisa, kenapa aku bisa terjatuh kemudian pingsan? "

Aku menghirup udara sekitarku, kemudian aku merasakan kejanggalan dari udaranya.

"Hmm udaranya tidak nyaman, 10 % oksigen, 5 % karbon dioksida dan sisanya hidrogen, helium dan gas lainya. Yah pantas saja aku bisa pingsan, ah atau mungkin karena aku lapar? Ya benar aku lapar, sudah berapa tahun aku tidak makan enak."

" Tapi makan apa yah? Apa yang bisa dijadikan makanan di ruang kosong ini. Apa kumakan saja yah mikroba yang beterbangan di sini, eh kulihat-lihat lagi kayaknya beberapa mikroba di sini lebih seram dibanding tuberkulosis dan bakteri-bakteri lainya, wah penemuan yang luar biasa juga."

"Asaka hasika gutara" Aku mendengar suara-suara kecil di sekitarku.

"Buzaka numara kahila"

"Hm, suara kecil apa ini? Mengusikku saja." Aku melihat ke arah suara itu, ada kaca di sudut atas ruangan ini. Kaca ini tampaknya terlihat seperti cermin dari sisi sebelahku berada, tapi tampaknya sisi sebelahnya dapat melihat pemandangan di sini. Tetapi tidak masalah bagiku, aku dapat melihat ada 2 orang di sisi sebelah kaca itu, mereka berbicara dengan bahasa yang berbeda denganku. Hm, bahasa apakah ini? Oh ini bahasa dari bangsa Forste, baiklah terjemahkan.

"Aku tidak mengerti, dia tiba-tiba bangun dan kemudian bergumam-gumam sendiri." Kata pria yang mengenakan baju berwarna putih, perawakannya seperti manusia bumi tapi wajahnya berbeda. Matanya lancip dan pupilnya seperti bulan sabit, rambutnya berwarna coklat keemasan dan terlihat ada sedikit bulu di sekitar wajahnya, kemudian telinganya lebih besar dibandingkan manusia bumi. Bisa dikatakan dia seperti manusia kucing. Sekarang dirinya terlihat cemas memikirkan sesuatu.

"Hei coba kau lihat, dia seperti memperhatikan kita, apakah dia mengetahui keberadaan kita di sini?" Orang yang di sebelahnya sekarang membalas, dia mirip dengan orang tadi tetapi menggunakan baju yang sama tapi terlihat lebih feminim, tampaknya dia seorang wanita.

"Tidak mungkin, kaca ini tidak dapat melihat tembus dari sisi yang lain, lagipula dinding yang putih ini menambah kamuflasenya." Dia menggelengkan kepalanya menunjukkan ketidaksetujuannya dengan perkataan wanita itu.

"Apakah kamu yakin? Kamu tahukan hasil laporan dari tim penyelidik, apa yang bisa dia lakukan." Nada keraguan terdengar dari perkataan wanita itu.

"Ya benar juga, jadi menurutmu apa yang harus kita lakukan, kita mencoba berkomunikasi denganya?" Pria itu berkata agak tergagap.

"Yaah, kita coba saja." Yang wanita membalas sambil mengangkat pundaknya.

"Okay, okay baiklah." Pria itu perlahan-lahan menuju ke suatu benda yang terlihat seperti microphone, tampaknya itu alat komunikasinya.

"Hei lama sekali, aku bosan dengerin kalian berdua ngobrol, mana makanannya ." Aku berteriak kepada mereka yang membuat mereka berdua terperanjat.

Oh ya, mereka tidak mengerti bahasa bumi, baiklah ganti bahasa.

"Hei mana makananya, tamu itu datang disuguhin dong makanan bukan malah dicuekin ngobrol."

"A.., Apakah kamu mengerti bahasa kami?" Pria itu bertanya heran.

The Lost ExistenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang