Chapter 1 Part 2

1K 72 14
                                    

19-1, Haaah. Aku hanya menang di game pertama saat aku menjelaskan aturan permainanya. Dan setelah itu aku dipermainkannya, tidak berkutik sama sekali.

"Ayok Radit, kita main lagi." Dia menyusun kembali catur itu.

"Aaah maaf, istirahat dulu yah aku sudah lelah." Aku tidak punya semangat lagi untuk melawanya.

"Ayolah aku bosan dari dulu berbicara cuman lewat komputer itu"

"Ah, iya bagaimana kalo kita coba permainan yang lain," Airi mengucapkanya sambil tersenyum.

Tiba-tiba pintu terbuka dan seorang pria berambut pirang pendek mengenakan jas lab masuk ke dalam. Perawakanya cukup tinggi, dan kemudian dia datang menghampiriku.

"Hei Radit, ternyata kau di sini, aku mencarimu dari tadi."

"Hai James, ada apa?" 

"Ayok sini, aku mau memberimu kejutan," ajak dia sambil menarikku.

"Oh iya pak James, ini saya mau memperkenalkan seseorang." 

Naomi tampak mau memperkenalkan Airi kepada James.

"Ah nanti saja, saya sedang sibuk,"  dengan nada sedikit kasar dia mengacuhkan perkataan Naomi.

"Ayok Dit."

"Okay, okay." Aku mengikuti James pergi.

Kami keluar menuju lift yang tidak begitu jauh dari ruangan meeting. Lift ini cukup rahasia dan memiliki pengamanan khusus, untuk menaikinya memerlukan kode rahasia, sidik jari dan tes retina. Hanya beberapa petinggi saja yang dapat menaikinya. Dan disinilah tempat penelitian James dilakukan.

Pintu lift itu terbuka setelah James memasukkan sandi dan selesai pengecekan

"Ayok masuk." James masuk dahulu dan menyuruhku segera mengikutinya.

Aku memasuki lift itu yang  kemudian bergerak turun. Lift ini turun dengan cukup cepat, tapi meskipun begitu tetap memerlukan waktu 5 menit untuk sampai tujuan, letaknya kira-kira 2000 meter di bawah tanah.

"Oh iya Radit, aku lupa memberikan selamat kepadamu."

"Spacecraft yang kau rancang itu kabarnya sudah selesai yah, selamat yah." Dia mengucapkan selamat sambil menepuk pundakku sedikit.

"Ah terima kasih James, itu bukan rancanganku aku hanya mengerjakan apa yang diperintahkan alien itu."

"Jadi apa yang mau kamu tunjukkan kepadaku?"  Dengan tampang yang sedikit penasaran aku bertanya.

"Haha tampaknya kamu sudah bisa menebaknya yah." Aku melihat senyum yang mengembang pada wajah James.

"Ya benar, aku telah menyempurnakan teori itu, teori itu sudah sempurna."

Kemudian kami melakukan tos.

"Yah seperti dulu, setiap proyek yang kita lakukan pasti selesai berbarengan," kata James, pandanganya mengambang seperti mengingat sesuatu.

"Dulu aku meremehkanmu, orang Indonesia masuk ke universitas ternama seperti MIT, aku kira kamu orang nyasar Dit."

"Hahaha, yah wajar sih, di tempatku dulu memang susah melakukan penelitian, beda denganmu yang dari Jerman." Aku mengangkat pundakku sedikit.

"Aku ingat sekali dulu aku kesal sekali sama kamu Dit, aku kira aku yang pertama menyelesaikan proyek, tapi ternyata ada yang sudah duluan." Ucap James sambil bernostalgia.

"Dulu aku rasanya ingin sekali menjatuhkanmu, menertawakanmu, tapi entah mengapa tiba-tiba kita jadi berteman"

"Yah sejak awal aku sudah tahu kecocokan kita, lagipula kita punya tujuan yang sama" Aku memotong perkataanya.

The Lost ExistenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang