Chapter 2 Part 1

780 49 7
                                    

Allita

Aaaah males banget deh, udah capek, becek, malah disuruh ke reruntuhan seperti ini. Padahal udah sejam jalan masih belum sampai-sampai juga. Sekarang harus mendaki ke jalanan yang terjal ini. Huh, males-malesan aja deh jalanya.

"Allita, cepet sedikit jalannya kamu, jangan malas-malasan seperti itu." Tiba-tiba komandanku yang berjalan di depanku menghardikku. Aku jadi kaget karena mendengar suaranya yang lantang. Namanya Gildo tubuhnya besar dan tinggi. Dia mengenakan seragam pelindung dan masker berwarna hitam keabu-abuan yang menutupi seluruh tubuh dan wajahnya, seperti yang dikenakan diriku juga. Yah wajar saja dengan kondisi alam seperti ini kulit yang tidak terlindung melupakan hal yang fatal bagi kami.

"Aku tahu kamu malas pergi ke tempat seperti ini, tetapi hanya kamu yang dapat mengidentifikasi benda asing itu, meteor yang tiba-tiba jatuh dari langit."

"Iya aku tahu komandan, tapi kenapa gak naik Mecha aja sih ke tempat itu." Aku membalas hardikan dia.

"Mecha itu terlalu mencolok, aku tidak ingin terjadi hal yang tidak dinginkan sehingga dapat merusak benda asing itu, kita akan bergerak secara diam-diam tanpa menarik perhatian musuh."

"Jika kamu tidak ingin lama-lama di sini, jangan malas-malasan." Dia menghardikku lagi.

"Iya, iya." Ah ngeselin banget deh aku terpaksa mengikuti perkataan komandan, terpaksa aku memanjat batu-batuan yang terjal ini.

"Sini tanganmu Alita." Suara yang ramah itu muncul dari pemuda di sampingku, dia menjulurkan tanganya kepadaku. Untungnya masih ada juga orang baik di sini.

Namanya Curio, dibanding yang lain dia terlihat lebih kurus. Dia sebenernya cukup tampan tapi sayangnya sekarang wajahnya tertutup masker. Oh iya team kami terdiri dari 4 orang, Gildo yang tubuhnya besar dan kekar itu sebagai komandan, Curio yang tadi menolongku bertugas sebagai penunjuk jalan, kemudian Galia tubuhnya gendut tapi instingnya bagus dia yang bertugas mengawasi jika ada musuh di perjalanan ini, yang terakhir adalah aku si cantik ini :D. Tugasku sih mengidentifikasi benda-benda asing, tetapi aah karena itu terpaksa aku ikut ekspedisi ini, sial.

Akhirnya berhasil juga kami lewati tebing yang curam tadi, yang dibaliknya terlihat pemandangan hijau yang membentang dengan pohon yang berwarna warni. Harusnya ini akan menjadi pemandangan yang indah seandainya tidak hujan gerimis seperti ini.

"Berhenti." Tiba-tiba Galia berteriak.

Dia mengeluarkan radar yang berbentuk kotak hitam berukuran kecil dari ranselnya kemudian mengaktifkanya.

'Tiiik... tiiik... tiiik' Radar itu mengeluarkan suara yang kecil dan berulang-ulang, ini pertanda ada sesuatu di dekat sini

"Ada alien jenis Rakonus berada sekitar 3 km dari sini, ukuranya sekitar 20 meter dan dia tipe hunter. Pergerakanya cukup cepat, dan sekarang bergerak menuju arah kita. Sekitar 1 menit lagi akan sampai."

"Baiklah semuanya aktikan Camouflage Suit." Komandan memberi perintah.

"Siap" Kami membalas bersamaan.

Jubah kami bersinar kemudian berganti menyamakan warnanya dengan lingkungan di sekitar kami. Penglihatan,penciuman dapat ditipu karena sudah digantikan sesuai dengan keadaan sekitar. Kami diam menunggu hunter itu tanpa melakukan pergerakan yang tidak penting.

Langkah kaki monster yang berukuran besar terdengar semakin jelas, hunter itu semakin dekat.

"NNGGGHUUUAAAAA" Hunter itu muncul dengan menghancurkan pohon-pohon di sekelilingnya kemudian meraung dengan keras.

Tubuhnya sangat besar berbentuk Reptil berwarna hitam kehijauan. Taringnya besar dan tajam, dan cakar-cakarnya yang panjang tampak di jari-jarinya yang berjumlah 4 pasang. Kemudian dia terdiam, dan pandangannya seperti melihat-lihat ke sekitar mencari kami. Penciumanya sangat tajam dan dia pasti sudah merasakan keberadaan kami tadi, tapi dengan camosuit kami penglihatan dan penciumanya sudah kami buyarkan. Dia tampaknya menyerah mencari kami dan pergi kembali ke semak-semak hutan. Langkah kakinya terdengar semakin kecil dia tampaknya sudah jauh.

The Lost ExistenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang