Last Chapter, Part 1

158 15 2
                                    

Allita

Selama ini aku hanya melawan monster spesies Argio, monster cacing raksasa yang terus menerus menyerang markas kami. Hampir setiap hari kami melawan mereka, menghadang mereka demi mempertahankan tempat kami mengambil sumber daya. Bukannya sudah biasa sih aku melawan mereka, meski sudah sering aku melawannya tetap saja aku merasa takut, kali-kali saja aku melakukan kesalahan kecil yang dapat merenggut nyawa, mengingat jeritan monster itu pun selalu membuat tubuhku bergidik, dan terkadang aku hampir mau menutup mata melihat taring-taring monster itu.

Kami tetap berjuang dan dapat bertahan sampai saat ini, tapi terkadang kegelisahanku terbawa kepada istirahat malamku, mungkin saja esok aku akan membuat kesalahan, mungkin saja kami hanya dapat bertahan sampai esok. Pengalaman yang lama itu bukanlah membuat kemampuan kita semakin bertambah ataupun matang, pengalaman yang lama itu memperbesar kemungkinan kesalahan akan datang. Dan selama 2 tahun ini aku bersama tim Gildo, Curio dan Galia, aku hanya menggunakan Mecha dengan fungsi sebagai pembantu saja, Fuco.

Ketika Radit memperkuat mechaku percaya diriku semakin tumbuh. Aku tidak akan takut lagi dengan monster cacing yang menghantui hari-hariku, aku akhirnya akan dapat tidur nyenyak tidak perlu khawatir akan hari esok, tidur bersama dengan boneka bermotif hewan imut di sampingku. Mungkin saat tidur aku mendengkur, hahaha. Tapi ilusi pikiranku dipecahkan kurang dari sejam, aku bertemu monster yang sangat menakutkan, monster yang tidak dapat kubayangkan keberadaanya. Monster yang melekat menjadi mimpi burukku, sampai sekarang aku masih dapat membayangkan monster itu dengan jelas. Cakar-cakarnya yang panjang, taring yang panjang, gerakannya yang lincah dan gesit. Dan tawa mereka terus terngiang di kepalaku, mempecundangiku, mempermainkanku. Nevatz.

Aku sadar diriku hanyalah makhluk lemah di alam semesta yang luas ini. Dan saat ini langit tertutup dengan awan gelap, awan yang terbentuk karena kumpulan monster-monster ganas yang menyerbu kami. Alam semesta seperti menunjukkan taring sebenarnya, dan apa yang telah kami alami dulu itu, seperti bermain di taman anak-anak. Merasa diri besar dan tahu segalanya, polos terhadap kekejaman alam semesta.

'Duar'

Terdengar suara ledakan di dekatku, den seketika itu juga beriringan teriakan pekik. Kemudian terdengar lagi suara ledakan 5 kali hasil dari rudal yang berpapasan dengan kelima monster coklat bersayap dan berwajah lancip itu.

"Allita kamu tidak apa-apa?" Suara Gallia terdengar dari radio komunikasiku dialah yang menembaki monster yang menyerangku tadi. Aku telah berhadapan dengan sekitar 20 monster yang seperti tadi, dan 4 monster hampir bebas dari seranganku yang dihabisi oleh rudal dari Gallia.

"Tidak apa-apa Gallia, terima kasih yah tadi." Terasa napasku yang terengah-engah penuh kecemasan ketika aku membalasnya.

"Tidak usah dipikirkan ini sudah tugasku, kamu adalah aset utama untuk memenangi pertempuran ini. Bagaimana keadaanya sekarang Allita?"

"Hmm." Aku terdiam sebentar, senjata Fuco yang diperkuat Radit, tidak cukup untuk melawan serbuan monster yang terus menerus. Namun radar Fuco yang disiapkan Radit dapat menunjukkan informasi seluruh monster yang menyerang kami. Aku memberitahukan kepada teman-temanku titik lemah dari monster-monster itu dan bagaimana cara melawan mereka. Aku terus berjuang sebagai tombak utama pertempuran ini, aku akan bertahan hingga komandan dan mecha tambahan yang dikirim Linda datang. Aku yakin kami dapat memenangkan pertempuran yang mustahil ini. "Kumpulan monster yang menyerbu kita tadi sudah binasa, aku melihat dari radar ada kumpulan monster yang akan menyerang lagi. Monster yang berbeda dengan tadi, mereka berbentuk lebih besar dengan cakar yang tajam kira-kira berjumlah 200, tapi pergerakan mereka lebih lambat dan mereka berlari di darat."

"Okay, baiklah tampaknya kita harus berpindah tempat, lokasi ini sudah tidak cocok lagi untuk bertahan, pohon-pohon sudah bertebangan dan lembah-lembah sudah rata. Aku tahu tempat yang cocok untuk melawan mereka, ayo." Mecha hijau milik Galia pun keluar dari tempat persembunyianya, kami dapat bertahan karena pengetahuan medan planet yang kami cintai ini, dan Galia adalah orang yang paling ahli bertempur secara gerilya. Monster terbang tadi menyerang kami berjumlah sekitar 100, kami bertahan dengan 10 orang yang hanya tersisa aku dan Galia.

The Lost ExistenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang