- Hujan di Hari Sabtu

2.7K 143 7
                                    

Sebagaimana kata orang,
Otak bekerja dengan cara mengingat, bukan melupakan.
Terlalu banyak hal yang ingin aku hapus.
Termasuk hujan di hari sabtu.
Dimana pada tetes-tetesnya, Rindu bertemu dengan pilu.
Dimana pada tetes-tetesnya hal-hal rumit yang ingin aku kubur jauh, justru tumbuh.

Kita-- atau begitulah kau dan aku menyebutnya,
Pernah bertemu di sebuah kedai kopi.
Aku kedinginan, dan kau menawariku kehangatan.
Aku menangis, dan kau menawariku pelukan.
Sesederhana itu waktu berjalan.
Sesederhana ketika aku bertemu lagi, denganmu.
Di tempat yang sama. Kedai kopi.
Di waktu yang sama. Hujan di hari sabtu.
Namun dengan perasaan yang teramat sangat berbeda.

Bertemu denganmu, lagi--memaksaku untuk mengingat kembali mimpi-mimpi yang ku kubur rapat.
Memaksaku untuk membuka kembali album-album lama. Perihal kita berdua, dulu--yang sempat terabadikan.
Bertemu denganmu, lagi--memaksaku untuk mengingat kembali tetes hujan di hari sabtu, saat kita pertama kali bertemu.

"Kau tidak membawa jaket yang lebih tebal?" Ujarmu manis.
"Tidak." Kataku sekenanya. Waktu itu kita belum mengenal satu sama lain. Waktu itu kita belum membuka rahasia satu sama lain.
"Boleh kutau namamu?" Katanya. Namun aku enggan menjawab. Kau tau, aku sudah sangat kedinginan. Dan aku tidak punya waktu berbasa-basi.
"Kau kedinginan? Kau sakit?" Katanya. Khawatir. Kau aneh. Kita bahkan belum saling mengenal. Dia melepaskan jaketnya. Membungkus badanku perlahan. Dan merangkulku mendekat. Memberikan kehangatan.
"Terimakasih." Kataku serak. Kau tersenyum. Senyum aneh yang membuat sesuatu dalam hatiku bergejolak.
Sesaat hening. Hanya denting hujan yang menyapu pendengaran. Rangkulannya begitu nyaman. Terlalu nyaman untuk ukuran orang asing.
"Kau pasti merasa dingin juga. Aku hanya sebentar disini. Dan kurasa kau lebih butuh kehangatan daripada aku. Lihat, wajahmu membeku." Kataku tak sabar.
"Tidak apa-apa." Ujarnya. Mata sedalam lautan itu membingkai diriku. Membuatku tak berkutik, membeku, seakan waktu berhenti saat itu.

Tapi,
Sebagaimana sajak waktu,
Kita dipertemukan sebagai orang asing,
Dan lihat,
Kita dipisahkan--juga sebagai orang asing.
Percayakah bahwa pertemuan kita kembali adalah hal yang selalu ku semogakan?
Tuhan terlalu baik, tapi aku tidak.
Atas segala hal hal rumit yang pernah kita rajut dulu,
Atas segala kehangatan dan pelukan yang pernah menghiasi kisah hidupku dulu,
Aku mengucapkan terimakasih.
Kepada Hujan di Hari Sabtu,
Yang pada tetes airnya menceritakan banyak hal.
Tentangmu. Tentang kita. Tentang segalanya.

----
Ekwa

HUJAN: Sebait Kenangan KusamWhere stories live. Discover now