Melankolia

426 49 5
                                    

mungkin,
alasanku betah sendiri bukan karena aku sulit jatuh cinta, seperti yang kututurkan padamu saat awal kita bertemu.
lebih dari itu— aku tau ketika aku menyerahkan hatiku, semesta seakan mengejekku dan merancang skenario patah-hati terburuknya untukku. semacam kutukan yang datang dari waktu ke waktu,
semacam ketakutan-ketakutan yang mengintai di ujung jalan,
sebuah kejutan tak mengenakkan untuk eksistensiku.
percayalah, aku mudah mencintai. aku gampang luluh. aku gampang runtuh. hanya sulit bagiku untuk ada di posisi itu; di posisi dimana aku berkata "iya, aku mencintaimu" lalu kita ada di sebuah hubungan yang tertulis di atas janji.
aku tau akan sulit bagi orang lain menerima ini, terlebih bagimu.

lebih mudah bagiku menunjjukkan bahwa aku mati rasa dibanding harus menghadapi fakta bahwa aku harus menyerahkan kontrol perasaanku terhadap manusia—yang telah kau ketahui—cepat sekali berubahnya.
bagiku— manusia bukan jawaban, tapi justru pertanyaan.
kau bisa berucap bahwa kau jatuh amat dalam padaku, lalu lusa nanti menganggapku bukan siapa-siapa. begitu juga sebaliknya. aku bisa saja tergila-gila padamu hari senin, lalu memilih membencimu di hari selasa.
perasaan manusia tidak pernah bisa dinalar logika.
lihat? ini semua rumit untukku, ragaku, perasaanku. dan aku tau, mungkin akan lebih sulit bagimu jua.

semoga gerbong kereta itu membawamu pulang. ke hatimu. tempat beristirahat yang kekal. bukan hatiku. rumah adalah yang kau cari, sedang aku hanya pemberhentian-pemberhentian sementara, hanya lalu-lalang. hanya sesuatu yang tak bisa kau harapkan keabadiannya.

semoga lampu-lampu kota itu menghangatkanmu, bukan pelukku. cinta yang kau cari, sedang aku hanya sosok yang akan selalu bertanya-tanya, hanya kabut-kabut asap. hanya sesuatu yang tak bisa kau harapkan hadirnya.

semoga aroma kopi yang kau hirup di kedai kesukaanmu, menenangkanmu. nyaman yang kau cari, sedang aku hanya tumpukan-tumpukan prosa yang tak akan bisa kau baca meski kau mencoba, hanya aksara-aksara yang kontra. sesuatu yang tak jelas maknanya. 

nanti, akan ada kalanya kau menceritakan sosok baru yang kau temui sembari mengenang betapa kau sangat menginginkanku— dulu. sedang aku akan mendengarnya dengan senang hati, lalu mungkin sedikit menatap lamat korneamu, menggemingkan penyesalan— "seandainya dulu aku mencoba mendekapmu". lalu pikiran itu akan segera kuhapus dari benakku, kuganti dengan pelukan hangat atas bahagiaku untukmu.

aku belum selesai dengan diriku. tidak di masa lalu, tidak di masa sekarang, lalu tidak jua di masa depan. aku menghamba pada diriku. dan mungkin dibalik kemandirianku, aku sedikit berfantasi akan ada yang menghancurkan dinding pertahanan itu dan luluh, tapi aku tau— tak akan ada yang bisa. tidak kamu, tidak pula orang lain. karena aku tak mengizinkannya. dan aku tak pula mendambakannya.

tidak apa-apa mencintaiku, tapi kau harus mencintai dirimu jua. tempat pertama dan utama yang justru membutuhkan itu. kuharap kau sadar itu.

cinta tak harus bersama— ucap legenda. meski aku tau egomu tak pernah tak setinggi Ksatria Berbaju Zirah yang menyelamatkan putri-putri istana, tak pernah tak setinggi Cleopatra dalam mengabadikan cantiknya. tak pernah tak setinggi Augustus dalam mempertahankan kota Roma.

Jika kau mencintaiku apa adanya— seperti tuturmu, tentu kau harus menerima bahwa aku tak bisa menerima, itulah definisi "apa adanya" untukku. tahan rasa sakit itu sekuatnya, menangislah lalu menulis. suatu saat kau akan jatuh cinta lagi. aku mungkin akan sesekali membuatmu haru dan rindu, setelahnya, aku hanya cerita di masa lalu.

kamu akan tumbuh dari rapuh, percaya atau tidak— waktu mampu menyelesaikan segala persoalan.
dan sejatinya yang kau butuhkan adalah waktu, bukan aku.


ditulis pada 3 Januari 2022

EKWA.

HUJAN: Sebait Kenangan KusamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang