Pinta

491 49 7
                                    


semoga segera berlalu.
pada apa-apa yang membebani pundakmu, melemahkan rusukmu, lalu pada apa-apa yang menyesakkan dadamu.

semoga segera menepi.
pada segala sepi yang tertuang dalam diri, pada segala sedih yang merajut nadi.

semoga segera usai.
pada segala ujian hidup yang menoreh perih, pada segala kabar-kabar tak enak yang membuatmu letih.

semoga ragamu dihangatkan oleh doa-doa Ayah, lalu batinmu ditenangkan oleh doa-doa Ibu.
semoga semesta senantiasa memeluk hadirmu, menggenggam tanganmu erat sampai semua ini kiranya berlalu.

sampai kita bisa menepi di pinggir jalan, beristirahat, meluruskan kaki sejenak, menghirup kenyataan lamat-lamat tanpa harus dikejar kisah kisah yang perlu kita mainkan selanjutnya, kisah-kisah yang perlu kita jalankan setelahnya.

sampai kita bisa menepi di pinggir jalan, merebahkan punggung, tanpa harus dihantui kekecewaan berikutnya, tanpa harus diwarnai kesedihan selanjutnya.

sampai saat itu tiba, semoga kamu dikuatkan.
dikuatkan pundaknya, digagahkan rusuknya, dilapangkan dadanya.

sampai saat itu tiba, semoga kamu dikokohkan. sampai sepi-sepi yang mengisi diri pergi, sampai sedih-sedih yang merajut nadi —tak lagi perih.

sampai saat itu tiba, semoga kamu senantiasa memeluk diri sendiri. berkata padanya bahwa inipun— akan terlewati. berucap padanya bahwa inipun— tak abadi. bertutur padanya bahwa inipun— akan terlampaui.


Ekwa.

Catatan Kaki:
mungkin, diantara prosa dan puisi yang pernah kutulis; ini adalah yang paling jujur dan yang paling 'candid'. aku menulis puisi ini dalam dua puluh lima menit, tanpa jeda. aku ingin menggambarkan sebuah khawatir —rasa yang—berani kuasumsikan—sedang dialami oleh hampir semua orang, terlebih di masa-masa sulit ini.

belakangan, hidup kita rasanya seperti layang-layang. demikian cepatnya ditarik ulur. berpindah dari satu kabar sedih ke kabar sedih yang lain. bergumul dari satu arah angin, ke arah angin yang lain. rasanya tak pernah usai. senar itu semakin meninggi menuju kehampaan langit; rasanya mendayu-dayu. hening lalu hampa.

belakangan pula, kata semangat terkesan amat basi. beberapa dari kita bahkan tak tau lagi bagaimana mendonorkan atau mengembalikan energi.
'Pinta' adalah kumpulan doa-doa tulus yang kutulis untuk diri sendiri. lalu untukmu. lalu untuk semua orang. padamu yang percaya pada Tuhan, atau pada Setan, atau tidak keduanya.

pintaku, semoga doa ini kita aminkan dengan cara kita masing-masing. membujuk Semesta, dan merayu padanya. tak banyak yang ingin aku jabarkan disini, hanya bisa berdoa semoga segala kesulitan segera berganti. lalu kita bisa berbangga hati karena telah melewati ini dengan batin yang lebih berisi, karena sabar-sabar senantiasa dilatih.

semoga semuanya lekas pulih.


Ekwa.

HUJAN: Sebait Kenangan KusamWhere stories live. Discover now