Dan malam ini aku bertemu lagi dengan tulisan-tulisan tanganmu.
Bagaimana jarimu menggores rapi bait-bait puisi yang lahir bersama sedih,
Berdamai dengan sepi, dan mengalir bersama imaji.Aku merindukanmu lagi.
Kenangan ini mungkin mulai memudar,
Tapi aku selalu disini,
Dengan rasa yang sama, hati yang sama,air mata yang sama,
Yang berubah, hanya rasa ini makin lama makin besar,
Hati ini makin lama makin rapuh,
Dan air mata ini makin lama mengalir tanpa jeda.Lantas orang-orang mulai memanggilnya : kenangan.
Aku masih begitu ingat saat kau memberiku boneka beruang cokelat,
Berkata bahwa kau akan selalu ada untukku,
Memelukku erat,
Hingga bisa ku dengar detakan jantung dibalik dadamu,
Hingga bisa ku dengar hembusan nafas menderu,
Hingga bisa ku rasa hangatnya aliran darah dibalik kulitmu.Kau tau,
Aku tak menyesal menjadi diriku sendiri.
Aku menyukai betapa lemahnya aku.
Aku menyukai betapa dramatisnya aku.
Aku menyukai bagaimana aku tertekan hanya dengan sekeping kenangan,
Aku menyukai bagaimana setiap malam mengingatmu,
Aku menyukai bagaimana setiap pagi merindukanmu,
Aku menyukai rasa sakit dibalik itu.
Tapi, biarkan aku jujur satu hal.Menjadi diriku sendiri, dengan semua rasa sakit ini,
Bukanlah pilihan yang tak berarti,
Kau hanya tak mengerti bagaimana orang lain melalui masa lalunya,
Bagaimana orang lain melawan penyesalan mereka,
Bagaimana orang lain berdamai dengan air mata mereka.Dalam tiap bait puisi yang kau ciptakan,
Dalam tiap gores tinta yang kau torehkan,
Tercipta sebuah kenangan,
Yang abadi bersama penyesalan.Untuk kau, yang teramat sangat aku rindukan.
---
Ekwa
ŞİMDİ OKUDUĞUN
HUJAN: Sebait Kenangan Kusam
ŞiirMeraih peringkat 20 Besar di kategori puisi, 2018. - Pada tetesan air itu, tercipta sebuah rasa yang memecah hening dan menguarkan kenangan, bagi siapa saja yang mau menerimanya. - Ini adalah kumpulan sajak dan puisi yang ditulis untuk menghibur dir...