- Apakah Kau Akan Tetap Sama?

3K 162 10
                                    

"Aku lelah" Kataku padanya suatu saat.
Saat itu senja hendak berpamit pada laut yang yang tenang. Pendarnya terarsir dengan rapi. Jingga. Senja. Dua hal yang kusuka.
"Aku juga sama" balasnya.
"Aku hanya heran." Kataku melanjutkan. "Banyak manusia membenci mereka yang memakai topeng, tapi herannya jika kita melepas topeng kita, Tak ada yang mau menerima kita." Ujarku.
Dia tetap sama. Mulutnya terkatup rapat. Matanya menyiratkan bahwa ia sedang berfikir keras.

"Aku menunggu jawabanmu" kataku lagi.
"Dunia memang bekerja seperti itu, Yu." Ujarnya.

"Aku takut." Kataku lagi.
"Aku juga sama." Lanjutnya.

"Akankah kau menjadi orang yang sama, saat kau tau ketika aku membuka banyak topeng yang kupakai?". Mataku menatap lurus tajam bintang yang mulai berpendar diatas cakrawala senja. Cahaya jingga telah berubah menjadi hitam. Kelam.
"Sebenarnya, ketika kau membuka topengmu, mereka yang sayang padamu, akan tetap sama. Tak berubah. Mencintaimu sepenuh hatinya. " Tanggapnya halus.

"Lalu, bagaimana dengan mereka yang pergi? Bagaimana jika Aku sayang mereka tapi mereka hanya menyanyangi 'topeng' ku? " kataku putus asa.

"Mereka yang pergi, adalah mereka yang terbiasa melihatmu sempurna,Yu. Mereka terbiasa melihat kau mengukir senyum bahagia, Ketika tiba saatnya kau membuat jiwa mereka sakit, Mereka akan pergi tentunya. Untuk menyembuhkan jiwanya. Entah untuk kembali untuk menerima kau apa adanya, atau pergi selamanya dan tak pernah menganggap kau ada."

Melodi sore ini mengalun dengan rapi. Fikiranku berkelana jauh, kembali. Pergi, dan kembali lagi.

"Kau tau kan, aku hanya-- tak mau percaya. Padamu. Bahkan pada diriku sendiri." Kataku.

"Tapi aku percaya padamu. Aku tau kau pasti khawatir tentang pandangan buruk orang lain terhadapmu. Bagaimana kau khawatir mengecewakan orang lain, Yu. Sedang, orang lain tak pernah berfikir untuk menjaga perasaanmu.

Ada saatnya dalam hidup, Kita harus sadar bahwa tak semua orang yang kau jaga perasaannya, Mau menjaga perasaanmu juga. " ujarnya dalam.
Udara dingin mulai menyelimuti epidermis kulit. Syaraf syaraf tubuh meresponnya dengan rapi, kemudian dilanjutkannya ke otak. Tapi, otakku masih bergumul dengan banyak hal. Banyak sekali.

"Sudahlah Yu. Kau tau, seberat apapun yang kau hadapi, kau tetaplah dirimu sendiri. Jangan lupa itu. Kata-kata buruk mereka di belakangmu itu di hadapan Tuhan bertransformasi menjadi kebahagiaanmu sendiri apabila kamu tetap sabar.
Sabarlah. Daripada sibuk mencari pembenaran atas perkataan mereka tentangmu, lebih baik kau tetap fokus untuk terus maju. Untuk menjadi dirimu sendiri. Untuk bahagiamu sendiri, Yu". Katanya.

Satu hal yang kusadari kemudian. Akan selalu ada orang yang menjaga perasaanmu, sebagaimana kau menjaga perasaan mereka. Ada seseorang yang menangis karenamu, sebagaimana kau menangis kehilangan mereka. Ada seseorang yang ingin kau bahagia, sebagaimana kau ingin mereka bahagia. Sampai saat itu kau sadar, bahwa, hidup ini indah.

-----
Ekwa

HUJAN: Sebait Kenangan KusamWhere stories live. Discover now