what lovers do

310 57 98
                                    

"Come on, enjoy your meal. I'm not pouring poison on it, dont worry," Papa memgangkat satu sendok di tangan kanannya untuk mempersilahkan Michael makan, "just make yourself at home." Ucapnya dengan senyum dari sudut ke sudut.

"Yes, Om." Ucap Michael yang tidak tahu mengapa ia kaku saat bertemu Papa. Apakah ini mungkin karena Michael takut disemprot oleh Papa? Aku tidak tahu.

"So, how long you guys have been dating?" Ucapnya sembari memainkan sendoknya dengan diputar-putar seakan mengibaratkan kami berdua. Michael memperlambat kunyahan katsu ayam di mulutnya, "a month and half," jawabnya setelah menelan habis makanan di mulutnya.

Papa pun mengagguk seakan mengerti, "still on the early stages, i know some kinds of cute things are between you two." Ucap Papa dengan mengangkat turunkan alisnya dengan senyum yang jahil.

"Oh, please, Pa." Ujarku sembari memijat keningku perlahan. "What? You guys are young paramore. You shouldn't be ashamed to tell me of it, i had been in your situation when I was young." Aku pun menatap mata Papa yang berwarna cokelat mahoni berpadu dengan hijau yang memudar. Matanya seakan menerawang ke belakang atas masa lampaunya.

"So, (y/n) have you got your first kiss?" Tanya Papa yang membuatku membeku di tempat dudukku. Seakan baru saja seseorang melepaskan peluru tepat di otakku. Michael yang tengah makan lalu tersedak, "is that a yes?" Tanya Papa sembari membinarkan kedua matanya, "i count that as a yes, but seriously, you two has kissed?" Papa kembali ke pertanyaan yang seharusnya tidak dipertanyakkan dan membuatku merah seperti bokong kera.

"Damn, my baby girl has grown up." Ucapnya dengan menggenggam tanganku karena posisiku yang sedang berhadapan dengannya. "Aselole jos." tambahnya dengan melakukan dab yang biasa dilakukan oleh orang-orang pada saat ini.

Aku tidak mengerti lagi dengan parent jaman now.

"I just wanted to tell you guys a story."

"When i was in your ages, i litteraly would do everything to my girl," ucap Papa yang sekarang matanya fokus ke pria dengan rambut hitam dan ombre yang berada di sampingku. "i did cute things, buy her favorite things such as flowers, chocolate, i bought her a tampons or pad when she was in red wave period coming, and made her smile everytime we met or i can say it everytime. She was done the same things for me, and it was sweet."

"Because that's what lovers do guys. Made each other happy, through the thick and thin like you're in a war, i know that sounds dramatic but you have to know everything that you fight for would be worth it in the end."

Kali ini aku rasa Papa akan menceramahkan Michael dengan nasihat seorang ayah pada pacar anaknya.

"I didnt want her to be sad because it kinda broke my heart too. So, Michael i hope you can always paint a rainbow smile on my daughter's face. I have this secret for new love birds like you."

"What is it?" Tanya Michael setelah kami menyimak kalimat Papa.

"Both of you have to trust each other. Trust is a bridge to a strong relationship. If you two lose each others trust, you will know what happen."

Sebenarnya aku penasaran, siapa yang Papa ceritakan tadi saat ia masih muda. Apakah itu mama atau mantan-mantannya? Aku tidak berani untuk menanyakkan itu padanya. Jika memang itu mama, berarti satu dari mereka tidak mempercayai satu dari mereka atau bisa aku katakan mereka tidak saling percaya.

"Hey, I remember what question that i want to ask you." Ucap Michael saat kami berjalan ke dapur dengan piring kotor di tangan kami. "What? And now you remember?" Balasku dengan senyum kecil karena Michael kerap kali melupakan sesuatu bahkan satu bilah pertanyaan.

Hi or Hey // 5SOSWhere stories live. Discover now