sunset before the dusk

346 68 256
                                    

Senyum yang terus mengembang seperti bolu kukus tetap menamani hari-hariku, setiap mengingat Michael memiliki rasa yang sama untukku. Namun, hal itu hanya diketahui oleh Ashton dan hanya Ashton lah yang tahu jika aku memliki perasaan yang sama terhadap Michael, atau sebaliknya. Michael tepat berada persis dihadapanku dengan mengetukkan pucuk pensil pada rambutnya, warna rambutnya asli terlihat samar-samar.

"Why did you do that?" Tanya Luke yang memperhatikan Michael yang kerap kali mengetuk lalu menggaruk rambut maupun kulit kepalanya dengan pensil. "I have no clue what are these questions." Katanya dengan mata yang menatap lekat kertas bergaris di atas meja. "I thought you wanted to drop out, but why did you still care about homeworks?" Luke pun dengan terang-terangan berkata seperti itu, sementara Michael tidak menggubris lelaki berambut pirang yang menjulang tinggi.

"I thought you have a dandruffs or louses in your head." Ucapku yang langsung diketuk olehnya menggunakan pensil itu. Senyumnya pun mengembang seiring aku tertawa.

Indah.

Giginya yang putih berkilau itu menjadi daya tarikku sendiri. Dia memang terlihat menjengkelkan dan menggemaskan di saat yang sama.

Suasana kantin memang ramai dikarenakan memang waktu pelajaran sudah habis. Mulai dari banyak siswa-siswi yang berlalu lalang membawa tas mereka di punggung sampai membawa nampan makanan bahkan buku-buku yang menumpuk pada kedua tangan mereka.

Michael memperhatikkan satu orang yang berada di satu titik.  Mataku pun mendapati ia tengah melihat seorang gadis yang tengah melumurkan saus pada hot dog yang berada di tangan kanannya.

"Beautiful isn't she?" Tanyaku yang sengaja memunculkan senyum menjengkelkan membuat Michael langsung memiringkan kepalanya dan terfokus kembali pada kertas buku. "Yes, she is." Ucapnya sembari mengangguk, "what's her name?" Tanya Michael sembari memiringkan sedikit badannya antara untuk berbincang dengan Luke lebih dekat atau melirik gadis itu.

"She's Aleisha," kataku yang sekarang malah membuat Michael memiringkan tubuhnya yang membuat pandangan mataku dengan Michael secara horizontal, "you liked her, huh?" Tanyaku lagi yang membuat Luke berdeham. Sebenarnya, aku tahu apa yang dimaksud dari Luke. Namun, seperti yang aku katakan tadi, dua pemuda dihadapanku ini tak tahu apa-apa.

"Like? Like seeing her face?" Kata Michael sembari melirik lagi ke gadis itu, "ya, I like seeing her face." Satu kalimat yang tak terlalu panjang itu membuat sedikit jantungku terasa linu.

Rambut pirang jagungnya yang menjuntai bak putri negeri dongeng, senyumnya yang merekah layaknya mawar, kulit putih seputih awan dan mata bulat besar yang indah bak batu kristal itulah yang dapat mendeskripsikan Aleisha.

"But if you like her, do you still like that girl?" Tanya Luke sembari mengutip kata that menggunakan kedua jari telunjuk dan jari tengahnya, "because Aleisha is my crush, man."

Luke demen ama Ale?

Kirain gua dia demen ama Calum!

Oh no my cake heart...

"Which is that girl? My sunset girl?" Luke pun mengangguk. "Yeah whatever, the sunset girl which is your girl's who's in the different nation with you, Mike."

"What kind of nickname is that?" Gumamku sepelan mungkin, "she's the sunset before my dusk." Jawab Michael sembari menutup lembaran bukunya dengan ia tiup. Mata hijau emerald milik Michael bertemu denganku yang membuatku terpaku sesaat.

Hi or Hey // 5SOSWhere stories live. Discover now