choosen

530 95 79
                                    

"Oh gosh, I'm so excited with our holiday!" Ucap Ashton sembari memainkan stick drumsnya dari tadi. "Stop that thing!" Calum merebut stick tersebut dari tangan Ashton.

"We should fill our wallet with a lot of money." Ucap Ashton yang dari tadi memang tidak mau diam. "We should find a job." Aku hanya melirik mereka dengan hati-hati dari sela aku meminum secangkir kopi ini.

"That's good idea, but what job and where?" Tambah Luke sembari menumpu tangannya untuk menopang dagunya. "This cafe, has a gig at Saturday night we can put our band's name there and----" Ashton pun menjelaskan bagaimana dan bagaimananya untuk pentas di cafe ini saat malam Minggu.

Setelah melalui perundingan yang cukup lama, sampai mengalahkan perundingan Roem Royen. Akhirnya, Luke lah yang maju dan mengukirkan tinta dikertas meja depan kasir.

"But, what's song we should play?"

Manusia manusia laknat itu akhirnya berdebat lagi, lagu apa yang akan mereka bawakan. Rasanya ingin sekali diriku ditembak menggunakan senjata AK 47 buatan Uni Soviet zaman dahulu saat Perang Dingin.

"(Y/n) do you bring paper and pen?" Tanya Calum tiba-tiba yang membuatku tersadar dari lamunan yang ku ciptakan. Lama-lama malah jadi ngantuk.

Ku keluarkan selembar kertas yang memang selalu ku bawa kemana-mana dan juga pulpen. "What for?" Calum pun langsung menyambar kertas itu layaknya badai. "For wipe my snot."

"It's for our list, oh my gosh." Calum ternyata tidak sungguh-sungguh untuk menyeka ingusnya.

Perdebatan terjadi tak kalah sengit yang seperti berada di gedung DPR. "What about Just the way you are?" Usul Luke yang mendapat gelengan dari semuanya. "Love is like a war?" Usulan Michael pun ditolak mentah-mentah.

Semua sudah mengusulkan lagunya masing-masing namun tidak ada yang setuju.

Kaga usah tampil aja kek elah.

Ribet-ribet banget pada.

Lagu pembantaian kek gitu.

Potong bebek angsa.

Nina bobo.

Balon ku ada lima.

Twinkle twinkle little stars kek.

"Guys, there are a lot of song. Why are you debating each other?" Gerutu ku yang langsung ditimpali Calum. Karena mereka harus tampil semaksimal mungkin agar mendapat upah yang setimpal dan ini adalah bukan kali pertama mereka tampil, dulu mereka pernah tampil disebuah hotel yang kala itu hanya berisikan 12 orang kata Calum dengan ingatannya yang minim layaknya pentium 4.

"What about vodoo doll? Wherever you are?" Usulku yang langsung membuat mereka berfikir lagi. Luke pun berkata dia belum cukup percaya diri, untuk menyanyikannya didepan umum. Jika, bernyanyi digarasi rumah Michael atau gudang sekolah, ia berani.

Dasar pemalu.

"Help us to find out." Kata Michael sembari mengeluarkan ponselnya yang ku yakini ia sedang membuka aplikasi musiknya.

Aku berfikir sejenak, lagu apa yang cocok untuk mereka. Ku perhatikan sekunjung cafe ini tanpa faedahnya, sampai disuatu titik aku memperhatikan sesuatu yang membuatku berfikir.

"Why are you staring at my chest like that?" Tanya Calum sembari menundukkan kepalanya karena benar aku baru saja memperhatikan dada Calum. "Did my nipples slip?" Tanyanya kembali yang ingin rasanya ku sembur dengan cairan wastafel.

"You ain't gonna rape me right?" Akhirnya aku pun menjedodkan kepala ke senderan kursi.

Disitu terpampang sablonan yang sangat sering ia pakai. Drop Dead. Salah satu brand milik personil Bring Me the Horizon. Oliver Sykes.

"What about Bring Me The Horizon's song? They're cool." Mereka saling menatap satu sama lain dengan tampang yang tak dapat diartikan. Mungkin jika aku vampir, aku dapat membaca pikiran mereka satu-satu.

"I love throne so much. Please cover it! Or doomed, maybe sleepwalking?" Pintaku yang sudah mulai menyenandungkan lagu tersebut.

"Drown." Ucap Calum dan Luke bersamaan.

"CAKE. MY CAKE FEELS. CAKE." Teriak Ashton sembari menunjuk rak kue yang tak jauh dari tempatnya duduk. Aku yang berada didekatnya hanya menepuk nepuk paha dan juga menahan tawa.

"Malum is dead." Ucapku pura-pura sedih sembari melirik Michael secara nanar. Michael pun melempariku dengan tisu yang tadi ia gunakan untuk mengelap remah-remahan kue yang tadi ia makan.

"That's so disgusting!" Aku pun tidak mau kalah kembali melemparinya dengan tisu yang bekas mengelap tumpahan minum dimeja.

Mereka pun berembuk lagi dan yang akhirnya menghasilkan satu suara. Mereka akan menyanyikan lagu Drown.

"Okay. Let's go out from this place." Ucap Calum dengan semangatnya sembari merenggangkan ototnya yang terlihat menyejukan mata. "Kuy." Ucap Ashton dan Michael secara bersamaan.

"Do you know what real 'Kuy' mean is?" Tanyaku melangkahkan kaki ku keluar yang sudah dibukakan terlebih dahulu oleh Ashton. "It's like let's go, isnt it?" Dengan percaya diri dia menyatakan itu dan memang benar.

"Yes it is." Ucapku mengangguk dan tiba-tiba dari belakang aku pun diterjang oleh tangan besar Michael.

"Guys, I received a message from Ian that down this street there's a new ice cream shop that's legit. Wanna try it?" Tanya Michael sembari menaungi ponselnya yang terkena paparan sinar matahari.

"We've spent our money in there. I dont have much, plus we have to save our money to go to Indonesia." Ucap Luke yang bukannya pelit namun dia memikirkan nasibnya nanti di Indonesia saat liburan.

"It's cheap, Ian said to me. Besides, this noon is really hot." Kata Michael yang dapat kucium aroma menghasut.

"Yeah, it's really hot." Ucap mereka bertiga selain aku, karena aku tau Michael secara perlahan-lahan akan menghasut mereka. "And Ian said to me the worker look really sexy and hot." Mata dari Michael sudah sebesar biji kelor dan tiga keturunan Adam lainnya sudah mengerubungi Michael dengan desakkan pertanyaan-pertanyaan.

Apa benar harganya murah?

Dimana alamatnya? Tidak jauh kan dari sini.

Apa benar ada karyawannya yang seksi?

"Ya." Dengan jawaban yang sangat sederhana dari mulut Michael membuat 3 keturunan Adam itu pun berloma-lomba untuk sampai duluan ke parkiran.

"Look at them. You better not lied to them." Ucapku melihat Luke dan Calum sedang menarik-narik baju Ashton karena dia orang yang paling cepat berlari. "I didn't. I told the the truth from Ian." Ucap Michael yang berjalan santai sembari memasukkan kedua tangannya kedalam kantung celananya.

"Why are you guys like to used ripped jeans?" Tanyaku melihat kearah celana yang Michael kenakan, begitu pun ketiga temannya yang lain yang selalu saja memakai celana yang kekurangan bahan. "It's part of the fashion, of course. And it's a thing now." Jawabnya santai lalu menggapai daun pintu mobil yang sudah berisikan 3 orang itu.

"But it could burn your skin when you used it on the noon like this." Jawabku sembari masuk kedalam mobil yang penuh teriakkan dari Calum. "It's called sacrifice." Jawab Michael sembari membuat mimik muka yang serius dan membuatku tidak jadi masuk kedalam mobil. "Lebe lu anj." Balasku yang membuat Michael menggeplak lenganku pelan.

"Get yo ass hurry up!" Teriak Calum dari bangku sebelah Ashton sebagai pengemudi. Aku dan Michael tidak memedulikan cipuy itu.

Setelah semuanya sudah masuk kedalam mobil dan merayap ke kedai yang Michael bilang. Sesuai dengan arah yang diberikan oleh Michael kami pun melongo dengan kedai yang dimaksud oleh Michael dari pesan yang dikirim oleh Ian.

Dengan gerakkan slow motion kami semua pun melongok kearah jendela yang disebelahnya terdapat kedai yang dimaksud.

"Oh my gosh."

Tbc (To Be Continued)

Hi or Hey // 5SOSDonde viven las historias. Descúbrelo ahora