3 | Kita dan tiang bendera

1.6K 169 129
                                    



Raina berjalan di koridor sekolah dengan santai nya. Padahal bel masuk sudah berbunyi lima menit yang lalu. Kakinya berhenti melangkah menatap tulisan yang tergantung di depan pintu Kelas XI IPS 2 Sudah biasa dia melihat tulisan itu setiap harinya, tetapi kali ini dia memerhatikan dengan seksama, tulisannya sudah kusam, mungkin karena terlalu sering terkena percikan air hujan.

Raina masuk ke dalam kelas yang sudah pasti di penuhi siswa-siswi. Keningnya mengernyit saat tatapan mengarah pada meja Windy yang masih kosong.

Setelah meletakkan ransel dan duduk, ia mengambil ponsel dan memutuskan untuk mengirim pesan kepada sahabatnya itu.

Rainakia R

Wind lo dmn? tumben telat

Bel udah bunyi drtd.

Ia melirik dua orang temannya bergantian, lalu berucap. "Eh, Windy beneran belum datang?"

Dua gadis yang sedang Raina ajak bicara membalikkan tubuhnya. "Belum, ya, kayaknya?" tanya gadis bernama Debby pada teman sebangkunya-Acha.

Acha mengangguk. "Iya, belum kayaknya. Tumben banget itu anak telat." Gadis itu menoleh ke arah pintu, berharap yang masuk barusan adalah teman mereka, tetapi ia salah. "Lo nggak ketemu dia di gerbang tadi?"

Raina menggeleng sebelum pandangannya beralih pada Zaldi, sang ketua kelas yang kini mendekat ke arahnya.

"Nih!" cowok itu memberikan selembar kertas dengan materi matematika yang tercatat. "Tadi Bu Netti minta lo catet ke papan tulis," ucapnya.

Sebagai sekertaris kelas, memang sudah tugas Raina mencatat materi di papan tulis ketika satu guru berhalangan hadir.

Alis Raina menyatu setelah membaca tulisan tersebut. Ia mendongak menatap Zaldi. "Ini bukannya materi selasa kemarin, ya?"

"Hah?" cowok itu menarik lembar kertas di tangan Raina kembali. "Iya. Kenapa nggak gue lihat dari tadi, ya?"

"Sana gih, temuin Bu Netti lagi." Raina kembali duduk dengan mata yang melirik ponsel di atas meja, berharap sahabatnya itu membalas pesan yang tadi ia kirim.

"Elo aja, deh." Zaldi kembali memberikan kertas materi. "Gue mau ngerjain soal Sosiologi. Lo tau kan Bu Putri killernya minta ampun."

Raina tau, kalau ketua kelas mereka bukanlah tipe cowok yang rajin mengerjakan tugas di rumah. Zaldi cenderung lebih sering menyelesaikan pekerjaan rumah dengan cara mnyalin tugas temannya.

Gadis itu menghela napas sebelum bergerak keluar kelas.

Namun, tepat saat langkahnya hampir sampai di depan pintu, suara Zaldi membuat langkahnya terhenti, ia membalikan badan kemudian menatap cowok itu bingung.

Zaldi tersenyum sembari mendekat ke arah Raina. "Gue ... boleh pinjam buku tugas lo?" katanya dengan cengiran khas miliknya.

Tidak perlu heran, salah satu teman yang cowok itu salin tugasnya adalah Raina.

"Ambil di tas gue," katanya dengan gerakan kepala.

Senyum laki-laki itu mengembang. "Makasih, Raina. Baik banget jadi orang." Ia menyengir sebelum beranjak menuju mejanya.

~®w~

"Evan Sandi Sadega," panggil Bu Esna, guru yang sekarang mengajar di Kelas XI IPA 5 saat mengabsen murid satu persatu.

Rain, Wind and Mine  (SUDAH TERBIT) Where stories live. Discover now