"baiklah, kita akan mencari makanan.. dan, nanti siang ibuku mengajak kita makan bersama,"

"benarkah? ini akan sangat menyenangkan,"

****

Sampainya di rumah, aku langsung mempersilahkan Danielle untuk masuk ke dalam kamar yang akan di tempatinya selama satu minggu ini.

"aaaah aku sangat lelah," ujarnya seraya membaringkan tubuhnya di atas kasur. "Manu, terimakasih untuk burger yang membuatku hampir mati kekenyangan," tambahnya dengan menutup kedua mata.

"hey,"

Ctak!
Satu sentilan ku pada keningnya membuat Danielle langsung terbangun duduk dan memegangi keningnya.

"sakit!" ujarnya.

"mandi lah terlebih dahulu, lalu beristirahat,"

"kau ini menyebalkan sekali Manurios."

"segeralah, dan jangan lupa jika nanti siang kita akan makan bersama dengan ibuku.."

"yaa, yaa, aku mengingatnya.."

"baguslah, jika butuh sesuatu aku ada di kamar,"

"bagaimana caraku mengetahui kamar-mu?"

"cari tahulah sendiri,"

Aku langsung meninggalkan Danielle di dalam kamarnya, untuk segera masuk ke dalam kamar dan berbaring di atas kasurku.

Apa yang sedang Gwen lakukan sekarang ya? Aku benar-benar merindukannya.

Menutup mata lalu kemudian mulai tertidur, namun..

"Manu...." suara menjengkelkan itu memasuki telingaku. "ah ternyata kamar mu disini, tidak ku sangka kau memasangkan nama mu di depan pintu," ujarnya.

"Justin yang membuat itu," jawabku yang masih menutup kedua mata.

"izinkan aku berbaring disini,"

"ada apa ke kamarku? kau membutuhkan sesuatu?"

"tidak, sehabis mandi.. aku hanya ingin bercerita padamu,"

Aku langsung membuka mata dan menengok ke samping untuk melihat Danielle, dan...

"astaga! kenapa kau hanya menggunakan kimono handuk mu?!" tanyaku yang di hadiahi kekehan darinya.

"berhentilah bertindak berlebihan, lagipula aku tidak naked,"

"la-lalu?"

"Manu, aku memakai dalaman ku.."

"oh, ah, syukurlah.."

"tapi, jika kau mau melihatku naked...."

"kau akan langsung ku bunuh Danielle,"

"hahahaha bodoh, kembalilah berbaring dan dengarkan ceritaku!"

Menuruti perkataannya dan aku menatap langit-langit kamarku. "bicaralah" ujarku.

"saat di Paris, aku bertemu dengan Louis,"

"benarkah?"

"em, kami sempat pergi bersama dan mengambil gambar," kemudian Danielle memberikan ponselnya padaku.

"em, kami sempat pergi bersama dan mengambil gambar," kemudian Danielle memberikan ponselnya padaku

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

"he kissed you?" tanyaku.

"ya, kami banyak menghabiskan waktu disana.. ia meminta maaf padaku lalu kemudian, ia kembali,"

"kau menerimanya?"

"entahlah, aku masih tidak yakin Manu,"

"lalu?"

"aku bilang, aku akan memikirkannya, dan meminta Louis untuk bersabar, dan ia menjawab iya,"

"baguslah jika seperti itu,"

"apakah aku benar-benar bisa kembali dengannya Manu?"

Aku bangkit dari tidur untuk duduk bersila di atas kasur sambil menatap wajah Danielle. "biarkan tuhan yang menjawab segala sesuatu pertanyaan darimu, disini kau hanya perlu memperbaiki dirimu Danielle, kembali atau tidaknya kau dengan Lou, setidaknya kau sudah berusaha untuk menjadi seseorang yang baik. dan jika memang Lou tidak di takdirkan untukmu? Tuhan pasti sedang menyiapkan yang terbaik," setelah menyelesaikan ucapanku, Danielle menatap lalu kemudian memberikan ku senyumanya, ia terlihat sangat cantik.

"thank you so much Manu," ujarnya seraya bangun dari tidur dan memeluk tubuhku erat, "beruntungnya Gwen bisa memiliki laki-laki sepertimu, dan aku juga sangat beruntung bisa memiliki sahabat laki-laki sepertimu, thanks god,"

"hey, hey.. kenapa kau jadi melankolis begini Danielle?"

"entahlah Manu hahaha rasanya, saat memelukmu seperti ini, perasaan ku menjadi sangat tenang, dan kekacauan itu menghilang,"

"kau berlebihan,"

"aku bersungguh-sungguh,"

Mendengar ucapannya membuat tanganku ikut melingkar ditubuhnya, entahlah, rasanya sangat aneh jika seseorang memelukmu namun kau tidak memeluk mereka kembali.

"Manu.. ibu akan, eh, kalian?"

Suara ibuku tiba-tiba memasuki kamar dan membuatku juga Daniella menjauh satu sama lain.

"oh hai, kau pasti Matya?" Danielle turun dari kasur dan lalu menghampiri ibuku, "aku Danielle, sangat senang bisa akhirnya bertemu dengan anda," ujarnya seraya memeluk ibuku.

Kebiasaan Danielle, merasa dekat dengan orang yang sebenarnya baru ia kenal.

"oh hai, ya, aku juga sangat senang bisa bertemu dengan mu Danielle, tapi, kenapa kau masih memakai kimono handuk? dan Manu..."

Danielle tersenyum aneh seraya melihat kearahku, "ah mom, akan aku jelaskan di bawah.." menarik lengan mom untuk mengikutiku lalu memberikan kode pada Danielle agar ia segera bersiap.

"apa yang kau lakukan dengannya tadi? apa kalian.. astaga, Manu!"

"mom duduklah dulu, aku sudah bilang bukan.. jika aku akan menjelaskannya,"

"ah baiklah, baiklah.."

"begini......"

Menjelaskan segala hal yang baru saja terjadi di antara aku dan juga Danielle pada mom, dan setelah mendengarkan penjelasan ku, mom merasa sangat lega.

"ah syukurlah, Manu.." mom menarik kuping ku lalu kemudian berbisik, "aku tahu Danielle juga cantik, tapi kau harus ingat kau itu mempunyai Gwen, dan kau tidak boleh meninggalkan Gwen hanya karena kau ingin melakukan hal itu dengan Danielle, itu tidak baik.."

Mendengar bisikkan mom membuatku meneriakkan namanya, "apa yang kau pikirkan mom? aku tidak mungkin begitu! astaga.."

"aku hanya memperingatimu sayang,"

"mom, please, she's just my best friend okey?"

"okey," mom mengangguk-angguk tanda mengerti, yang aku yakini ia masih belum paham dengan apa yang aku katakan.

"mom.."

"yes darling?"

"i love Gwen, so much,"

"okey, aku mengerti dan itu bagus, baiklah.. aku akan bersiap-siap dan kita akan segera makan siang bersama," ujarnya yang lalu kemudian berlalu pergi menaikki tangga.

Astaga, betapa repotnya aku memiliki ibu sepertinya, rasanya membuat kepala ku menjadi pening.. Namun, disisi lain, aku tersenyum mengingat perilaku mom yang seakan tidak setuju jika aku putus dari Gwen.

M A N U R I O S - 2 [THE END]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن