part 11

5.8K 328 5
                                    

edited.
--
Gwen.

Malam ini aku sedang bersiap-siap untuk pergi besok pagi ke Maldives. Ya, sesuai janji ayah, keluarga kami akan pergi berlibur kesana selama 5 hari.

"Gwen, tolong ambilkan jaket berwarna cokelat yang baru di cuci mam Stey di tempat pencucian." teriak kakak ku dari dalam kamarnya.

Suaranya sangat terdengar karena kamar kami bersebrangan.

Aku langsung turun ke bawah untuk mengambil jaket yang kakak maksud. Tapi, saat menuruni tangga terakhir, aku mendengar ibu sedang berbincang dengan seseorang di ruang tamu yang membuatku penasaran dengan apa yang mereka bicarakan.

"ya, aku sangat bangga padanya saat dia bisa mendapatkan beasiswa ke London untuk melanjutkan studinya. Tetapi, apa kau tau Adora? berat rasanya untuk melepaskan Manu dari rumah, tidak bertemu dengannya sehari saja rasanya sangat berat.." ujar Matya ibunda Manu.

"apa yang membuat mu berat untuk merelakannya pergi demi mengejar cita-cita nya?" tanya ibu.

"Manu sangat lah mirip dengan mendiang ayahnya, melihat Manu sama seperti saat aku melihat Denian. sungguh, mereka seperti kembar, Manu mirip sekali dengan Denian saat masih muda."

"Matya.. aku tau apa yang kau rasakan, tapi dia pergi demi mengejar cita-citanya dan membanggakan mu juga Denian, dia pergi untuk menjadi yang terbaik, jangan buat dia berat untuk melangkahkan kaki nya karna kau seperti ini."

Mendengar penjelasan ibu membuat pipiku seakan di tampar berkali-kali.

"ya Adora, aku mengerti." katanya dengan seulas senyum.

"aku akan membiarkannya pergi demi cita-citanya, terima kasih banyak sudah membuat hatiku merasa tenang Adora, kau memang sahabat ku yang terbaik.."

Aku melangkahkan kaki ku ke tempat pakaian dengan cepat, aku tidak mau mendengarkan lebih lanjut lagi percakapan mereka di ruang tamu.

Sampainya di tempat pakaian, mataku langsung tertuju pada jaket berwana biru tua, jaket itu adalah jaket Manu yang dia berikan saat kami masih duduk di bangku sekolah.

"apa kau kedinginan?" tanya Manu.

"ya, tapi tidak apa-apa, lagi pula sebentar lagi bus akan sampai di sekolah. beruntungnya di kelas ada penghangat ruangan." jawabku yang sedang menahan dinginnya pagi ini.

"i can't see you like this," katanya sambil membuka jaket tebal yang sedang di pakai dan memberikannya padaku.

"you don't have to."

Manu menggelengkan kepalanya, "just take it Gwen, aku tidak bisa membiarkan mu kedinginan."

Aku memakai jaket milik Manu dan sekarang semuanya terasa sangat hangat.

"sekarang aku yang kedinginan Gwen."

"i told you, kau harus memakai jaket ini Manu."

"no! don't take off this jacket, you need it."

"tapi kau lebih membutuhkannya Manu."

"hmm," Manu tersenyum dan memelukku cukup erat, "i just need a hug, a bear hug, aku tidak mau alergi mu terhadap dingin kambuh."

Mengingatnya saja sudah membuat dadaku berdegup sangat cepat, astaga kenapa aku bisa sangat mencintai laki-laki itu sampai sebanyak ini?

"boo! kau kan aku suruh ambilkan jaket, bukan memeluk jaket lain dan tersenyum seperti itu." ujar Garfield sambil mengambil jaket yang dia butuhkan.

"cepat naik dan bereskan lagi pakaian mu."

Aku pun mengikuti langkah besar kakak ku untuk kembali ke kamar dan membereskan pakaian yang akan di bawa untuk berlibur.

drrrtttt!!! Getar ponselku terdengar cukup keras di atas nakas.

Manurios : Gwen, kau sedang apa?

Gwen : membereskan pakaian untuk besok

Manurios : ingin aku bantu?

Gwen : terserah

Tidak butuh waktu lama untuk menunggunya, Manu sudah sampai di dalam kamarku. Seperti biasa juga, dia datang dengan cara melompat lewat balkon kamarnya lalu ke balkon kamarku.

"hai..." sapa nya sambil memberikan senyum terbaiknya.

"tidak usah basa-basi, langsung saja bantu aku."

"baiklah Gwen."

Saat sedang membereskan pakaian, aku sama sekali tidak mendengar suara Manu, suara derap kakinya pun sama sekali tidak terdengar.

Akhirnya aku memutuskan untuk melihatnya yang sedang berada di tempat penyimpanan pakaian ku.

Dan..

"astaga!!" teriakku sangat terkejut saat melihat apa yang sedang Manu lakukan. "kau ini sedang apa sih?!"

"aku bingung Gwen, aku harus memilih pakaian dalam dan renang yang mana untuk mu, aku berpikir kau akan sangat sexy kalau memakai semuanya." jawab Manu dengan wajah polosnya.

Astaga aku sangat malu..

"hentikan, bantu yang lain saja, ini urusanku.." teriakku yang di hadiahi senyuman juga pelukan darinya.

"Gwen kau sangat lucu, aku sangat suka.." katanya sambil melingkarkan kedua tangannya di perutku.

"lepaskan Manu, kau membuatku geli."

"tidak mau Gwen, tidak mau."

"astaga.. kalau terus begini aku tidak akan selesai-selesai Manu."

"aku akan membantu mu, Gwen."

"Manu lepas."

"tidak mau, Gwen. aku senang memelukku."

"kau membuatku geli."

"diamlah sebentar Gwen, sebentar saja, aku mohon," katanya dengan nada penuh penekanan.

"kumohon, biarkan seperti ini untuk beberapa saat saja. biarkan aku merasakan hangatnya tubuhmu, dan aroma manis seperti vanilla ini dari mu. aku mohon, untuk beberapa saat saja, Gwen."

Mendengar perkataannya membuat dadaku berdebar, tidak seperti biasanya Manu seperti ini, dia terdengar sangat serius dengan ucapannya dan seperti takut kehilangan.

M A N U R I O S - 2 [THE END]Where stories live. Discover now