part 31

2.7K 186 4
                                    

Gwen.

"are you okey?" tanya Suga dengan ekspresi khawatirnya ; pict di media itu ekspresi Suga waktu nanya sama Gwen.
Aku mengangkat kepalaku dan menggeleng pelan. "what happened?" tanya nya lagi.

"Harry call me last night.." jawabku dengan posisi yang sama (melipat kedua tangan di atas meja lalu kemudian menidurkan kepalaku di atasnya).

"so, what happened?"

"Suga, why my heart beat so fast again when i hear his voice? why Suga.. i never love him anymore since i fall in love with Manu, but now.. why, fuck!" tanpa sadar aku menyentakan kepala dan membuat benturan tepat di keningku.

"Gwen! Your forehead is okay?" tanya Suga sambil menyentuh keningku. Suga menarik nafas lalu kemudian menghembuskannya, "i think, your old love come back again Gwen.. hmmm,"

"why should i do Suga...." tanya ku sambil menaikan kepala sampai menghadap Suga.

"think later about that, now.. let me heal your forehead first," jawab Suga sambil tersenyum dan mengusap pipiku.

***

Setelah mengobati luka ku yang sebenarnya tidak parah, Suga langsung menarik tanganku untuk keluar dari dalam ruang pengobatan dan menuju parkiran.

"kita mau kemana?"

"kemana pun untuk mengembalikan mood-mu,"

Selama di perjalanan, hanya terdengar suara dari ponsel Suga yang di sambungkan ke radio mobilnya. Aku hanya menatap ke luar jendela dan memperhatikan jalan.

"kenapa kau diam saja?" tanya Suga.

"entahlah, aku bingung,"

"karena jantung-mu berdetak lagi pada Harry?"

"hm,"

"apa yang kalian bicarakan?"

"banyak hal, awalnya dia hanya bertanya kabarku, dan bertanya siapa yang menjawab telfonnya waktu itu. setelah itu ia bertanya apa aku masih sendiri atau sudah bersama orang lain.."

"dan jawaban-mu?"

Aku hanya diam tanpa menjawab pertanyaan Suga, aku sungguh bingung harus berkata apa karena saat di telfon pun aku hanya diam membisu pada pertanyaan itu.

"kau hanya diam? apa dengan kau diam Harry akan tahu kau sudah mempunyai Manu? hah, unbelievable."

"aku tahu aku salah,"

"memang,"

"kenapa kau menjadi dingin seperti ini sih?!" tanyaku seraya membalikan tubuh agar bisa menghadap Suga yang sedang menyetir.

"kenapa? seharusnya aku yang bertanya kenapa. kau ingat dengan kalimat seperti ini? 'tolong katakan pada Gwen aku sudah kembali, aku kembali untuknya. terima kasih Suga,' remember? dan secara tidak langsung kau membuka kan pintu untuknya kembali. jika aku tahu ini alasan-mu tidak mempunyai mood sepanjang hari, seharusnya aku membiarkan mu saja dan tidak perlu repot-repot membawa mu kabur dari kampus,"

Penjelasan Suga membuat hatiku sakit, bagaimana tidak? Siapa sih, wanita yang akan bersikap biasa saja jika ada seorang pria dan ia adalah sahabatnya berbicara setajam itu disaat wanitanya dalam keadaan mood yang tidak baik?

"turunkan aku sekarang!" teriakku yang membuat Suga langsung membanting stir ke kiri dan membuka kunci.

"keluarlah, cepat," katanya tanpa menoleh sedikit pun.

"terima kasih sudah mengobati keningku!" teriakku lagi sambil keluar dari dalam mobil lalu kemudian membanting pintunya.

Tanpa membuka kaca atau mengatakan sepatah dua patah kata, Suga langsung menancapkan gas mobilnya dan berlalu pergi. Aku merutuki diriku sendiri yang sudah meminta padanya agar diturunkan disini, di tempat yang jarang sekali ada kendaraan berlalu lalang. Sungguh, aku sangat marah, benar-benar marah, kenapa Suga harus bersikap seperti itu juga padaku? Sahabatnya! Like seriously dude, i'm your bestfriend and you leave me alone, in here? WTF!

Berjalan dengan gusar dan akhirnya aku melihat pantai, seketika perasaan marahku pada Suga padam begitu saja, aku yakin Suga akan membawa ku kesini tadi, tetapi karena ke egoisan ku.. Akhirnya ia pergi begitu saja.

Aku langsung duduk di pinggir pantai dan menatap ke air laut yang terlihat tenang walaupun ombak tetap tergulung, rasanya sangat tenang, dan karena rasa tenang ini aku malah merasa sangat bersalah, pertama pada diriku sendiri, kedua pada Manu, dan ketiga pada Suga.

Aku menekuk kedua kaki ku lalu kemudian memeluknya, mataku terasa panas saat aku semakin memikirkan ke egoisan yang sudah aku perbuat. Air mataku sudah tidak dapat terbendung lagi dan aku menangis sendirian di pantai.

"seharusnya aku tidak seperti ini," kataku pada diri sendiri.

Tangisku tidak kunjung reda, rasanya aku ingin berteriak dan meminta maaf pada orang-orang yang terkena ke egoisan ku. Aku berharap Manu ada disini sekarang, setidaknya ia memelukku dengan sangat erat, dan aku akan mengatakan bahwa aku sangat merindukannya.

"cengeng," suara itu memecahkan keheningan. Aku menatapnya, dan mendapati Suga sedang berdiri di sampingku sambil menatap laut.

"Su-sug-aa?" kataku dengan suara parau.

"menangis sampai seperti itu, dasar cengeng," ujarnya yang lalu kemudian membuatku terbangun dari duduk dan memeluknya dengan serat.

"maafkan ke egoisan ku Suga, maaf.." kataku dengan tangis yang tidak bisa di tahan lagi.

"sudahlah, jangan menangis, maafkan aku juga sudah membuat mu berjalan sendirian untuk sampai ke pantai,"

"kau menyebalkan...."

"aku tahu,"

Setelah pelukan itu, aku dan Suga duduk di pasir pantai sambil menunggu matahari untuk terbenam. Mengaitkan tanganku pada lengan Suga dan menyenderkan kepala ku pada pundaknya membuatku merasa tenang, jika tadi aku meminta Manu untuk disini, sekarang aku sudah tidak apa-apa jika hanya ada Suga. Ia pun sudah cukup untuk menenangkan ku.

"Suga," panggilku.

"hm?"

"kenapa kau marah dengan sikap ku tadi?" tanyaku.

Suga menyenderkan kepalanya di atas kepalaku, dan aku yakin sekarang ia sedang tersenyum.

"dulu aku pernah berpacaran dengan seorang gadis, ia bilang ia sangat mencintaiku, ia tidak ingin kehilangan ku. tapi, disaat hubungan kami hampir berjalanan 3 tahun, ia jujur padaku jika selama beberapa bulan ini ia berkencan dengan mantan kekasihnya dulu. rasanya sangat menyakitkan saat mengetahui hal itu.. namun, aku hanya bisa tersenyum, lalu kemudian pergi meninggalkannya. saat mendengar ceritamu, hal tersebut hampir sama denganku Gwen, kau tahu kan sekarang Manu adalah temanku juga? aku tidak ingin ia berakhir sama denganku, dan aku juga tidak ingin jika kau menjadi wanita seperti itu. padahal saat itu ia yang mengejar-ngejar ku, ia yang membuatku jatuh padanya, namun setelah aku jatuh juga padanya, ia yang pergi dan meninggalkan luka yang sangat menyakitkan," Suga mengusap bagian teratas kepalaku dengan tangan kanan nya, "jangan menjadi wanita seperti itu Gwen, jangan pernah menyakiti perasaan orang lain dalam sekejap hanya karena kebahagiaan mu sendiri," jelasnya yang membuatku semakin mengeratkan kaitan tanganku pada lengannya.

Mendengar penjelasan Suga membuat ku paham mengapa ia sama sekali tidak tertarik dengan wanita-wanita yang mengejarnya. Dan karena mendengar penjelasan Suga juga, aku akan belajar agar tidak menjadi wanita seperti itu.

M A N U R I O S - 2 [THE END]Onde histórias criam vida. Descubra agora