"tap-tapi.."

"kau masih ingin menyembunyikannya? jangan bodoh Gwen, kali ini dia tidak mendekatimu lewat media lagi, ia mulai mendekatimu secara langsung, jangan egois Gwen.. hanya karena Manu tidak disini, kau bisa seenaknya berlaku seperti tadi. aku tahu, berpelukan itu adalah hal yang wajar, namun.. apakah itu wajar saat degup jantung kalian kembali seperti semula? apa kau akan membiarkan itu semua terjadi dan membuat hati orang lain tersakiti?"

Aku diam.

Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi, semua perkataan Suga benar. Aku tidak bisa seperti ini.. Tapi kenapa? Kenapa semua kata-kata Suga benar? Saat Harry memelukku, aku bisa merasakan detakan jantungku, dan juga jantungnya. Apa benar detakan jantung kami kembali seperti dulu lagi? Tidak.

Aku tidak mau itu terjadi.

Tanpa berpikir panjang, aku langsung mengeluarkan ponselku dan menghubungi Manu. Apapun yang akan terjadi, aku harus menerimanya.. Karena aku pantas.

Satu kali aku mencoba, tidak ada jawaban.

Dua kali.

Tiga kali.

"halo?" sapanya dengan nada senang seperti biasanya karena aku menghubunginya.

"kau sedang apa?" tanya ku.

Aku sangat takut. Sungguh..

"ada apa Gwen? apa terjadi sesuatu disana?" tanya nya.

"Manu.. hmm maaf jika aku baru membicarakan hal ini padamu, namun.."
Aku menghentikan ucapan ku yang di sambut tatapan dari Suga, dan ia berucap "katakan sekarang,"

"katakanlah dengan jujur.."
setelah Manu mengatakan kalimat itu, membuat dadaku berdetak cukup cepat, aku takut Manu akan marah besar padaku.

"Harry, dia kembali.." jawabku yang sukses membuat dadaku berhenti sejenak. "maaf aku baru bisa memberitahu-mu sekarang, aku.. maaf Manu, maafkan aku,"

"kau sudah bertemu dengannya?" tanya Manu dengan nada malas bertanya.

"ya, dia ke rumah ku sore ini.. kami hanya berbincang sebentar, dan dia menjelaskan semuanya padaku."
Bagaimana pun juga aku harus bisa menjawab semua pertanyaan yang Manu berikan.

"menjelaskan soal apa?"
Nafasku tercekat saat Manu mulai membahasnya. Astaga, ketakutan ku akan marahnya Manu belum juga menghilang, bagaimana ini?

"segalanya." jawabku.

"lalu bagaimana dengan hubungan kita?" tanya Manu yang to the point dan di hadiahi tatapan bingung dari Suga karena aku me-loadspeaker ponsel.

"ada apa?" tanya Suga sedikit berbisik dan aku hanya menggelengkan kepala.

"kenapa kau bertanya seperti itu? tentu saja hubungan kita akan baik-baik saja Manu.. aku tidak mungkin kembali untuknya, aku memiliki-mu," jawabku.

"Gwen.. jawab satu pertanyaan ku ini dengan jujur, bisakah?"
Aku sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi, jika ia benar-benar Marah, aku sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi.

"tentu Manu.."

"apakah suara detak jantung-mu terdengar saat kau melihat Harry?"

Aku tidak bisa menjawab.

Aku terdiam, mematung.

Tidak bisa berbuat apa-apa lagi.

"maaf Manu, tapi.. detak itu terdengar lagi,"

Dadaku sesak saat menjawab pertanyaan itu.

Aku sulit bernapas.

Air mataku sudah terjatuh begitu saja.

Suga mendekat dan memelukku erat.

Dan tanpa aku sadari, sambungan telfon sudah terputus begitu saja.

"aku harus bagaimana...." tanyaku pada Suga dengan nada suara meninggi, dan tangisku juga tak kunjung berhenti.

Aku bahkan sudah tidak peduli! Aku tidak peduli dengan detakan jantung itu, aku sudah benar-benar tidak mau memikirkan hal itu! Aku hanya ingin memikirkan Manu, aku sangat mencintainya! Aku benar-benar mencintainya sekarang dan sampai kapan pun, aku tidak mau pergi darinya, atau ia yang pergi dariku, aku tidak pernah mau.. Tidak akan pernah.

"sudah, Gwen.. tenangkan dirimu, sudahlah.." Suga tetap memelukku dan tidak melepaskannya.

Dadaku sangat sakit.

Bagaimana jika hubungan ku  dengan Manu berakhir?

Tuhan..

Jangan biarkan itu terjadi.

Aku mohon.

Aku mencintainya.

M A N U R I O S - 2 [THE END]Where stories live. Discover now