Chapter 39: Apakah Ini Akhir Dari Segalanya?

230 5 1
                                    

Hari ini adalah salah satu hari paling spesial bagi Aldi. Hari ini, lebih tepatnya malam ini, adalah hari pertunangannya dengan perempuan yang di cintainya.

Kini ia sudah berdiri di depan jendela kaca sambil menatap pemandangan belakang rumahnya. Disana terdapat pohon-pohon dan tanah yang diselimuti oleh rumput hijau dan sebuah kolam ikan yang cukup besar. Lampu-lampu taman pun menyala untuk meneranginya.

Ia tersenyum kecil. Di kepalanya hanya ada gambaran kegembiraan jika mereka telah bertunangan nantinya. Bahkan di sana ada gambaran saat mereka menikah dan memiliki anak. Aldi menggeleng-gelengkan kepalanya. Itu terlalu cepat.

"Ngapain?" tanya seseorang yang membuatnya terpenjat kaget. Aldi menoleh kebelakang dan menghela napasnya kasar.

"Tai. Gue kira hantu emaknya Jennie." ujar Aldi asal. Ia juga kelepasan karena beberapa minggu ibunya Jennie, Ratna, yang bertempat tiga rumah dari rumahnya meninggal dunia.

"Yakali hantu bisa ngomong." ujar Gevin sambil memukul pundak Aldi.

"Ada lah. Lah mereka teriak 'ihihhihihi' itu juga ngomong." jawab Aldi sambil menirukan suara hantu.

Gevin menggeleng-gelengkan kepalanya melihat Aldi yang masih seperti tujuh tahun yang lalu.

"Ngapain lo disini?" tanya Aldi sambil meninggalkan tempat ia berdiri tadi. Ia pindah ke kursi yang berada di pantry. Gevin mengikuti Aldi dan duduk di sebelahnya.

"Kan lo mau tunangan, bro. Masa gue kagak dateng."

"Kagak usah dateng. Ngapain juga," ketus Aldi.

"Sewot benget lo. Eh sebenernya sih mau ngomongin sesuatu. Yah, info yang gue dapet sih." ujar Gevin. Aldi langsung menatapnya dan menaikkan Alisnya.

"Gak ada hubungannya sama lo ataupun Veve."

"Terus? Javier? Nathan? Jihan?" tepat ketika Aldi menyebutkan nama Jihan, Gevin menganggukkan kepalanya.

"Masalah kehamilannya?" tanya Aldi yang membuat Gevin memukul kepalanya dengan cukup keras.

"Akh! Apa-apaan lo Gev?" Aldi meringis cukup keras dan menggosok bagian kepalanya yang terkana pukulan dari Gevin.

"Geblek. Jangan keras-keras."

"Iye, etdah. Apaan?" tanya Aldi yang masih menggosok kepalanya.

"Jihan ngaku kalo dia nggak hamil." ujar Gevin pelan. Aldi menatapnya dengan ekspresi terkejut.

Aldi teringat dimana Vera memberinya amplop tentang fakta-fakta Jihan. Di dalam dokumen itu ada gambar hasil USG yang mengatakan jika memang ia tidak hamil. Lalu ia juga menemukan dokumen persetujuan bayi tabung yang akan dilakukan Jihan. Disitu sudah ada tanda tangan Jihan, namun belum ada tanda tangan dari Gevin.

"Gev, jangan bohong sama gue. Gue kagak suka di bohongi, lo tau itu, Gev." Ucap Aldi. Gevin menatapnya dalam dan menggela nafasnya.

Saat itu, hujan turun. Tidak deras, hanya gerimis. Sehingga air yang turun pun tidak sampai menggenangi halaman rumah Gevin.

Gevin baru saja turun dari mobilnya. Ia membawa sebuah shopping bag berwarna hitam di tangan kanannya. Ia berjalan ke depan pintu dan membukanya.

Terlihat Jihan yang sedang menunggunya di ruang tamu. Ia tersenyum kepada Gevin. Tak mau disangka benci, Gevin pun membalas senyuman Jihan.

"Ehm, Han, kamu nggak tidur? Udah malem." tanya Gevin seraya berbasa-basi dengan Jihan yang sekarang sudah berdiri dari sofa yang didudukinya.

"Nungguin kamu pulang, Gev." jawab Jihan dengan santainya.

"Oya, ini ada hadiah kecil buat ulang tahun kamu. Maaf kalo nanti kamu nggak suka." ujar Gevin sambil memberikan tas itu kepada Jihan.

Should I?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang