Chapter 5: Pencerahan

290 27 2
                                    

[a/n] yang di mulmed itu Randy Martin sebagai Gevin

Vera POV

Sore ini Aldi mengajakku ke suatu tempat. Tempat yang sangat indah. Bahkan aku tidak pernah kesini. Itu di karenakan Bang Dani yang selalu melarangku pergi keluar. Tapi, nyatanya aku masih bisa clubbing 'kan?

Aldi mengajakku ke taman kompleks perumahan. Aku juga tidak tahu dia mengetahui tempat ini dari siapa. Yang terpenting adalah tempat ini sangat indah.

Taman ini dipenuhi dengan bunga berwarna-warni. Meskipun aku kurang suka dengan bunga, tapi tempat ini dangat indah. Terdapat air terjun buatan dan hutan kecil.

Di tempat ini juga banyak anak kecil yang sedang bersenang-senang dengan keluarganya.

"Jangan bilang lo udah pengen punya anak," ucap Aldi dengan nada menggoda. Aku pun memukul lengannya.

"Apaan? Ujian aja belom. Malah mikirin anak." ucapku ketus.

"Lo sih dari tadi mandangin anak-anak itu. Eh, sekalian jemput Vio les yuk. Masa kakak sendiri gak mau jemput adiknya." ucapnya sambil tersenyum.

"Iya, iya, coba aja lo kayak Vio, gemesin pasti." ucapku sambil mengikutinya dari belakang.

Setelah masuk kedalam mobil aku pun memasang seatbelt. Aldi menoleh kearahku dengan wajah datarnya. Kemudian dia menggenggam tangan kananku dan menarik tangan kami keatas pahanya.

"Sok keren, sok imut, sok baik, sok romantis." komentarku. Namun, dia malah tersenyum dan mencubit pipiku dengan tangan kanannya.

"Emang 'kan? Gue bukan sok, sayang. Tapi gue memang keren, imut, baik, romantis plus ganteng plus jenius plus jago berantem." ucapnya dengan disertai tawa.

"Di, jijik gue lihat lo ngomong kayak gitu. Jadi mirip Gevin lo." ucapku sambil tertawa.

"Gevin sama gue, kalo lo milih, bakal milih siapa?" tanya Aldi dengan wajah serius. Aku meliriknya sebentar dan berpikir.

"Hm, gak dua-duanya. Kalian berdua itu banyak banget negatifnya. Bahkan negatifnya melebihi positifnya." jawabku dengan nada dingin.

"Pilih salah satu, sayang." ucapnya sambil mengeratkan genggaman tangannya.

"Lo lah. Kan Gevin udah beristri. Masa gue jadi perebut suami orang. Males banget tau gak." jawabku yang membuatnya tersenyum bahagia.

"Tapi Gevin lebih plus plus. Meski gitu, tapi dia gentle, kapten basket, unggulan juga, baik, ramah, banyak fans, orangnya warm, ganteng, romantis, bahkan sampai punya istri. Plus plus kan?" ucapku yang sengaja.

Aldi mengeratkan genggaman tangannya dan menarik tanganku yang membuatku mendekat ke arahnya. Aku mengikuti arah matanya. Dia menatap bibirku.

Aku langsung memukul kepalanya. Dia merintih kesakitan. Aldi malah menatapku tajam. Dia mengarahkan tanan kanannya ke belakang leherku. Sial, ini membuatku lebih mendekat kearahnya.

Wajah kami sangat dekat. Bahkan aku bisa merasakan hembusan napasnya yang hangat. Aldi menatap mataku seolah membuatku terlena padanya. Namun, tiba-tiba ponselnya berdering. Aku menghembuskan napas lega.

"Halo?" ucapnya yang masih menatapku tajam. Aku sudah kembali bersandar di kursi.

"Iya, Abang sedang di jalan. Ingat jangan kemana-mana. Ah, Abang juga mengajak Kak Veve menjemputmu. Tetap tunggu di dalam jangan keluar. Iya 5 menit." ucapnya pada seseorang yang ku yakini adalah Vio.

Kulihat Aldi memasukkan kembali ponselnya kedalam sakunya. Dia menatapku tajam seolah berkata 'Kita belum selesai'

"Vio?" tanyaku berbasa-basi. "Lo kira adek gue berapa? sepuluh?" tanyanya.

Should I?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang