Chapter 19: Balikan?

153 8 1
                                    

"Gue gak kemana-mana, maka dari itu lo harus hati-hati kalo gak ada gue."

"Iyain. Nurut aja sama Tuan Muda Hardiardjo. Biar gak di pecat." timpal Vera sambil tertawa.

"Tai lo. Tungguin aja, gue kawinin lo kalo gue udah sukses." ujar Aldi yana membuat Vera mengerutkan keningnya.

"Berarti kalo lo gak sukses lo gak kawinin gue? Jahat deh. Udah bikin gue baper kayak gini, eh ninggalin gue gitu aja. Persis Nathan dah," Aldi mengerang pelan setelah mendengarkan perkataan gadisnya.

"Cie baper cie. Jadi udah suka sama Bebeb Aldi ya?" goda Aldi sambil menggelitiki pinggang Vera.

"Aldi! Udah! Geli, Di!" teriakan gadis itu membuat Aldi menghentikan hal itu dan beralih ke telinganya. Aldi menutup kedua telingnya.

"Dasar jutek. Gitu aja marah!"

***

Kali ini Vera datang telat lagi. Abangnya-Daniel ada urusan dengan dosennya. Mau tidak mau Vera harus menunggu abangnya berbicara dengan dosennya selama kurang lebih 30 menit.

Vera harus menunggu abangnya itu di dalam mobil. Bukan kakak yang baik memang. Tapi ini juga demi kebaikan adiknya itu

Saat ini Vera sedang mengepel lantai. Ini adalah salah satu hukuman yang cukup berat. Hari ini satu-satunya wanita yang telat hanya dirinya.

Vera merutuki dirinya sendiri. Kenapa kamarin dia melarang Aldi untuk menjemput dirinya. Vera hanya bisa menghembuskan napasnya dan melempar tongkat pel dengan cukup keras.

"Argh! Sialan. Abang sih, pakek ketemu sama dosen segala. Papa juga, pakek larang-larang aku bawa mobil juga. Percuma aja ada sim kalo gak dibolehin bawa mobil." rutukan Vera terdengar sangat pelan. Namun, kekesalannya terlalu besar.

Tok Tok

Vera menatap pintu utama toilet perempuan di lantai 3. Dia mulai bergidik ngeri. Aneh memang, bukannya mereka bisa masuk tanpa mengetuk.

Vera mulai melangkahkan kakinya. Dia menatap bayangan yang mungkin seorang pria. Dilihat dari fisiknya, tubuhnya tegap dan tinggi. Vera perlahan maju sambil membuka pintu kaca yang cukup lebar.

"Lama banget. Nih." Tiba-tiba saja Aldi memberikan sebotol air mineral dingin kepada Vera. Vera yag terkejut pun masih terdiam. Dengan sigap, Aldi meraih tangan Vera dan memberikan botol itu.

"Mau dibantuin?" Aldi bertanya kepada Vera yang masih diam ditempat.

"Hah?"

"Mau dibantuin?" tanya Aldi sekali lagi untuk meyakinkan Vera agar mau di bantu olehnya.

"Gak usah. Uda selesai. Gak dateng dari tadi sih. Kalo ada lo 'kan gue gak perlu kayak gini." cerocos Vera sambil mebuka tutup botol air mineral yang diberikan Aldi.

"Salah siapa telat? Kan kemaren gue udah menawarkan diri jadi supir lo. Eh ditolak. Inget ya, karma masih berlaku. Hahaha," tawa Aldi membuat Vera menggeram kesal.

"Pergi sana. Males gue ketemu lo. Ntar aja gue pinjem buku PKn. 'Kan gue tadi bersihin toilet." timpal Vera dengan mendorong Aldi dari toilet wanita.

"Gak bisa baca hah? Toilet wanita. Udah sana!" seru Vera. Namun, Aldi malah bersender di ujung pintu.

"Maka dari itu gue gak masuk. Udah ah, yok ke kantin." ajak Aldi sambil menarik pergelangan tangan kanan anak itu.

Murid-Murid Braga yang berada di kantin kini menatap kedatangan Vera dan Aldi. Apalagi setelah kabar putus mereka yang sudah menyebar ke seantero sekolah.

Should I?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang