Chapter 29: He's Back

99 2 1
                                    

Siang pun telah berganti malam. Matahari telah berganti menjadi bulan. Sudah dua jam gadis berperawakan ideal itu berada di ruang belajar rumahnya.

Ruang belajar yang di hiasi oleh cat berwarna biru muda dan juga rak yang penuh dengan buku-buku serta pernak-pernik lainnya yang menambah kesan elegant tempat ini.

Gadis itu masih memperhatikan orang didepannya. Memperhatikan penjelasan serta contoh-contoh soal di papan putih itu.

"Susah, Kak! Kakak aja deh yang ngerjain. Toh ntar ujiannya juga soalnya gak kayak gitu." ujar gadis itu sambil menopang dagunya diatas meja.

Kini ia duduk di lantai yang dilapisi oleh sebuah karpet sutra berwarna biru muda. Sudah beberapa kali ia mengatakan hal itu. Namun, selalu saja dibantah oleh lawan bicaranya.

"Udah, coba kerjain deh. Otak lo kan encer. Ntar Dani marah lagi sama gue kalo gue pulang jam segini." jawabnya sambil mendengus kesal.

"Yee! Derita lo, Kak. Kakak juga mau aja disuruh ngelesin Veve. Mama juga nyuruhnya 'kan les buat ujian nasional doang." timpal gadis itu. Ia tidak akan menyerah begitu saja.

"Terserah lo ah, lama-lama males juga ngajarin orang pinter. Kerjaannya males. Kalo gak gitu udah bisa. Kan gak seru, jadinya gak bisa modus." ujarnya.

"Sialan lo, Kak. Kakak sih, 'kan tau kalo Veve baru kelas dua belas. Eh, dikasih pelajaran kuliah. Ya jelas males." ujarnya dengan jutek. Terlihat diwajahnya jika ia sedang marah.

"Eh, yang ma-"

Drtt.. Drtt..

"Sebentar ya Kak Evan sayang," gadis itu mengambil ponselnya diatas meja dan menekan tombol hijau.

"Halo,"

"Halo, sayang! Gimana lesnya?"

"Kan udah gue bilang sampek jam delapan. Gausah ganggu deh."

"Ini udah lewat jam delapan, sayang. Jam delapan lebih dua menit."

Perhitungan banget sih, batin gadis itu.

"Di, plis ya, ini masih belajar. Jangan ganggu deh."

"Belajar apaan? Kamu aja gak pernah belajar. Tanpa belajar pun kamu pasti bisa ngerjain 'kan?"

"Aldi sayang, mau ditabok Veve yang cantik ini ya?"

"Mau dong, ditabok pakek bibir ya sayang?"

"Bibir macan sana! Udah ah, ganggu gue sama cogan aja."

"WHAT?? Kamu lesnya sama cogan? Jangan bilang kamu naksir sama dia? Ve, jangan macem-macem ya!"

Gadis itu memandang Evan yang sedang terkekeh dalam diam. Ia memberi kode Vera agar gadis itu menggoda Aldi.

"Sama kak Evan. Itu loh temennya abang yang biasanya bawa Audi warna grey. Ganteng 'kan ya? Lebih ganteng dia dari pada lo, Di."

"Kamu gak naksir kan?" Vera terkekeh pelan. Ia menekan tombol loudspeaker di ponselnya.

"Naksir? Mungkin sih. Cewek normal mah gak bakal berpaling dari cogan. Apalagi lesnya dua bulan. Waduh en-"

"Vera Wayne! Jangan macem-macem ya? Kamu gak inget apa yang aku lakuin sama kamu heh? Gak inget? Apa perlu aku ingetin?"

"Widih, gue udah punya pacar kali, Di. Woles, bro. Cemburunya biasa aja." ujar Evan.

"Loh, siapa neh? Sayang, kamu sama siapa sih?"

"Kak Evan. Kenapa sih? Cemburu banget ya, Bang?"

Should I?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang