Chapter 34: Monopoli?

54 2 1
                                    

Gadis itu merasakan jika detak jantungnya tak beraturan. Ia melepaskan tubuhnya dari dekapan Aldi.

Ia memandang mata hazel Aldi yang bersinar. Ia memandang mata yang membuatnya jatuh dalam pesona Aldi.

Kalimat itu terngiang di benaknya. Ia tak tahu harus memberikan reaksi yang seperti apa.

'Jadian yuk?'

Dua kata yang membuatnya terdiam.

"Ve? Down to earth!"

"Eh—Oh ya?" gadis itu napak gugup dengan perkataannya.

"Gimana? Jadian yuk?"

"Di—"

"Aku serius. Aku serius sama hubungan kita. Aku gak peduli kamu harus gimana. Aku gak peduli orang ngomong apa. Tapi, aku beneran serius sama hubungan kita." ujar Aldi panjang lebar.

"Yes." gumam Vera.

"Apa?"

"Yes. We will repair our relation. We have to woke up our love. We should be adding love in our love. And I said yes." ujar Vera.

Aldi memelukknya. Mendekapnya. Seakan tak ingin kehilangannya untuk kedua kalinya.

***

"Cepet, Ve! Dasar kembaran Selena Gomez!"

Teriakan Daniel menggema di rumah mereka. Ia kini duduk di ruang tamu dengan Aldi yang sudah siap dengan seragam sekolahnya.

"Hehe, maaf." ujar Vera sambil menuruni puluhan anak tangga yang menghubungkan lantai satu dengan lantai dua dirumahnya.

"Hei, morning." sapa Aldi.

"Morning too. So, have we goes to school now?" tanya Vera sambil tersenyum.

"Yap. Bang, duluan ya."

"Jangan ngebut lo, Di. Jagain adek gue baik-baik." ujar Daniel dengan tatapan membunuhnya.

"Bang, Veve berangkat. Bye~"

Mereka pun menaiki mobil Aldi hingga kesekolah. Siswa-siswi Braga pun menatap mereka dengan tatapan tidak suka. Bagaimana tidak? Aldi adalah salah satu bad boy sekolah sekaligus flower boy yang cukup terkenal bahkan hingga ke SMA lain.

Sedangkan Vera, cewek yang dikenal suka musik, pintar dan nilai plusnya adalah gertakan. Jika ada yang tidak suka dengannya dan menggosip tentang dirinya, Vera tak segan-segan akan menggertak mereka. Hanya menggertak bukan bullying.

Dan saat ini banyak sekali haters mereka. Terutama adik kelasnya—kelas X dan kelas XI. Jika siswa kelas XII sendiri tidak terlalu peduli dengan hubungan mereka. Namun, masih ada yang tidak setuju dengan hubungan keduanya.

"Sayang, nanti aku ada basket. Kamu nunggu atau pulang duluan? Kalo duluan, nanti aku anter kamu pulang dulu." ujar Aldi yang baru saja membukakan pintu mobil untuk Vera.

"Gausah. Nanti di jemput abang. Udah janjian soalnya. Ntar dia marah lagi." jawab Vera.

Mereka jalan berdua melewati koridor sekolah seperti biasa. Tak ada rangkulan, tak ada pegangan tangan. Mereka seperti hanya teman biasa yang kebetulan berangkat bersama.

"Di, udah ngerjain tugas kimia belom?" tanya Vera yang membuatnya tertawa terbahak-bahak.

"Kamu belom ngerjain ya? Wih, udah siap bersihin lapangan nih." goda Aldi yang setelah itu berlari kedalam kelas.

"Tinggal nomer sepuluh kok, wlee." timpal Vera yang menjulurkan lidahnya. Ia mengejar Aldi memasuki kelas.

Namun, sebelum ia benar-benar masuk kedalam kelas, Angel, Putra, Nana, dan Franda sudah menghadangnya. Mereka menatap Vera dengan tatapan tajam.

"Lo, balikan gak cerita sama gue," ujar Angel sambil melipat tangannya didepan dada.

"Lo balikan gak traktir gue." kini giliran Putra yang menyambung kalimat Angel.

"Lo balikan apa enggak sih?" tanya Franda.

"Kalo lo balikan, pasti mesranya kambuh." sahut Nana.

"Kalo lo gak bilikan, lo gak mungkin senyum kayak gini dan mau ngomong sama Aldi." sahut Angel.

"Kalo pun lo gak balikan. Lo harus traktir gue." lanjut Putra.

"Harusnya lo gak usah senyum geje kayak gini." ujar Nana yang membuat Vera merubah raut wajahnya.

"Lo juga gak perlu pasang wajah jutek kayak gitu." lanjut Franda setelah menyadari perubahan raut wajah Vera.

"Terus, lo maunya gimana? Cepet minggir sebelum gue unmood dan bakal nonjok kalian satu-satu." Putra pun langsung mempersilahkan Vera untuk masuk. Angel menatap Putra kesal.

Putra juga tidak berani jika Vera sudah berkata seperti itu. Itu dikarenakan Putra pernah mendapat tonjokan dari Vera saat gadis itu membela Gevin.

"Le! Pinjem pr kimia dong!" teriak Vera kepada Lion yang sedang memainkan ponselnya.

Lion menolehkan kepalanya kepada Vera. Namun laki-laki itu hanya menatapnya sekilas dan kembali berkutat dengan ponselnya.

Vera mendengus kesal. Ia ingin sekali meminjam buku Angel ataupun Franda. Tapi egonya mengatakan jika dia tidak boleh meminjam buku mereka. Ia juga tidak ingin meminjam buku temannya yang lain. Mereka saja masih berkutat dengan buku masing-masing.

Akhirnya, Vera pun menyerah. Gadis itu menghampiri Aldi yang duduk di belakang sambil bermain monopoli dengan Jaka dan yang lain. Vera menarik tangan Aldi dan berbisik kepada Aldi.

Aldi tersenyum mendapati wajah kesal Vera. Ia pun meminjami buku prnya jika Vera mau membelikannya makanan di kantin. Vera mengangguk setuju dan mengambil buku Aldi di dalam tasnya.

Diam-diam Aldi menyunggingkan senyum di bibirnya dan menatap Vera yang menyalin prnya. Jaka yang melihat itu pun menarik Aldi agar kembali duduk di kursi.

Jaka menatapnya curiga. Ia menampilkan seringaiannya.

"Balikan lo?" tanya Jaka yang membuat Aldi tersenyum senang. Ia menatap Jaka yang menaikkan satu alisnya.

"Ya dong. Bisa gila gue, bro kalo doi gak mau balikan sama gue." jawab Aldi sambil menepuk-nepuk pundak Jaka.

"Sialan lo, Di. Mentang-mentang udah tobat. Kagak ada temen dah gue."

"Njing. Lo mainin cewek ajak-ajak. Ajak noh si Radit. Jomblo lama dah tuh si curut." sahut Aldi sambil tertawa.

"Radit mah gausah di ajak, bro. Dia mah sukanya diem-diem." pekik Reza.

"Widih, ngincer siapa dia? Jangan bilang si nenek lampir Lidya." timpal Bryan.

"Hahaha, gampang kalo cari tau siapa yang diincer sama Radit. Gue ahlinya nih." ucap Aldi dengan percaya diri.

Reza, Bryan dan Jaka hanya bisa tertawa. Mereka tau jika Aldi itu cukup kejam dengan sahabat-sahabatnya itu. Bahkan Putra pernah mendapat tonjokan darinya karena ia tidak mau menyatakan  perasaannya pada Angel padahal dia sudah menyukai Angel dari kelas sepuluh.

"Di, entar lo ikut latihan kagak? Bang Doni entar dateng soalnya. Lo tau kan kita udah mau ujian. Jadi dia mau seleksi anak kelas sepuluh sama kelas sebelas buat dijadiin pemain inti." ujar Reza setelah mengocok dadunya.

"Ikut lah. Ini terakhir bro, gue bakal kangen sama basket, nih." ujar Aldi yang menjalankan orangnya untuk maju beberapa langkah dan akhirnya sampai di Washington DC.

"Gue beli. Rumah sama hotel." pekik Aldi dengan cukup keras.

"Rumah sama hotel buat apa mas Aldi?" tanya seseorang.

Aldi yang mengenali suara itu pun langsung berdiri dan berbalik. Dia membungkukkan tubuhnya sebentar dan duduk disamping Vera.

"Baiklah anak-anak. Kumpulkan tugas kimia kalian. Itu adalah salah satu contoh soal ujian nasional. Apakah ada kesulitan?" tanya wanita itu setelah meletakkan buku-bukunya di meja.

"Nomor sepuluh, Bu," pekik Vera yang membuat wanita itu mengangguk. Ia menyuruh Lion mengerjakan soal nomor sepuluh.

To be continue...

Should I?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang