Chapter 22: Pelindung

114 6 1
                                    

Aldi menggeram melihat gadisnya ditampar keras oleh teman kecilnya ini. Dan sejak saat itu pula Aldi mulai menjauh dari Tania. Namun tetap saja, Tania masih menempel pada Aldi.

"Dinda, Nana, Lion sini sebentar deh." ujar Vera sambil melambaikan tangannya.

"Em, gini. Mama lagi adain acara kecil-kecilan. Lo mau dateng kan? Sekalian kenalan sama ortu gue," ujarnya pelan.

"Wih, oke oke." jawab Lion. Dinda dan Nana hanya mengacungkan jempol.

"Jangan bilang ke yang lain. Bukannya pilih kasih atau apa. Cuma gue gak mau yang lain kenal keluarga gue. Cukup mereka tau abang aja." jelas Vera pelan.

"Iya tau kok." jawab Nana.

"Ngundang siapa lagi? Kita doang?" tanya Dinda. Dia menatap Vera dengan tatapan penasarannya.

"Bella, Gevin, Radit, Putra, Nathan." ujar Vera tanpa kontrol. Mereka pun terkejut.

Shit! Keceplosan!, batin Vera.

"Nathan? Nathan anak baru? Kok lo kenal?" tanya Dinda.

"What? Cowok itu astaga naga omega! Ngapain sih ngundang tuh cowok?!" ujar Nana.

Vera terdiam mendengar pertanyaan temannya itu. Vera pun hanya mangejapkan matanya. Apalagi Lion yang terlihat santai seakan dia tahu akan hal itu.

"Gini. Gue cuman ngundang dan yeah, gue kenal dia. Nathan temen SMP gue. Wajar lah ya, ya gak Le?" jelas Vera yang kemudian menatap Lion.

"Eh? I-iya," Lion gelagapan mengenai pertanyaan Vera. Dia sedang melamunkan Nathan.

Bagaimana dia mengundang Nathan, sedangkan disitu ada Aldi. Dan juga Bang Dani yang tidak menyukai Nathan, batin Lion.

***

Malam ini teman-teman dekat Vera sudah berada dirumahnya sejak 10 menit yang lalu. Namun gadis itu malah gusar. Dia memikirkan Aldi yang masih belum datang. Tadi siang ia keceplosan mengatakan jika Nathan juga diundang.

Aldi mengenal Nathan. Itu yang sempat dikatakan Gevin beberapa waktu yang lalu. Vera memutuskan tidak memberi tahu Aldi karena gadis itu telah mengetahui jika Nathan adalah musuh bebuyutannya.

"Kenapa?" Daniel sedari tadi memperhatikan adiknya yang gusar.

"Aldi belum datang." jawab Vera namun di ikuti senyuman oleh kakaknya.

Vera kembali melihat jam yang berada di dinding ruang tamunya. Tak lama kemudian pun Aldi membuka pintu yang ada di hadapannya. Vera tersenyum kecil melihat kedatangan Aldi.

"Kenapa lama banget sih? Yang lain nungguin lo elah." ujar Vera sambil memukul lengan berotot milik Aldi.

"Cie nungguin," goda Aldi sambil mencubit pipi Vera.

"Idih, yang nungguin itu mereka!"

Vera memperhatikan wajah tampan Aldi. Kemudian dia mendapati luka di sudut bibir Aldi. Darah itu sudah mengering. Ditambah dengan hidungnya yang memerah.

"Kenapa?" tanya Vera sambil menyentuh sudut bibir Aldi. Aldi meringis pelan.

"Tadi jatoh dari motor." jawab Aldi asal.

***

"Bulan depan tanding, Ve." ujar Aldi pelan. Cowok itu kini terlihat lebih tampan dengan kaus putih dan celana jeans hitamnya.

"Tanding apaan? Mau berantem lagi?"

"Basketlah. Lo mau gue berantem lagi?" jawab cowok didepannya itu dengan sedikit menggeram pelan.

Should I?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang