Chapter 18: Happy Sunday

136 8 2
                                    

"Thanks, Di."

"Buat apa?" tanya Aldi bingung masih memeluk gadis yang sangat dicintainya.

Entah ada yang salah dengan perasaannya atau tidak, tapi perasaan Aldi terhadap Vera semakin hari semakin bertambah. Keinginan untuk meninggalkan dan ditinggalkan pun hanya 0,001%.

"Thanks selalu ada di samping gue. Gue gak tau harus kemana lagi selain ke elo. Gak mungkin dong ya gue ke Gevin." ujar Vera dengan tawanya yang membahana.

"Ve, boleh gue tanya satu hal?" kini Aldi sudah melepaskan pelukannya dan menjadi lebih serius.

"Ya,"

"Nathan. Dia siapanya lo?

Bagaikan disambar petir, Vera terdiam dengan pertanyaan Aldi. Dia masih merasa tidak merasa baik jika mendengar nama itu. Penyesalan memang selalu di akhir. Nathan yang membuatnya suka clubbing. Nathan yang membuatnya suka minum. Nathan yang mengajarkannya menindas teman-temannya. Nathan yang membuat segala keburukan di dalam kehidupannya.

"Ve? Aku cuma tanya," ujar Aldi pelan. Vera mendongakkan wajahnya. Dia menatap Aldi dengan lekat.

"Dia mantan lo 'kan? Dia yang udah bikin lo kayak gini 'kan?" tanya Aldi bertubi-tubi.

"Kalo lo ketemu Nathan, bilang kalo lo udah nikah sama gue. Biar gak ada yang gangguin lo. Gue gak mau Nathan pengaruhin lo lagi." jelas Aldi.

Vera mendengar itu pun langsung menganggukkan kepalanya pelan. Dia selalu saja mengikuti perkataan Aldi jika berhubungan dengan laki-laki. Aldi pernah berkata kepadanya bahwa perasaan cowok itu sama.

"Kenapa tiba-tiba lo tanya itu, Di?"

Aldi tidak menjawab pertanyaan Vera. Dia malah mendekatkan wajahnya dengan Vera. Kening mereka sudah bersentuhan. Aldi menatap Vera dengan tatapan hangat.

"Maaf, tadi gue baca buku harian lo. Gak sengaja, beneran. Waktu jatoh, langsung ke buka. Terus nama si brengsek sialan itu muncul. Gak sengaja, beneran."

Vera hanya membalas gumaman kecil untuk merespon penjelasan Aldi.

"Maaf," ucap Aldi pelan sambil mengelus pipi Vera. Gadis di depannya ini hanya manatap dalam mata hazel Aldi. Tak ada perkataan apapun yang keluar dari Vera. Ia hanya bergumam pelan membalas perkataan Aldi tadi.

Vera langsung memeluk Aldi dengan erat. Meletakkan kepalanya di dada Aldi sambil mendengarkan detak jantung Aldi yang berirama.

Aldi menggosok kepala Vera dengan pelan. Dia tidak ingin kehilangan orang yang disayanginya lagi.

"Ve, kamu mau gak, kalo kita balikan?" tanya Aldi dengan menggunakan aku-kamu andalannya. Vera menatapnya sambil mengerutkan kening.

"Ayolah, kita ini couple goals di Braga. Gak kasian apa sama shipper kita? Liat aja komen-komen di instagram kamu. Sekalian manas-manasin haters."

Vera yang kesal pun memukul dada Aldi pelan lalu melepaskan pelukannya. Namun, Aldi mencekal tangannya.

"Eh apaan? Dendam ya lo? Gak ah, males balikan sama lo, Di. Udah egois, mesum pula. Mau jadi cewek apaan gue?" ujar Vera sambil nyengir.

"Kamu cewek aku lah," jawab Aldi dengan tampang sok cool andalannya

"Jijik, Di." jawab Vera sambil tertawa keras. Dia selalu merasa seperti ini jika di dekat Aldi. Rasa senang yang berlebih.

"Perlu bukti?"

"Bukti apaan? Gak. Males gue. Ntar peringkat gue turun gara-gara gue balikan sama lo. Apa jadinya kalo nilai gue anjlok? Di keluarin dari sekolah ntar."

Should I?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang