Chapter 21: Akankah aku kembali ke pelukanmu?

121 7 5
                                    

Aldi sudah berkali-kali menghubungi Vera. Namun gadis itu masih tidak mengangkat teleponnya.

Saat Aldi menelepon Gevin. Gevin hanya menjawab jika tidak tahu dan menyalahkan Aldi tidak bisa menjaga Vera dengan baik. Aldi terduduk di lapangan in door basket.

"Lo kenapa? Wajah lo kusut amat!" seruan Radit membuat Aldi berdecak kesal. Seakan sadar akan hal itu Radit dan Putra tertawa.

"Nyonya? Mungkin dia sibuk, atau ada urusan keluarga. Jangan negthink. Paling gak, lo ngertiin dia. Dia gak akan lari dari keyataan. Dia punya tanggung jawab yang gak semua cewek miliki. Lo beruntung, Di. Bahkan kadang gue mikir, kenapa gue bisa cinta sama Angel. Udah manja, nyebelin." ujar Putra panjang lebar.

"Karna cinta gak butuh alasan."

Radit dan Putra terkesikap mendengar perkataan Aldi barusan. Dia mengatakan tentang cinta? Bahkan dia tahu apa itu cinta yang sebenarnya.

"Udah ah, cabut yuk. Gue juga udah janji anterin Angel pulang." ujar Putra.

"Yaudah yok, Di."

Mereka bertiga keluar dari lapangan basket yang berada di sisi kanan gedung utama.

***

Vera berlari menyusuri koridor rumah sakit. Dia menelepon Revan dan memberitahunya dimana Nathan sekarang. Awalnya Revan menolak, namun bukan Vera namanya jika dia tidak bisa menemukan jawabannya.

Vera memelankan langkah kakinya. Di sana sudah ada papinya Nathan dan juga Revan yang duduk di kursi tunggu. Dia berjalan perlahan mendekati mereka.

"V-vera? Kamu datang, Nak?" ujar Frederico-papinya Nathan yang sangat baik kepadanya.

Frederico memeluk Vera dengan sangat erat. Bahkan Vera sudah mulai merasakan jika pundaknya telah basah oleh air mata Frederico.

"Om gak boleh sedih. Nathan pasti kuat. Kalo om sedih, Nathan pasti akan sedih." dengan mata yang sudah memerah, Vera menggosok punggung Frederico, dia begitu rapuh tanpa Nathan. Dia sendiri tanpa Nathan.

"Ve? Kenalin ini mamanya Revan." ujar Frederico sambil mengajak orang disebelahnya berdiri.

Wanita itu. Wanita yang pernah menjelekkan mama dihadapanku. Wanita yang dengan teganya mengusir kakaknya sendiri dari rumahnya.

"Tante Mesya?"

***

Daniel menatap adiknya dan juga calon adik iparnya dengan tajam. Vera pulang menangis tanpa ada Aldi di sampingnya membuat Daniel geram.

"Sekarang lo, Dek! Lo kemana? Gak angkat telfon Aldi. Gak angkat telfon gue. Dan pulang-pulang lo nangis gini. Abang khawatir, Dek. Cukup mama sama papa yang gak tinggal bareng abang karena pekerjaan mereka. Gue gak mau lo kayak gini. Kemana!?"

Aldi hanya terdiam mendapati Daniel yang begitu marah kepada calon tunangannya. Vera mulai mendongakkan kepalanya.

"Nathan koma. Dia-"

Aldi mengerutkan keninganya seolah dia penasaran dengan Nathan yang disebutkan oleh gadisnya.

"Gak perlu jenguk! Udah berapa kali abang bi-"

"Tante Mesya juga disana, Bang." kali ini Daniel yang terdiam. Dia masih mengingat bagaimana wanita itu menampar mamanya dihadapannya dan adiknya. Menjelek-jelekkan mamanya.

"Dia istrinya om Frederico, Bang."

"Lah kok bisa?" tanya Aldi. Jangan lupakan jika Aldi mengenal Nathan dan keluarganya.

"Tante Nathalie?" tanya Daniel yang kini menghiraukan Aldi dengan rasa penasarannya.

"Tante Nathalie menetap di Jerman. Sejak saat itu Tante Nathalie gak mau tinggal sama om Frederico." jelas Vera yang membuat Daniel memerah.

Should I?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang