Chapter 14: Social Media

151 15 0
                                    

Yang di mulmed itu Cemal faruq as Nathan! Vemment yaa
Happy reading~

"Shit! Vera Wayne!"

"Kau-"

"Ken! Apa yang kau lakukan?!" seru seseorang bersuara bariton menghentikan perkataanku.

Dan bisa kulihat wajah marah Kenny berubah menjadi putih pucat. Aku melihat kearah pandangan Kenny. Aku menatapnya. Dia juga menatapku.

Aku melangkahkan kakiku dari tempat ini. Namun, sebuah tangan dingin mencengkeram pergelangan tanganku.

"Kenapa kau menghindariku?" tanyanya dengan lembut. Aku berusaha melepaskan tangannya yang berada di pergelangan tanganku.

"Lepasin tangan gue! Lepas!" seruku.

"Yak! Lo tau kakak gue lagi tanya sama lo?! Jawab! Lo ini gimana sih?!" seru Kenny.

"Ken! Diem gak?!" seru Aldi.

"Lepas, Di! Habis ini masuk, Di! Lepasin gak?!" ujarku sambil menarik tanganku.

"Ada syaratnya." ucapnya pelan. Aku yang kesal pun langsung menganggukkan kepalaku.

"Duduk disebelah gue. Gak ada tolakan. Kalo gue ajak ngomong harus dijawab." ucapnya.

"Males!"

"Okay, berarti tiap hari aku antar jemput. Kita tetep jadian terus-"

"Fine!" seruku.

Ting Ting Ting

"Lepas!" ujarku langsung berjalan menuju kelas. Aku langsung duduk ditempatku.

"Kemana aja sih? Dicariin Gevin noh, Bella juga. Katanya sih mau pinjem novel." ujar Angel.

"Damn. Gue lupa bawa." ucapku pelan. Angel menatapku seakan bertanya 'bawa apa?'

"Novel yang mau di pinjem Bella. Gue janji hari ini bawa. Gara-gara masalah kema-"

Belum selesai aku melanjutkan perkataanku, seseorang mengambil tasku dan memindahkannya kebelakang.

Aku melihat Aldi yang tersenyum senang. Dengan terpaksa aku pindah kebelakang. Putra menatapku tajam. Bukan karena tempat duduknya kutempati. Tapi masalah dia putus dengan Angel.

"Pindah, Put. Kan waktu itu Bu Mega nyuruh gue duduk di sebelah Vera. Nah, abis ini kan pelajarannya Bu Mega. Kayak gak tau Bu Mega aja lo." jelas Aldi.

"Selamat pagi, anak-anak. Apa kabar?" ujar Bu Mega setelah memasuki kelas. "Putra! Duduk!" ujar Bu Mega yang melihat Putra masih berdiri.

Dengan terpaksa juga, dia duduk disebelah Angel. Angel menarik kursinya agar menjauh dari Putra. Aku terkekeh pelan melihat mereka berdua.

"Udah denger berita kan? Anak-anak Braga tau kita putus. Gue yakin bokap tau hal ini. Lo yang jelasin." bisik Aldi pelan.

Aku menatapnya. Kemudian menggelengkan kepalaku. Dia menatapku tajam. Aku menggelengkan kepalaku lagi.

"Kenapa Ve? Kenapa geleng-geleng?" tanya Bu Mega yang membuatku mengalihkan pandanganku dari Aldi ke Bu Mega.

"Tidak, Bu. Hanya sedikit pusing." ujarku pelan. Bu Mega terlihat khawatir. Wajar, Bu Mega adalah wali kelasku. Wali kelas paling baik dan guru paling kejam.

"Kalo pusing ke UKS saja. Aldi, bisa mengantar Vera ke UKS?" tanya Bu Mega. Kulihat Aldi mengangguk pelan.

"Saya tidak apa-apa, Bu. Saya bisa jamin jika saya tidak akan pingsan dikelas." ujarku.

"Baiklah. Sekarang kalian buka buku paket halaman 93."

***

Seharian ini aku benar-benar mendiamkan Aldi. Aku terlalu kecewa padanya. Aku terlalu takut untuk kembali jatuh hati padanya. Bahkan aku benar-benar tidak tahu apa yang harus aku lakukan.

Should I?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang