Chapter 10: Barbeque Party

183 12 1
                                    

Halo readers!! Gimana nih ceritanya??? Oya jangan lupa vomment yaa!? By the way yang di mulmed itu Aldi sama Kenny yaa...

Vera POV.

Setelah mendengar pertanyaan Radit. Aku langsung memukul lengannya. Aku menatapnya tajam. Dia tersenyum pelan.

"Lo, baper kan sama Aldi. Edan tuh cowok. Gimana cobak menakhlukkan seorang Vera Wayne yang jutek, sok dingin ini?!" seru Radit.

"Woy, woles! Biasa aja lo ngomongnya. Gue gak jutek woy! Kata siapa gue jutek?" tanyaku pada Radit.

Radit menatap Putra dalam diamnya. Aku menaikkan satu alisku. Radit yang menatapku pun menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Tuh si Putra, gebetan lo dulu." jawab Radit yang mendapatkan tatapan tajam dari Putra.

"Apa?!" seru Angel.

"Sebelum lo jadian sama cowok lo yang sok kecakepan, Si Putra deketin Vera. Ya, mungkin Vera nya gak suka sama Putra, yaudah di cuekin aja sama nih nenek lampir." Radit menjelaskan apa yang dulu pernah terjadi.

"Betewe, kok lo mau sama si Lion dari pada si Putra yang sok kecakepan ini?" tanya Bella sambil menatapku dalam.

Aku membelalakkan mataku. Aku menatap Lion sebentar. Dia menaikkan bahunya. Aku kembali menatap Bella.

"Emm, entahlah." jawabku singkat. Tak lama kemudian Aldi datang sambil membawa pesanannya.

Dia memesan 2 cola, 2 burger, 4 kentang goreng, 1 ice cream dan salad. Aku melebarkan mataku melihat apa yang dia bawa.

"Sebanyak ini?" tanyaku sambil menyunggingkan bibirku.

"Hm, kamu lihat sayang, teman-teman kita bahkan hanya memesan minuman dan burger dan hotdog. Biasanya aja sampek 2 porsi ayam." ujar Aldi seraya menyindir sahabat-sahabatnya.

Aldi memberiku cola dan burger. Kemudian meminum sedikit colanya. Aku menatapnya sambil menggelengkan kepalaku.

"Siapa suruh ambil?" tanya Aldi dengan nada tinggi setelah melihat Angel mengambil ice cream.

"Terus lo pesen buat apa woy?!" seru Angel tak mau kalah.

"Buat calon istri lah. Mau buat siapa lagi?" timpal. Aldi sambil mengambil ice cream itu dan menyerahkannya padaku.

Seperti inilah sifat kekanakannya. Bahkan dia hampir memukul Radit gara-gara mengajakku makan di kantin.

Kadang aku berfikir. Bagaimana bisa aku mau ditunangkan dengan laki-laki yang kekanakan ini. Tapi, saat dia menjadi sisi dewasanya, dia akan benar-benar seperti papa.

Bahkan aku pernah menangis dengan kata-katanya. Aku pernah berfikir jika dia memiliki banyak sisi kehidupan.

"Udah, buat Angel aja. Males juga kali, malem-malem gini makan ice cream." ucapku setelah meminum cola-ku.

Angel tersenyum senang dan berkata, "Ayang Veve baik banget, jadi terharu, hiks,"

Aldi menatapku tajam. Aku hanga tersenyum kecil dan melanjutkan memakan burger yang ada di tanganku.

"Di! Lo jadi kan nginep bareng kita di rumah gue?" tanya Radit. Aldi menatapku seraya meminta persetujuan.

"Apa? Yaudah ikut aja." ujarku lalu memakan burgerku lagi.

"Maksud gue sama lo, Ve," timpal Radit dengan memincingkan matanya.

"Hah? Ogah! Gue bakal di begal sama Abang ntar." jawabku.

Should I?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang