"Kamu ini! Bantuin ambil tanaman baru di poly bag itu tuh, bawa kesini." Nenek menunjuk tanaman yang masih unyil-unyil didalem kantong plastik item. Poly bag kalo ga salah namanya.

Terpaksa, aku pun mengambil dua poly bag itu dimasing-masing tangan.

"Aduh, pengen boker lagi dah." Berakhirlah ku membuang gas lagi.

Perutku pun berkontraksi secara perlahan-lahan. "Nek, nih nek." Aku pun meletakkan poly bag itu disamping Nenek yang sudah siap memasukkannya ke lobang tanah.

"Kamu nyium bau-bau bangke gitu ga?" Tanya Nenek sembari ngendus-ngendus. "Engga." Ucapku padat singkat jelas. Tapi bohong.

Bau kentut gua anjir.

Perasaan tadi kentutnya disono dah

Kok bau nya nyampe sini?

Ketiup angin nih.

"Masa sih? Bau nya kecium banget tau ini ampe nyantreng." Katanya yang celingak-celingukkan ke tanah. "Kamu nginjek eek kucing ya? Tapi perasaan ga ada eek kucing deh disini." Katanya yang membuatku ingin meledak.

"An-anu, nek. Kayaknya bau--" ucapku yang mencoba mencari alasan, karena kalau ketahuan aku bisa dicubitin sama Nenek karena ga sopan, ehh tapi kan tadi radius pas ngebom lumayan jauh, 5 meter. Pandanganku pun jatuh kearah poly bag yang lagi dipeluk Nenek.

"Bau pu-pupuk nya kali tuh, nek. Iya pupuknya." Kataku sembari menunjuk kearah tanaman itu. "Oiya, bener juga ya, pupuk kan bau." Kata Nenek sembari mengangguk.

Kentut gua bau nya macam pupuk.

Ashedap.

"Ambil lagi tanamannya." Perintah Nenek yang membuatku bernafas lega, "my lord, ini masih banyak banget setdah." Ucapku yang kembalk bernafas sesak karena masih ada sekitar 8 poly bag lagi.

Ini nenek mau jualan apa gimana?

Banyak banget.

Masalahnya tuh ya, ini halaman depan sudah ditumbuhi berbagai macam tanaman, tapi yang paling mendominasi adalah bunga-bunga.

Setelah poly bag yang keempat, aku pun pergi ke toilet karena angin dari dalam perut ingin dihembuskan terus dikeluarin ampasnya. Selesai membantu Nenek ngambilin poly bag dan ikut menanamnya, aku langsung pergi mandi lalu aku sama Nenek dan juga Papa, duduk diteras depan rumah dan melihat hasil kerja kami pagi ini.


Tiba-tiba bunyi perutku tidak dapat ditahan lagi, bunyinya sangat nyaring sampai kedengeran. "Aduh, perut aku ga enak deh, nek." Eluhku ke Nenek yang lagi menyeruput teh manis hangatnya.

"Laper ya? Nenek belum masak lagi." Kata Nenek sembari meletakkan tehnya. "Ga laper nek, ini tuh ampe ngilu gitu angin didalem." Ucapku menahan sakitnya. "Gausah masak, Mum. Kita pesan makanan aja." Ucap Papa yang membuat Nenek bernafas lega untuk tidak masak. "Bagus deh, Mum capek soalnya." Katanya sembari senyum-senyum.

"Kamu masuk angin kali ya? Mau nenek kerokkin?" Tanya Nenek sembari memeluk bahuku dengan satu tangannya. Ahh, so sweet macam doi.

"Boleh deh, Nek." Ucapku sembari bangkit untuk dikerokkin. "Kayak nenek-nenek aja dikerokkin." Ledek Papa yang langsung dicibir oleh Nenek, "Kamu ngeledek Mum ya?" Ucap Nenek sengit yang langsung membuat Papa memperlihatkan lambang peace ditangan.

Hi or Hey // 5SOSWhere stories live. Discover now