Chapter 36: Murid Teladan?

Mulai dari awal
                                    

"Eh, tumben nih jalan rame." ujarnya pelan.

Tak lama kemudian ia pun sampai di sekolah. Ia memakirkan mobil Aldi dan membawa martabak itu keluar dari mobil.

"Loh, neng, balik lagi kesekolah?" tanya Pak Satpam.

"Iya nih, pak. Mau jemput Aldi latihan basket." jawab Vera.

"Eh, kirain tadi udah pulang. Eh ternyata yang bawa mobilnya mas Aldi eneng." ucapnya.

"Mari pak."

Vera masuk kedalah sekolahnya. Dia melewati koridor utama dan berbelok kekanan dimana lapangan basket berada.

Ia terkejut saat ada orang yang dikenalnya dulu berada disini. Ia pun duduk dengan Reza, Rama, Jeremy dan Gina.

"Widih, beli beneran lo," ucap Reza.

"Enak tuh, Ve. Beli dimana lo?" tanya Rama.

"Blok sebelah rumah gue." jawab Vera santai.

"Martabak, Kak? Wah enak nih." pekik Jeremy.

"Bagi lah ya, Kak." ucap Gina memalas.

"Gin, lo melas gini jadi mirip sama Lidya. Beneran!" seru Vera sambil tertawa.

"Anjir, Kak. Kok nyamain gue yang cans ini sama nenek lampir." Ujar Gina. Yang lain pun tertawa.

"Lah, tiap lomba juga ketemu sama dia lo. Gak boleh gitu sama kakak kelas." ucap Vera.

"Dia 'kan kelas dua belas ini dikeluarin dari Cheers, Kak. Kak Bella gak cerita? Kudet nih." ujar Gina.

Ia mengerutkan keningnya. Tampak kedua alisnya hampir menyatu. Namun, tiba-tiba seseorang memanggilnya.

"Ngapain?" tanyanya.

"Udah sini ceptan!" teriak Doni dari tengah lapangan.

Ia pun dengan berat hati menghampiri Doni di ring sebelah selatan. Ia pun memeluk Doni sebentar untuk melepas rindu.

"Ngajar disini, Bang? Sejak kapan?" tanya Vera.

"Tahun lalu. Lo gak tau gue ngajar disini? Fokus sama olimpiade lo? Hahaha." tawa Doni.

"Oya, kasih liat mereka cara lay up yang bener. Lo 'kan murid teladan gue." lanjutnya.

"Lah. Gue gak ada persiapan, Bang. Gila lo?" tanya Vera.

"Udah sebentar aja." ucap Doni.

Akhirnya Vera pun menyerah dan mengambil bola basket di tangan Aldi dia mengambil posisi lalu mulai mendribble bola dan masuklah bola tersebut kedalam ring.

"Lihat 'kan?!" tanya Aldi. Vera pun menatap Aldi. Ia tidak tahu jika Aldi akan segalak itu.

"Galak banget sih mas." ucap Vera yang diikuti tawa dari siswa perempuan yang belum menyelesaikan tesnya.

"Malah ketawa! Vera juga! Tahu sopan santun?!" seru Aldi. Ia mengerutkan dahinya.

"Unmood. Jangan bercanda." bisik Doni kepada Vera dengan pelan. Aldi menarik Vera menjauh dari Doni dan menatapnya tajam. Vera pun menggerutu dan mengerucutkan bibirnya.

"Kalian akan tanding melawan anggota basket perempuan. Pilih lima kawan kalian selain Anggita." ucap Doni.

"Yah, kok gitu sih?" gerutu mereka.

"Karena Anggita sudah sudah membuktikan kepada kami jika dia memiliki bakat dalam basket ini. Nadia, Jelita dan Kesya juga tidak boleh ikut." jelas Doni.

"Kalian akan melawa Gina, Nanda, Kallia, Bianca dan Vera." ucap Doni.

"What?! Gue mengundurkan diri." ucap Vera lalu pergi ke tepi lapangan.

"Tuh cewek susah diajak bercanda." gumam Doni.

"Gina, Nanda, Kalli, Bianca, sama Derina, kalian main sama mereka ya," ucap Doni.

Mereka pun berkumpul di tengah lapangan dengam Doni membawa bola di tengah-tengah mereka. Ia pun melempar bola keatas dan permainan dimulai.

"Kamu kok gak bilang pernah ikut basket." ucap Aldi yang duduk disebelahnya.

"Lah, situ gak tanya." jawab Vera.

"Eleh, kok singkat amat jawabnya?" goda Reza.

"Bacot, Za." ujar Vera.

"Kunci mobil?" minta Aldi sambil menyodorkan tangan kirinya.

Vera mengeluarkan kunci mobil Aldi dari saku kanan jaketnya. Ia pun meletakkannya di tangan kiri Aldi.

"Ceritanya lagi njemput nih, Kak?"

"Cie dijemput doi."

"Seneng nih, Di?"

Mereka tertawa melihat tingkah Aldi. Ia terlihat diam sambil memandang ke lapangan basket.

"Ngambek nih mas?" tanya Vera. Ia mencubit hidung Aldi.

"Iya, ngambek." jawab Aldi.

"Mojok lo sana! Sumpah iri gue." ucap Rama.

"Udah di pojok ini woy." sahut Vera.

"Kamu ngambek kenapa sih?" tanya Vera dengan pelan.

"Gak papa." jawab Aldi.

"Dibalik gak papanya kamu itu ada apa-apanya. Cerita sini." bujuk Vera.

"Beneran gak papa. Nih masih nyebelin 'kan?" tanya Vera sambil mengacak rambut Vera.

"Dari dulu." jawab Vera sambil menarik tangan Aldi di kepalanya.

"Ayolah, sayang. Kamu kenapa? Gak mau cerita nih?" tanya Vera.

"Panggil apa tadi?" tanya Aldi.

"Apa? Sayang?" tanya Vera.

"Udah berani manggil sayang hmm?" goda Aldi sambil mencubit pipi kanan Vera.

"Terus aku maggilnya apa? Emang kamu mau aku panggil curut?" tanya Vera.

"Ya enggak lah!"

"Curutku sayang." ucap Vera lalu kabur dan duduk di tengah Reza dan Javier. Bahkan dia sampai berada di belakang Javier.

"Kamu bilang apa hmm?" ucap Aldi sambil meraih tangan Vera.

"Ampun, iya ampun." ucap Vera.

Mereka pun memperhatikan kelakuan Vera dan Aldi. Mereka tertawa melihat keduanya.

To be continue...

Should I?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang