"Tidak apa-apa, sebaiknya kita bersiap-siap sebentar lagi kita sampai di tujuan." Aku mencoba untuk tersenyum membalasnya.

"Eh iya."

Mecha ini bersiap untuk mendarat menuju sebuah padang yang cukup luas yang dikelilingi bukit yang cukup tinggi di sisi kiri dan kananya.

Fuco mengurangi kecepatanya dengan mengurangi tekanan engine-nya, sekitar 50 meter lagi dari tanah dan Mecha ini bergerak secara perlahan

Pendaratanya cukup lancar dan di padang ini terlihat 3 Mecha lain yang telah bersiap.

"Allita kenapa kamu lama sekali, apa yang kamu kerjakan?!!" Sumber suara ini berasal dari Mecha besar yang berwarna hitam yang menghadap ke arah kami. Mecha ini berbeda dengan Fuco, tidak bulat tetapi berbentuk seperti manusia dengan persenjataan yang terlihat di sekujur tubuhnya, tampaknya memang dirancang untuk bertempur.

"Eeeeeeh, bukanya aku udah datang lebih cepat yah, kok dimarahin sih."

"Kamu harus sigap kita sedang bertempur, kamu hanya lebih cepat dari biasanya, kamu datang lebih cepat tapi itu belum cukup."

"Sudahlah komandan, dia satu-satunya cewek di sini pasti keperluanya berbeda dengan kita jangan terlalu keraslah kepadanya" Sekarang Mecha berwarna hijau ikut dalam percakapan ini. Mecha ini bentuknya hampir seperti Fuco tapi tidak terlalu bulat dan terlihat lebih lincah. Mecha ini memegang sebuah senjata sejenis senapan dengan laras yang panjang, cocok untuk serangan jarak jauh.

"Terima kasih Curio." Alita berkata seperti berbisik ke arah Mecha hijau itu.

"Ya" Dia tampaknya menerima pesan dari Alita dengan mengacungkan jempol mecha-nya.

"Baiklah semuanya bersiap, Galia berapa lama kira-kira monster itu akan datang." Gildo melihat ke arah Mecha berwarna Orange. Mecha yang berukuran paling besar dan terlihat meriam yang sangat besar terletak di punggungnya, bentuknya sama seperti Fuco tetapi ukuranyalah yang membuatnya berbeda.

"Seharusnya 30 menit lagi monster itu akan datang jika dilihat dari lokasi terakhir kali monster itu terlihat oleh kamera pengintai dan dihitung kecepatan pergerakanya."

"Okay baiklah, Allita periksa keadaan sekitar melalui radar." Giliran Allita yang diberikan komando.

"Baik" Allita menekan tombol berwarna hijau dalam ruang kontrol Mechanya.

Layar di sebelah kiri Allita hidup yang menampilkan warna hijau gelap dan beberapa lingkaran berbeda ukuran di dalamnya.

"Kondisi aman, tidak ada gerakan yang mencurigakan."

"Baik, semua tetap siaga, jaga posisi kalian."

"Siap pak" Semuanya membalas bersamaan dan mengerakkan Mechanya ke posisi siaga.

"Huff" Allita bersantai di kemudi kokpitnya.

"Yah memang begini sih tiap hari kerjaan kami, menunggu serangan musuh kemudian kami bantai mereka sekaligus, meskipun makin lama makin kuat serangan mereka, tapi palingan 30 menit lagi mereka baru datang jadi kita bisa santai-santai dulu."

"Hahaha kamu yakin Allita bisa bersantai-santai." Aku menyengir sedikit kepadanya.

"Hm? Maksudmu apa Radit?" Mimik bingung terlihat pada wajahnya.

"Kamu lihat ada tombol baru berwarna merah di samping tombol hijau yang kamu tekan tadi"

"Hmm iya, aku baru sadar, eh tapi banyak sekali tombol baru apa sih yang kamu lakukan?"

"Sudah, coba tekan dulu tombol merah itu."

'Trring' Layar penunjuk radar itu sekarang berubah dan nampak lingkaran baru beukuran besar di ujung layar itu.

The Lost ExistenceWhere stories live. Discover now