Chapter 24: Kebahagianku Bersamamu

Start from the beginning
                                    

Vera mengerutkan keningnya, "Sialan. Eh, bukannya Pantai Sanur deket sini ya, Di?"

"Bukan Pantai Sanur, sayang. Ada pantai bagus. Masih sepi pula. Udah yuk. Udah jam empat nih."

Aldi menjalankan mobilnya dengan kecepatan rata-rata. Jalanan disini cukup ramai untuk jam empat subuh. Bahkan ia menatap begitu banyak orang-orang yang berjalan kaki di trotoar.

"Rame ya, gak biasanya."

"Geblek. Ya jelas rame, di deket sini ada pasar."

Vera melebarkan matanya. Ia baru tahu jika di daerah ini ada sebuah pasar. Ia sering datang ke Bali. Namun, hal seperti itu pun ia tak tahu.

"Di, masih lama? Bosen neh." ujar Vera yang sedari tadi bergerak kesana-kemari.

"Bentar lagi nyampek. Lo pasti takjub deh. Percaya sama gue."

"Idih, males ye, percaya sama kambing macem lo." Aldi terkekeh pelan. Ia masih bangga pada dirinya sendiri karena Vera tidak memanggilnya monyet.

Vera yang mendengar kekehan Aldi pun malah mengerucutkan bibirnya. Ia berfikir jika Aldi terlalu menyebalkan untuk menjadi calon pendamping hidupnya. Yah meskipun ia cukup baik untuk menjadi sandaran untuknya.

Sering sekali Vera mendengar Radit dan Putra yang selalu bilang jika Aldi itu terlalu lucu, makanya jadi menyebalkan. Bullshit. Bahkan Vera sendiri menjadi korbannya. Cowok itu terlalu terobsesi untuk membuat Vera marah. Meskipun hanya dengan sebuah perkataan.

"Cepet turun!"

"Iya. Iya. Bawel banget sih lo. Ini neh yang bikin gue gak mau tunangan sama elo." ujar Vera dan kemudian menutup pintu mobil dengan keras.

"Berarti kalo gue manis, lo mau 'kan sama gue." Aldi mengangkat satu alisnya sambil menampilkan senyuman mautnya yang biasa dia gunakan ketika menggoda seseorang.

"Gak!"

"Ah, by the way, kemaren ada cewek yang nelfon gue, nyariin lo. Gila ya lo ngasih tuh cewek nomer gue." ujar Vera.

Aldi pun tertawa terbahak-bahak. Vera menatap Aldi datar. Aldi pun menghentikan tawanya, "Oh, itu. Lo udah tau kalo gue kasih nomernya?"

"Tuh cewek gangguin terus sih. Yaudah, gue bilang aja nomer gue ganti. Terus gue kasih nomer lo biar-"

"Biar dia ngejauh karna yang jawab suara cewek!?" Kini Vera menatap Aldi dengan tatapan nanar. Bisa-bisanya cowok itu bersikap seenaknya.

"Bingo! Terus lo bilang apa?"

"Gue bilang, lo nya masih tidur disamping gue. Gue juga bilang kalo gue tunangan lo!" ucap Vera dengan kesal. Ia mendorong tubuh Aldi yang perlahan berjalan kearahnya.

"Beneran? Ah, makin sayang sama kamu," Aldi langsung memeluk tubuh kecil gadis itu. Ia memeluknya dengan erat.

"Ya jelas gak! Lepasin!"

"Gak mau, 'kan kamu tunangan aku."

"Aldi! Lepasin! Gue bukan tunangan lo!"

"Tapi calon, iya kan? Gak mau ah, kamu aja suka aku peluk." ujar Aldi dengan tetap memeluk gadis itu.

"Aldi sayang, lepasin gak?" ujar Vera melembut. Ia tau jika Aldi akan luluh jika di panggil sayang.

"Kamu manggil aku dengan sebutan sayang? Wah, harusnya aku rekam nih ya? Nanti aku kasih tau Mama Christine." ujar Aldi.

"Lepasin, Di. Tuh liat. Mataharinya udah muncul tuh." ujar Vera yang membuat Aldi melepaskan pelukannya. Ia memandang arah pandang Vera. Ia menganga melihat matahari sudah sudah menampakkan dirinya.

Gila, keren banget. Batin Aldi.

Ini adalah kali pertama Aldi melihat sunrise. Biasanya dia juga banggunnya siangan. Tapi, untuk Vera, ia sudah melihat sunrise beberapa kali. Ia berfikir jika sunrise dari sini memang terlihat lebih indah.

Ia mendekat kearah pantai dengan Aldi mengikutinya di belakang. Vera menatap itu dengan senang. Aldi terlihat menarik sudut bibirnya melihat gadisnya tersenyum gembira. Baru kali ini ia melihat Vera dengan senyuman yang seperti itu.

Tiba-tiba saja gadis itu berbalik, "Kapan-kapan bawa gue kesini ya, Di?"

"Pasti. Bahkan kalo bisa kita bisa kemah disini buat lihat sunrise ini." jawaban Aldi membuat gadis itu tersenyum manis kepada Aldi.

Coba aja lo terus manis gini, bisa kesemsem gue. Lo jutek aja gue suka. Batin Aldi.

Vera duduk di pasir pantai sambil memandang sunrise. Aldi duduk disebelahnya sambil menekuk lututnya. Tapi, Aldi tidak memandang sunrise. Namun, ia memandang pemandangan yang lebih indah, menurutnya. Ia memandang wajah Vera yang bersinar akan senyuman manisnya.

To be continue...

Should I?Where stories live. Discover now