Chapter 21: Akankah aku kembali ke pelukanmu?

Start from the beginning
                                    

"Wanita biadab itu?"

"Tante M-mesya? Ibunya Revan?" tanya Aldi yang disambut anggukan dari Vera.

"Jadi bener." ujar Aldi pelan.

"Bener apa, Di?" tanya Daniel dengan menatap Aldi dengan penuh tanda tanya.

"Waktu Tante Christine pulang dari Prancis, tante sempat di serempet oleh orang 'kan? Dan gue lihat, Bang gue gak salah lagi. Itu Tante Mesya. Awalnya gue heran. Yaudah gue lupain. Tapi gue baru inget, Bang." jelas Aldi.

"Bang?" panggil Vera pelan. Namun Daniel masih di kuasai oleh kemarahannya. Mana ada adik dari mamanya ini melakulan hal itu.

"Bang, sorry gue gak bermaksud kayak gitu, sorry Bang." kini giliran Aldi yang angkat bicara. Namun, sebelum Daniel membuka mulutnya, deringan ponsel Vera membatalkan ucapannya.

Vera melihat nama pemanggil itu sekilas dan mengangkat teleponnya.

"Hallo?"

"Nathan sudah sadar, Nak."

Pernyataan dari orang yang baru saja meneleponnya membuat Vera menegang. Ponselnya hampir jatuh, jika saja Aldi tidak menangkap ponselnya.

"Boleh kerumah sakit sebentar? Mau nengokin Nathan sebentar. Boleh ya, Bang. Dia sudah sadar, Bang," lirih Vera.

Aldi yang mendengar itu hanya terdiam.

Bro, lo bakal jadi saingan gue rupanya, batin Aldi.

"Aku antar." ujar Aldi lalu menarik Vera dari ruang tamu rumah keluarga Wayne.

Daniel masih diam ditempat asalnya.

***

"Nath? Nathan?" panggil seorang gadis dengan rambut cokelatnya sepunggung membuat Nathan membuka matanya perlahan. Dia sangat hafal dengan suara itu.

"Veve?" ujar Nathan pelan setelah melihat gadisnya. Gadis yang membuat hatinya berantakan.

"Woy bro, whats up?" sama Aldi yang membuat Vera bingung. Tentu saja bingung. Bagaimana Aldi bisa menyapa seseorang yang belum dikenalnya dengan sebutan seakrab itu.

"Ngapain lo disini? Ah iya lupa, nganterin calon tunangan 'kan?" Tanpa sadar, Nathan megucapkan kalimat itu sambil meringis.

"Kalian, bagaimana bisa?"

"Oh, Aldi belum cerita ke kamu? Gebleg lo, Di! Jadi ceritanya dulu kami temenan." ujar Nathan dengan diikuti tawa dari Aldi.

"Oya, Ve maaf. Maaf aku udah ninggalin kamu tanpa kabar. Tanpa apapun itu. Aku minta maaf. Aku sadar, lari dari kenyataan itu salah. Itu membuatku makin menyesal. Kamu mau kan maafin aku?"

"Nath," Suara Vera seakan tercekik. Dia tidak bisa menahan tangisnya. Aldi yang menyadari itu pun langsung memeluk Vera.

"Hey, denger, maafin Nathan, Ve. Lo gak boleh gitu aja nyalahin Nathan," ujar Aldi.

"Sayang, maafin Nathan." ujar Aldi pelan, namun Nathan masih mendengar itu. Dadanya seakan ditindih oleh ribuan ton batu. Sangat sakit. Tapi paling tidak Aldi mau melindungi gadisnya yang akan menjadi tunangan Aldi.

"Ve, aku punya alasan buat pergi. Papi udah bikin keluarga kami hancur. Aku tau aku salah dengan tidak memberimu kabar. Aku terlalu takut. Semakin lama aku tidak mengabarimu, semakin besar rasa bersalahku. Untung aku masih punya Aldi.

"Yah, aku diberitahu Aldi jika gadisku ini akan dijodohkan dengannya. Aku senang mendengar itu."

Kini Nathan bangkit dari tidurnya. Dia berjalan kearah Vera dan meraih tangannya.

"Aku senang kamu memiliki orang yang akan melindungimu. Aldi sangat baik. Kamu masih percaya sama aku kan? Ve, aku tau ini sulit. Tapi aku akan pergi, Ve."

Vera langsung menatap Nathan dengan tatapan bingung.

"Aku akan pergi demi kamu. Aku akan pergi demi mami. Aku akan pergi demi sahabatku ini. Aku akan pergi demi perasaan ini. Kamu harus melupakanku sebagai cinta pertamamu. Lupakan aku sebagai Nathan yang dulu kamu cintai. Lupakan aku sebagai orang brengsek yang meninggalkanmu tanpa kabar. Kita masih bisa menjadi teman, menjadi sahabat." ujar Nathan panjang lebar.

Gadis itu meraih Nathan dan memeluknya erat. Seakan tak ingin melepaskan apa yang dia punya saat ini.

"Tak ada ada pria dan wanita yang menjadi sahabat." ujar Vera pelan.

"Ya, aku masih ingat itu. Aku masih ingat." ujar Nathan sambil melepaskan pelukan mereka dan menunjuk kearah Aldi dengan dagunya.

"Jangan pernah meragukan orang itu. Dia menyebalkan tapi tidak akan pernah menyakitimu. Percayalah jika dia lebih mencintaimu. Terima dia apa adanya tanpa paksaan.

"Seperti dulu kamu menerimaku. Ah, bahkan lebih. Kamu harus mencintai Aldi lebih dari kamu mencintaiku dulu. Ah ya, bagaimana Gevin? Sejak aku di Indonesia aku belum melihatnya. Bahkan kami satu sekolah." ujar Nathan.

"Dia baik. Dia sangat membantuku saat menghadapi sisi iblisnya. Dia tidak baik seperti yang kamu katakan, Nath. Dia iblis yang mesum!" seru Vera dengan menekankan kata mesum.

"Hey, siapa yag berani memesumi gadisku hem?" tanya Nathan. Aldi kini sudah menatapnya tajam.

"Canda elah. Si curut ini gak ada habisnya kalo cemburu. Eh aku denger dari mami kalo Gevin sama Jihan udah tunangan ya?" tanya Nathan sambil kembali ke tempat tidurnya. Aldi dengan hati-hati membantunya menaiki ranjang.

"Tunangan apaan? Langsung kawin tuh anak." ujar Aldi yang terlihat masih kesal. Mood nya sedang buruk hari ini.

"What?! Terus lo gimana?"

"Gimana apanya. Yaudah. Gue juga sadar kali kalo Jihan gak cocok sama gue. Oke kelihatannya baik-baik aja. Tapi dia suka marah sama gue dengan alasan gak jelas. Yaudah." jelas Aldi.

"Terus kamu, sayang? Bahagia 'kan tanpa ada aku?" tanya Nathan yang kini menghadap Vera.

"Dia udah jadi yayang gue. Gausah panggil sayang." ujar Aldi ketus.

"Kan dia udah jadi kakak gue."

"Gak ada mantan yang jadi keluarga." ujar Aldi.

Tanpa sadar Vera menarik sudut bibirnya melihat dua orang di sayanginya.

"Ada lah! Gue sama Vera. Tante Mesya istri papi gue. Tante Mesya adiknya tante Christine. Nah saudara 'kan kita." ujar Nathan dengan senyum kemenangan yang menghiasi wajahnya.

"Hahaha. Gue kangen sama lo Nath! Gue masih inget kita suka godain mbak-mbak waktu SMP dulu." ujar Aldi.

"Apa? Oh jadi dulu kamu hianatin aku, Bang? Okay." ujar Vera yang kini beralih ke Aldi.

"Gausah baper. Eh Di. Awas aja kalo lo hamilin kakak gue ini sebelum waktunya. You know that I'll overprotective like Daniel do. And I will kill you if you doing that."

"Abang, Aldi takut." ujar Aldi dengan suara yang dibuat-buat.

"Dia janji gak mau nyuri start kok, Nath. Tenang aja," ujar Vera sambil terkekeh pelan.

Ceklek

"Nath, gue denger ka-"

"Aldi? Vera?"

"Tania?" ujar Aldi dan Vera dengan waktu yang hampir bersamaan.

"Oh kenapa ada masalah baru lagi?" cerocos Nathan dengan pelan.

"Nih, sahabat kecil lo. Dia maksa gue deketin kakak gue sendiri. Biar dia bisa sama lo. Nih cewek terobsesi banget sih sama lo, Di?" ujar Nathan.

Tania membelalakkan mata setelah mendengar Nathan menyebutnya kakak. Dia salah besar jika memaksa Nathan untuk merebut Vera dari Aldi.

Aldi menatap Tania dengan tatapan tajam. Nathan memberikan ponselnya pada Aldi.

"Lihat apa yang di rekam Gevin waktu itu." ujar Nathan pada Aldi.

***

To be continue...

Should I?Where stories live. Discover now