Chapter 19: Balikan?

Mulai dari awal
                                    

Ditambah dengan Aldi yang kini sudah menggenggam tangan Vera. Vera yang melihat tatapan mereka pun melepaskan tangan Aldi. Cowok itu menatapnya tajam. Vera hanya menyengir kuda. Namun, kini tangan kanan Vera sudah berada di lengan kiri Aldi yang kekar.

Aldi tersenyum senang dengan tindakan gadisnya ini. Tak sengaja, di mematap Tania yang melihat mereka dengan tatapan tak suka. Aldi mengajak mereka duduk bersama dengan teman-teman basketnya karena duo Radit-Putra sedang izin ke kantor sebentar.

Disana ada Reza, Rama, Javier, Revan, Gevin, dan Zaki. Diantara mereka semua yang paling tampan adalah Aldi, Gevin, dan Reza. Ketiga flowerboy ini sudah menjadi most wanted di Braga dari kelas X.

Anak-anak basket memang tidak ada yang jelek. Cool dan tampan. Namun, prestasi mereka juga tidak bisa diragukan. Banyak prestasi yang mereka raih hingga menjunjung nama sekolah.

Pertama, Reza. Nama lengkapnya Ahmad Reza Alamsyah. Nomor punggung jersey basketnya nomor 4. Wajahnya yang blasteran ini membuatnya terlihat tampan. Kulit putih dan juga ramah. Namun, ramahnya juga ada batasnya. Hanya kepada teman sekelas dan teman basket. Selain itu? Jutek abis.

Kedua, Rama. Nama lengkapnya Ramadhan Zandiaga Rahman. Dia tidak setampan mereka bertiga. Tapi tetap saja tampan. Ditambah dengan tubuh jakungnya yang membuatnya menonjol saat sedang berada di lapangan.

Ketiga, Javier Christian. Cowok yang lahir di Beijing ini memiliki mata yang sipit dan juga kulit putih pucat. Rambut hitamnya sangat kontras dengan kulitnya. Wajahnya tampan jika dilihat dari samping. Namun, jika melihatnya dari depan, kesan cute yang akan kalian dapatkan.

Keempat, Revanno Keenan Refoera. Cowok yang terkenal playboy ini memang tampan. Ditambah dengan sikap ramahnya kepada seorang perempuan. Siapa pun yang mengenalnya dengan baik, pasti akan dibawanya masuk ke dalam kehidupannya atau lebih tepatnya menjadi kekasihnya.

Kelima, Andreas Zaki Prasetya. Zaki adalah maskot dari team basket SMA Braga. Dia disini yang paling aneh. Tampangnya memang tidak bisa diragukan, namun, sifanya sangat-sangat meragukan. Dari anggota team basket yang paling meyimpang adalah dirinya. Nakal, sering telat, sering di marahi guru, bahkan orang tuanya sering datang ke sekolah.

Gevin juga ikut berpastisipasi dalam team basket SMA Braga. Dia disini sebagai captain dalam team. Sedangkan Aldi, sudah beberapa bulan dia vakum dari dunia kebasketan. Vera juga tahu hal itu di karenakan Om Rama-papa Aldi marah-marah karena nilainya anjlok, sehingga Aldi tidak diperbolehkan bermain basket hingga nilainya kembali normal.

"Za, kemaren gue massage gak dibales sih? Mentang-mentang udah ada gebetan baru, gue di anggurin." Vera menyindir Reza yang sedang dekat dengan teman kelasnya, Celya.

"Gak usah ngomongin dia. Males gue. Yaudah ntar gue telpon deh, biar lo gak ngambek. Atau mau es krim? Baso? Nasgor? Sushi?" ujar Reza yang mebuat seseorag didepannya mengeratkan tangannya menjadi sebuah bogeman.

"Gak usah angkat telepon si Reza. Ntar lo yang di gebet sama dia. Ya gini kalo gue kenalin lo sama temen-temen gue. Liat yang kinclong dikit langsung dektin."

"Ciee bos Aldi marah cie,"

"Curut bisa cemburu ya,"

"Gue kan bercanda, Di. Lo juga 'kan tau kita sodara jauh." timpal Reza.

"Terlalu jauh geblek. Eh, sayang, mau makan apa?" tanya Aldi tiba-tiba. Vera mengerutkan dahinya tanda jika dia sedang bingung untuk saat ini.

"Gak mood makan. Ntar aja."

"Oh, jadi ceritanya balikan nih? Tapi kok sesi romantisnya ilang ya? Wah Vera-Aldi shipper bakal nabah lagi nih." ujar Reza sambil menyenggol Javier yang sedari tadi lahap memakan baso nya.

"Anjrit! Kan si Revan yang suka. Bukan gue." timpal Javier sambil menunjuk Revan.

"Gak woy. Candaan doang woy. Males banget suka sama cewek jutek, galak. Idih." jawab Revan.

"Masa? Gue aja pernah suka." ujar Reza dengan jujur.

"Wayolo, ada Aldi, Za. Cari mati lo?" tanya Zaki.

"Tau, kayak gak tau aja nih bocah," tambah Rama.

"Sekali-sekali suka sama yang bening lah." timpal Gevin.

"Ya, gue sih gak masalah. Secara ya, pacar gue kan cantik, pinter, jutek, jadi gue sih fine-fine aja kalo kalian pernah suka." jawab Aldi pelan.

"Gue cinta. Gimana?" tanya Gevin setelah menyesap es teh nya. Aldi menatapnya tajam.

"Nah, bahkan si Reza kenal duluan sama Vera. Gak asik lo, Di. Padahal Reza ganteng, tajir, ramah, baik, kagak pelit, kagak sering clubbing, gak pernah minum, rajin menabung." ujar Javier.

"Anjing lo semua. Udah makan sana nyet, nyesel gue ajakin Veve kesini. Mau makan apa sayang?" tanya Aldi sambil menatap Vera.

"Samain aja deh," jawab Vera setelah melihat buku menu hari ini.

Aldi meninggalkan mereka dan mengantri di barisan. Saat ini Vera memilih diam, dari pada dipanggil monyet. Mereka memang sudah kebiasaan seperti itu.

Byurr

"Ups, Sorry," ujar Lidya setelah menumpahkan minumannya di tubuh Vera.

"Gak usah jadi pengecut. Kalo ada masalah selesaiin baik-baik. Kalo alasannya lo suka sama gue, lo bisa dengerin gue bail-baik. Gue, gak akan suka sama cewek macem lo dan species-species kayak lo. Kalo gue pernah macarin cewek semacem lo, anggep aja gue khilaf. Nih nyet makan!" Ucap Aldi. Dia sudah membawa nampan berisi jus jeruk dan nasi goreng.

"Terus lo?" tanya Rama.

"Mood gue rusak. Dan gue lagi gak pengen mood gue makin DIRUSAK!" seru Aldi. Tak lupa, dia juga menekankan kata dirusak.

Aldi membawa Vera pergi dari sana. Orang yang ada di koridor mentap Vera penasaran. Pasalnya wanita itu basah-basahan.

"Nih, ganti habis itu ikut aku ke kantor meminta kartu dispensasi keluar sekolah. Cerita ke gue." ujar Aldi sambil memberikan seragam ganti di loker Vera.

To be continue...

Should I?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang